Tanpa terlontar sedikitpun izin yang membosankan, saya tetap terpana melihat bayangan itu.
Ternyata, bayangan itu dilengkapi tulang yang kuat menjadi pelindungnya. Tulang itu seperti ingin memakan saya bulat-bulat. Menjijikan.
Bayangan itu tidak cukup indah memang. Ditambah hal-hal yang membuat saya ingin muntah berulang, tanpa henti.
Mendadak, sebuah cairan segar menyelimuti bersihnya tulang itu, mungkin itu lah yang disebut darah. Iya, darah itu membuat seakan tulang yang begitu kokoh menjadi kelihatan seperti pecundang. Darah, mata saya terbelalak melihatnya, semakin jijikm, semakin lama tidak seperti bayangan lagi.
Mual.
Tidak sedikitpun mata perut saya akan benda itu, demi melihat apa lagi yang ia punya. Ternyata darah itu mulai menyusun memenuhi seluruh bagian dari bayangan itu, yang asalanya hampa, menjadi penuh sesak. Hebat sekali darah itu. Saya terpukau karenanya.
Sampai saya sadari, ternyata bayangan itu adalah manusia, saya benci makhluk yang satu ini, penuh dusta, penuh perasaan yang menyebalkan, penuh dengan segala, mereka hanya ingin dimengerti tanpa mau mengerti, satu sama lain ternyata hanya satu sama satu-nya. Rasanya ingin saya memusnahkan makhluk-makhluh penuh kebencian ini.
MALU? Saya cukup malu berkata jijik terhadap benda yang bernama manusia, malu, benar-benar memalukan rasanya, setelah mengetahui, sesungguhnya saya manusia. Ya saya memang manusia.
Mual.
terkadang aku benci ma diri aku sendiri gung.... manusia itu emang ga sempurna ya....
BalasHapussama, nel, sekarang ga terkadang lagi, sering banget lah benci sama diri sendiri...
BalasHapus