Langsung ke konten utama

terpaksa GOLPUT!


Pemilu. Pesta demokrasi.

harusnya sih begitu, tapi, ga buat gue, ya ampun asli dah, gue ga ada bermaksud buat golput sedikitpun, malah gue semangat buat ngikutin yang namanya pemilu, tapi semangat gue terpasung begitu saja. Padahal ini adalah momen yang sangat gue tunggu dari semenjak gue kecil, dari kecil gue punya keinginan, gue pengen cepet-cepet gede biar ikutan pemilu, dan ternyata pas gede, disaat umur udah layak buat jadi pemilih, dan ada pemilu, gue ga berkesempatan buat milih, cuma gara-gara nama gue dan sekeluarga ga tercantum di DPT, dengan alasan sederhana.

RUMAH GUE KOSONG WAKTU LAGI SENSUS PEMILIH.

cuma gara-gara hal itu,
yang bikin gue kesel, waktu gue tinggal di Sukamenak, meskipun siangnya ga ada di rumah, malemnya tetep nyamperin, dan mengerti warganya, kalo GA SEMUA ORANG ADA DI RUMAH SIANG_SIANG. Ini, yang gue pikir pengurus RTnya lebih pinter, kaya dan berpendidikan, malah ga pengertian sama warganya, kalo misalnya dia sibuk, ga masalah, "sibuk" lho, iya dia emang sibuk ngurusi kepentingan orang lain, bayangin, kalo buat ngintip-ngintip, pura-pura ngelewad rumah, berulang kali, demi tau ada acara di rumah gue, dia punya waktu. Suck.

Yang jelas kurang profesional.

Jadi aja gue GA MILIH.
Padahal, gue pengen ngerasain, masuk ke bilik suara, ngerasain suasana pemilu, pengen ngerasain bete-nya nungguin antrian, trus kebingungan di dalem bilik suara, sambil mikir, apa yang harus dipilih. Ternyata gue ga ngalamin itu, gue malah diem di rumah. Sambil ngeliatin hasil quick count.

Sebenernya gue udah pernah masuk bilik suara, waktu SD, waktu pemilu masih 3 partai, gue ikut Mama, nyoblos, dan masuk ke dalam, trus nyuruh beliau buat nyoblos yang warna ijo. Entah kenapa dulu masih jamannya merah-kuning-ijo, gue suka banged ama partai berlambang Ka'bah, padahal gue ga ngerti politik [sekarang juga ga terlalu sih], tapi entah kenapa gue membela mati-matian partai itu, gue belain, banggain, tanpa alasan yang jelas. Aneh.

Yang jelas, gue hari ini GOLPUT, dan kalo sampe nanti pas PILPRES, juga ga terdaftar, mau pundung ah. [sok aja, ga akan efek da]



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling (part 1)

Hei apa kabar my dearest blog? Wah sudah dua tahun ya tidak ada posting sama sekali di blog ini. Bukan tidak ingin untuk menulisa lagi, hanya saja hmmmmm. Okey mari kita lewati memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis, sekarang saya akan sedikit memberikan pengalaman saya seputar jalan-jalan. Rasanya sudah cukup lama sih tidak menulis sesuatu yang bersifat informatif di blog ini. Tulisan-tulisan terakhir saya berisi cerita-cerita fiksi, keluh kesah, puisi, dan hal-hal yang mungkin kurang informatif dan bermanfaat (tapi cukup menghibur kan?). Bukan sok nasionalis sih, tapi emang Indonesia itu negara yang luas dan punya banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi.   Saya tiba-tiba baru sadar bahwa saya sudah terlalu sering jalan-jalan. Memang sih saya belum bisa dikategorikan sebagai backpacker sejati atau traveler akut. Apalagi kalau mau adu jumlah negara yang dikunjungi, duh saya masih cupu sekali. Selain karena waktu dan ehem budget, saya lebih fokus u

Review: The Other Boleyn Girl

I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak. Film ini bercerita tentang sebuah

8 Hari Jelang Premiere

Ternyata saya mengalami ketakutan luar biasa jelang premiere. Takut kalau filmnya malah dihujat orang, takut kalau dengar selentingan "Ih filmnya ga banget deh". Takut juga denger "Duh Sutradaranya payah nih". Dan komentar-komentar lainnya yang bisa menyayat hati. Sumpah. Ini baru pertama kalinya film pendek yang saya sutradarai di putar secara umum. Dan ternyata rasanya lebih fantastis. saya malah jadi takut jangan-jangan tidak ada yang mau nonton film "Senja" lagi. Wajarkan ya kalau sutradara amatir semacam saya mengalami kegugupan ini? Mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Acaranya banyak yang datang dan tidak mengecewakan. Amien