Rumput tetangga memang selalu terlihat lebih hijau daripada rumput sendiri, dulu gue sempet ga menyangka kalo peribahasa jadul itu emang benar-benar bisa terjadi dalam hidup gue. Siapapun orang yang membuat peribahasa itu pastinya pernah menglami kejadian itu. And now, it’s my turn.
Aslinya kebingungan besar melanda gue, Cuma lewat ini gue bisa bercerita, ke orang lain, mungkin dianggap sepele, tapi engga bagi gue. Teman, bukan mau membesar-besarkan masalah, sebenarnya masalah ini sudah lama muncul dan selama ini coba untuk ditahan. Tapi tanggul yang gue buat juga bisa jebol kan? Konstruksi yang ga kuat, bikin sekarang tanggul ini jebol, sejebol-jebolnya. Pengen lari rasanya, kalau ga ngeliat status, bukan benci, tapi, sangat bertolak belakang, entah, apa yang membuatnya seperti itu. Hitam memang lebih mudah terlihat dari pada putih, itu kalau memang berada di putih, itulah yang terjadi, pemahaman tentang putih kejauhan, tidak melihat putih yang disekitar, malah melirik putih yang di luar, yang di dalam, hanya terlihat bagian yang hitamnya saja.
Berbelit-belit? Mungkin iya, otak gue sedang berbelit-belit, tidak ada yang sudi meluruskannya kemabli, selain diri gue, yaiyalah, itungannya gue udah gede, harus bisa meluruskan masalah sendiri, meskipun pada faktanya, gue sama sekali ga bisa.
Gue sangat menghormati dan menyayangi dia, tapi kadang-kadang ini keterlaluan, apapun selalu gue usahain buat dia, tapi semuanya sering ga berarti, dianggap kurang. Rumput yang dia punya tidak pernah dilirik, padahal rumput miliknya sendiri, sebenarnya lebih berkilau, tapi matanya terhalangi oleh pemahamannya akan kepunyaannya sendiri yang tidak ada bagus-bagus nya. Serba salah.
Jadi, kapankah ia menyadari, ada rumput yang sangat bernilai dan berkilau, selalu mengabdi padamu, selalu mencoba mengerti, namun sekalipun ia tidak pernah mau mengerti?
Komentar
Posting Komentar