Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2009

Pentopel, PD, wolverine, dengan 20 Km/jam

wow, kemaren hari yang cukup melelahkan, gimana ga, PD (Psikodiagnostik), gue sama kelompok gue, yang dengan sangat beruntungnya kebagian tampil pertama dalam role play PD, harus tampil dengan kostum yang sangat formal dan rapih, ditambah, presentasi kepribadian. Lenhkap. Awalnya gue masih nyante aja mau praktek PD, kostum siap, diktat siap, ya tinggal tidur yang cukup biar seger pas tampil, dan sebelum tidur, dapet SMS, yang menusuk mata pas bacanya, pas tampil ga boleh baca, harus dihapalin.... HAH? HA? What the.... bengong gue, sambil masih nanya-nanya ke temen yang lain, hari udah malem, dengan posisi yang udah mantep banget buat tidur, gue harus bangun dari kasur sambil nyari-nyari diktat, pas baca satu dua kalimat, ngantuk ga tertahan, TIDUR. Gue bangun jam 4 subuh, siap-siapin semuanya, dan niat berangkat dari rumah, jam 5.45, soalnya ada janji nge-edit bahan presentasi, sebelum berangkat gue sempetin baca diktat, dikit-dikit, dan respon orang rumah, cuma senyum-senyum geli ngel

komitmen, apa pula itu?

Jelang beberapa hari lagi kakak gue nikah. Terlihat kakak gue semakin cemas, gampang marah, dan segala dipikirin. Tapi gue liat kok kalo capenya, pusingnya, stressnya itu, sambil bahagia. Ya bukan mau sok tau nih, tapi keliatan dia nunggu banget hari itu, hari pernikahan yang telah ia tunggu sekian lama. Salut gue buat 2 kakak gue yang siap menikah. Kenapa salaut? Sampe sekarang gue ga kebayang, gue nanti bakalan nikah atau engga, gimana kalo gue ga nemu-nemu isrti, gimana kalo gue ngerasa ga cocok terus sama orang lain, dan pertanyaan-pertanyaan gimana lainnya. Mungkin adek gue bisa dibilang lebih jago lah dalam urusan ngambil hati perempuan, buktinya jelas, di umur yang sekarang dia udah punya pacar. Tapi gue? Belum apa-apa udah ciut, mikir yang aneh-aneh, komitmen, hal yang mengerikan buat gue, kalau dibilang Cuma gara-gara kejadian diputusin doang trus digantung cukup lama, kayaknya bukan itu yang bikin gue menjadi takut dengan kata sakti itu. Factor orangtua? Gue belum berani bany

Sweeney Todd

[cuma komentar] Sebenernya ini bukan film baru, tapi ya kebetulan baru nonton, atas rekomendasi temen, katanya sih rame. Dan, bener aja, gue jatuh cinta ama film ini. Perlu diingat ini adalah film musical, dari dulu bayangan gue, film musical pasti drama cinta, atau remaja-remaja yang lagi kerajingan nyanyi sama jogged-joged. Dan kalo boleh jujur, gue Cuma suka satu film musical, Sounds of Music, film legendaries, yang bikin gue suka sama film ini, adalah lagu-lagunya, dari segi cerita sih ga terlalu special, tapi buat ukuran jaman dulu, bagus banget lah, mana gue nonton itu jaman SD, jadi ya serasa masuk ke dalam film itu. Cukup tentang Sounds of Music, balik ke Sweeney Todd. Film ini berhasil membius mata gue dari awal sampe akhir, meskipun awalnya {menit awal banget}, Todd (Johny Depp) udah mulai nyanyi, gue baru tau ini flm musical setelah beberapa menit film ini mulai, sempet males, tapi ya karena terkesima sama gambar yang bagus dan setting London yang sangat gelap, bikin gue tet

Yellow, mellow, and slow

ont-size:100%;" >yellow , apa arti warna itu buat kalian? Gue kurang begitu suka kuning, katanya sih kuning itu cerah, ceria, tapi lain cerita kalo langit yang berwarna kuning, gue sangat cinta sama kondisi langit yang sangat kuning. Yang pasti warna kuning gue ga suka, tapi langit yang berwarna kuning gue suka. Tapi kalo dibilang gue ga suka warna kuning, gue suka kok sama warna kuning yang ada di lampu lalu lintas [lampu merah], dalam lampu itu ada 3 warna, merah-kuning-hijau, tapi kenapa kuning jarang diperhatiin? Yang dipentingin Cuma merah atau ijo, padahal kalo dilihat dari artinya, warna kuning punya arti yang paling bijak diantara 2 warna lainnya. Hati-hati merah bakalan dat a ng, hati-hati ijo bakal a n muncul. Tapi kuning jarang dihiraukan, kehadirannya jarang digubris. Kasian nasib kuning yang begitu mellow, dipikir-pikir, dia memiliki fungsi yang besar, tapi orang-orang yang melewatinya jarang yang sadar akan keberadaanya. Mungkin kurang adil kali ya, bayangin l

sesungguhnya saya manusia

Air lagi, datang menghempas sebuah bayangan tak bernyawa. Tanpa terlontar sedikitpun izin yang membosankan, saya tetap terpana melihat bayangan itu. Ternyata, bayangan itu dilengkapi tulang yang kuat menjadi pelindungnya. Tulang itu seperti ingin memakan saya bulat-bulat. Menjijikan. Bayangan itu tidak cukup indah memang. Ditambah hal-hal yang membuat saya ingin muntah berulang, tanpa henti. Mendadak, sebuah cairan segar menyelimuti bersihnya tulang itu, mungkin itu lah yang disebut darah. Iya, darah itu membuat seakan tulang yang begitu kokoh menjadi kelihatan seperti pecundang. Darah, mata saya terbelalak melihatnya, semakin jijikm, semakin lama tidak seperti bayangan lagi. Mual. Tidak sedikitpun mata perut saya akan benda itu, demi melihat apa lagi yang ia punya. Ternyata darah itu mulai menyusun memenuhi seluruh bagian dari bayangan itu, yang asalanya hampa, menjadi penuh sesak. Hebat sekali darah itu. Saya terpukau karenanya. Sampai saya sadari, ternyata bayangan itu a

Rumput tetangga..?

Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau daripada rumput sendiri, dulu gue sempet ga menyangka kalo peribahasa jadul itu emang benar-benar bisa terjadi dalam hidup gue. Siapapun orang yang membuat peribahasa itu pastinya pernah menglami kejadian itu. And now, it’s my turn. Aslinya kebingungan besar melanda gue, Cuma lewat ini gue bisa bercerita, ke orang lain, mungkin dianggap sepele, tapi engga bagi gue. Teman, bukan mau membesar-besarkan masalah, sebenarnya masalah ini sudah lama muncul dan selama ini coba untuk ditahan. Tapi tanggul yang gue buat juga bisa jebol kan? Konstruksi yang ga kuat, bikin sekarang tanggul ini jebol, sejebol-jebolnya. Pengen lari rasanya, kalau ga ngeliat status, bukan benci, tapi, sangat bertolak belakang, entah, apa yang membuatnya seperti itu. Hitam memang lebih mudah terlihat dari pada putih, itu kalau memang berada di putih, itulah yang terjadi, pemahaman tentang putih kejauhan, tidak melihat putih yang disekitar, malah melirik putih yang

perubahan, siap?

Ternyata perubahan memang selalu terjadi, mau atau ga mau, suka atau ga suka, siap atau ga siap, bagus atau jelek. Kita sebisa mungkin harus bisa menerima apapun yang mungkin bisa berubah kelak. Jauh bisa jadi dekat, dekat bisa jadi jauh, buruk bisa jadi baik, danbaik bisa jadi buruk. Namun sayangnya, banyak dari kita, yang hanya bisa menerima perubahan yang baik, begitupun gue, siapa sih di dunia ini yang mau berubah jadi lebih ancur daripada sebelumnya [kalo ada, lapor ke gue], gue lebih siap nerima perubahan yang baik daripada yang jelek, gue ga pernah siapa akan sebuah perubahan, selalu dilanda kecemasan akan perubahan. Padahal, apa yang gue takutin ya? Kemarin, gue berangkat rada siang, niatnya hari itu mau nyari baju trus foto kaka gue yang mau nikah tanggal 3 Mei nanti, tapi ternyata ga jadi, ya udah gue bernagkat jam sepuluhan, dengan cuaca yang gileee, panas bener, Hari ini rencananya ada musyawarah program kerja, dan denger embel-embel wajib, ya tetep ikut. Ga ada yang s

the Reader bikin Mati Suri

[harusnya, udah di publish dari kemaren-kemaren, jadi rada telat] Hasrat nge-review, akhirnya bis dilaksanakan juga, kalo dulu di mp, kerjaan gue nge-review film mulu, pindah ke sini jadi jarang, jdi mau gue terusin lagi.. The Reader. Heaven will take you back and look at you and say: “Only one thing can make it’s all complete and that thing is love “ Film garapan Stephen Daldry ini emang bener-bener, touching banget lah, ceritanya ngena bener, awalnya gue sempet hampir ngantuk nonto film ini, soalnya alurnya sedikit lelet, tapi gue paksain dan ga lama, gue mulai jatuh cinta ama film ini. Akting Kate Winslet yang berperan jadi Hanna Smith, bener-bener dapet feel-nya, film ini kuat banget cerita, soalnya, diliat dasri setting biasa aja, ga menyajukan gambar yang bener-bener indah, tapi tetep menarik, yang mak in bikin film ini makin mantep, yaitu scoring musiknya, yang keren. Akting David Kross juga ga kalah, ekspresinya dari mulai dia gugup ketemu Hanna, sampai dia making love sama H

Gungology..ga komersil ya?

Ini, request dari Cubung , gue coba degh... Let others know a little more about yourself, re-post this as your name followed by "ology" IF I TAGGED YOU, PLEASE PUT THIS UP ON YOUR PAGE AS A NOTE AND TAG SOME OTHER PEOPLE! OK GUYS, YANG NGETAG GW, GW KERJAIN SEKARANG! *****************FOOD-OLOGY***************** What is your salad dressing of choice? *g terlalu suka, salad... What is your favorite sit-down restaurant? *jagung bakar di lembang, rasa jagungnya sih biasa aja, udara sama pemandangan di belakang warugnya yangbikin pewe, buat tidur lebih mantep, apalagi kalo ujann.. What food could you eat for 2 weeks straight and not get sick of? *nasi, gue ga bisa hidup tanpa nasi. What are your pizza toppings of choice? *pokoknya pizza dengan keju yang banyak dan daging dimana-mana, plus paprika, amantep tugh... What do you like to put on your toast? *Meces yang berlebihan, dikasih susu kental manis, dan keju ang ga terlalu banyak, ntar rasa coklatnya bisa kelelep lagi kalo keban

oh no.

ga jelas, itulah yang belakangan gue rasain, cepet marah, cepet negative thinking ama orang, pokoknya males ngapa-ngapain. Temen gue bilang, “jangan-jangan lo yang bipolar disorder”, yah, bukan ga mungkin, tapi atulah, masa gue separah itu, oke, mungkin gue sering mengalami fase-fase yang mungkin mirip manic, tapi, gue ga separah itu kali, yah gue rasa kalo orang lagi banyak masalah dan numpuk, pasti beda-beda cara meredam masalah itu ada yang diem, ada yang malah jingkrak-jingkrak, ada yang nyanyi-nyanyi ada yang nulis, dan lainnya. Tapi gue, sedikit ga jelas mungkin, ya kadang dengan diam gue bisa lebih tenang, tapi kadang-kadang diam yang terlalu lama buat pikiran gue berpikir terlalu jauh malah jadi makin gawad, ya udah gerak-gerak lagi, biar lupa sejenak. Cuma itu kan , gue rasa sih masih normal. Entah gue sedang rasionalisasi. Sebenernya masalah gue itu apa? Kalo diteliti lagi, sebenernya ga ada masalah yang bener-bener menusuk diri gue pribadi. Oke gue jabarin satu-satu. S
tiba-tiba hujan turun . Kala itu hujan, kala itu basah. Tapi saya tidak ingin badan saya basah. Tapi saya ingin merasakan rintikan hujan menghantam kulit saya, hanya rasa itu, tapi saya ingin semua tetap kering. Wajah saya basah, tersiram air hujan yang turun tanpa ampun. Hanya wajah saya yang basah. Saya senang akan itu, pembungkus tubuh anti air itu hanya melindungi badan saya, tidak wajah saya, karena andai wajah saya terlindungi saya akan buta sesaat. Tapi apa bedanya? Toh saya tidak melihat kedepan, karena saya sedang melamun, melihat kedalam pikiran saya yang berputar dengan lambat. Saya bertahan dalam kondisi ini, walaupun hantaman air hujan semakin tajam, dan menyakitkan. Tapi hujan sangat membantu saya, setidaknya air itu membasahi pipi saya yang sudah kering, ingin saya basahi, tapi tidak bisa, hanya air hujan yang bisa menolong saya memperdalam perasaan sedih ini. Setidaknya saya seperti merasakan menangis, walaupun tidak sebenarnya menangis. Mengasihani diri send

terpaksa GOLPUT!

Pemilu. Pesta demokrasi. harusnya sih begitu, tapi, ga buat gue, ya ampun asli dah, gue ga ada bermaksud buat golput sedikitpun, malah gue semangat buat ngikutin yang namanya pemilu, tapi semangat gue terpasung begitu saja. Padahal ini adalah momen yang sangat gue tunggu dari semenjak gue kecil, dari kecil gue punya keinginan, gue pengen cepet-cepet gede biar ikutan pemilu, dan ternyata pas gede, disaat umur udah layak buat jadi pemilih, dan ada pemilu, gue ga berkesempatan buat milih, cuma gara-gara nama gue dan sekeluarga ga tercantum di DPT, dengan alasan sederhana. RUMAH GUE KOSONG WAKTU LAGI SENSUS PEMILIH. cuma gara-gara hal itu, yang bikin gue kesel, waktu gue tinggal di Sukamenak, meskipun siangnya ga ada di rumah, malemnya tetep nyamperin, dan mengerti warganya, kalo GA SEMUA ORANG ADA DI RUMAH SIANG_SIANG. Ini, yang gue pikir pengurus RTnya lebih pinter, kaya dan berpendidikan, malah ga pengertian sama warganya, kalo misalnya dia sibuk, ga masalah, "sibuk" lho, iya

Jayagiri yang kedua, dan sangat menyenangkan!

Ini kali ke-2 gue ke Jayagiri, kali ini perjalanan ini didedikasikan kepada teman gue ARSY, yang berulang tahun tanggal 3 April kemaren. Di ulang tahun yang ke-19, gue beserta teman-teman, berencana membuat sebuah perayaan yang mudah-mudahan bisa berkenan dan tak terlupakan. Kebetulan yang ulang tahun belum pernah ke Tangkuban Perahu, ya udah kita semua memutuskan buat pergi kesana, dengan berjalan kaki dari Jayagiri sampe Tangkuban Perahu, dengan menempuh jarak yang ber-kilo-kilo. Selama diperjalanan Arsy belum tau kalo perjalanan kita kali ini buat ngerayain ulang tahun dia, kita juga kayak yang ga ada persiapan. Selama diperjalanan, membelah hutan, mengalami berbagai kejadian, mulai dari jatuh kecil-kecilan beberapa orang, sampe yang bikin sedikit panik, Ina, yang asmanya takut kambuh, dan pengalaman gue pribadi, entah halusinasi atau bukan, gue ngeliat bapa-bapa nenteng kayu-kayu dari kejauhan, selang beberapa detik, tu bapa-bapa ilang. Setelah hampir 2 jam di tengah hutan, kita sa

sebuah bola

Chandra, seorang anak laki-laki, berumur 9 tahun. Ia suka bemain, ia selalu bergembira. Ia sering tertawa, walaupun malu-malu. Ia suka bermai n. Chandra suka bermain, apa saja kecuali sepak bola. Entah apa yang membuatnya sangat membenci permainan itu, sebagai penonton ia masih suka, untuk bermain, tidak. Suatu hari Ayahnya membelikan sebuah bola. Chandra bingung akan diapakan bola itu. Diterimanya bola itu sambil kebingungan. Dicobanya menendang bola itu sekali dengan keras dan sekuat hati. Hatinya malah berdetak lebih kencang dari biasanya, ia sangat suka perasaan ini. Ditendangnya sekali lagi, ia semakin suka. Semakin keras ia menendang, hatinya semakin terpuaskan. Makin keras, sampai habis energinya untuk menendang bola. Lelah, tapi ia senang. Chandra tidak suka bermain bola. Bola itu dari ayahnya. Bola itu dari ayahnya. Bola itu dari ayahnya. Ia terus menendang, dengan keras.

dalam sebuah ruang.

Waktu itu di sore hari yang panas, saya bertemu dengan seseorang, dia diam, menarik, entah hal apa yang membuat saya ingin berlama-lama dengannya. Dengan mimik wajah yang tidak ingin diganggu, saya tetap ingin mencoba berkenalan dengannya, dengan nyali yang begitu besar, saya coba menyapanya. Dia melirik, meskipun hanya sedetik. Tapi itu berarti bagi saya. Saya diam. Esoknya, saya temui lagi dia, masih dengan posisi yang sama, tanpa ada perubahan sedikitpun. Saya dekati lagi, hanya untuk mengenalnya lebih jauh. Saya mulai bertanya sedikit demi sedikit, meskipun dengan jawaban yang seadanya, saya tetap merasa puas dengan berbagai jawaban itu. Katanya, ia hilang arah, saya tertegun, dalam ruangan itu hanya ada saya dan dia, lalu ia melanjutkan berbicara, ia tidak tau kemana langkah yang akan ia kejar, saya terdiam kembali. Hari selanjutnya, saya tidak ingin menemuinya, entah kenapa saya tidak tertarik lagi untuk berdialog dengannya. Namun kali ini, ia yang menemui saya. Masih di ruangan