Langsung ke konten utama

dalam sebuah ruang.

Waktu itu di sore hari yang panas, saya bertemu dengan seseorang, dia diam, menarik, entah hal apa yang membuat saya ingin berlama-lama dengannya. Dengan mimik wajah yang tidak ingin diganggu, saya tetap ingin mencoba berkenalan dengannya, dengan nyali yang begitu besar, saya coba menyapanya. Dia melirik, meskipun hanya sedetik. Tapi itu berarti bagi saya. Saya diam.


Esoknya, saya temui lagi dia, masih dengan posisi yang sama, tanpa ada perubahan sedikitpun. Saya dekati lagi, hanya untuk mengenalnya lebih jauh. Saya mulai bertanya sedikit demi sedikit, meskipun dengan jawaban yang seadanya, saya tetap merasa puas dengan berbagai jawaban itu.


Katanya, ia hilang arah, saya tertegun, dalam ruangan itu hanya ada saya dan dia, lalu ia melanjutkan berbicara, ia tidak tau kemana langkah yang akan ia kejar, saya terdiam kembali.


Hari selanjutnya, saya tidak ingin menemuinya, entah kenapa saya tidak tertarik lagi untuk berdialog dengannya. Namun kali ini, ia yang menemui saya. Masih di ruangan yang sama, hanya kami berdua. Dia menyapa saya, dia bertanya apakah saya takut, saya jawab tidak. Dia bercerita kembali, tentang kekosongan dirinya, saat ini ia terus berjalan tanpa pergerakan dan mencoba membuka sebuah ruangan tak berpintu, ia masih berpikir bagaimana caranya untuk memasuki ruangan itu. Saya tidak tau. Dia tetap memaksa saya untuk menjawab pertanyaan yang saya tidak tau jawabannya. Dia pasrah, kembali dengan tatapan kosong, wajahnya berbicara seakan ia menyesal telah bertanya pada saya. Saya hanya menunduk kebawah. Saat saya mengangkat wajah, ia sudah pergi.


Telah beberapa hari ia tidak pernah muncul, saya merindukannya, untuk berdialog tentang suramnya ruangan ini, meskipun sering kali saya tidak menginginkannya. Tapi, seketika dia datang dengan wajah ketakutan, seperti ingin mengatakan sesuatu yang amat penting, saya heran melihat tingkah lakunya. Badannya bergetar, dan mulai mendekati saya. Dan mulai membisikan sebuah kalimat yang mebuat saya kaku seketika.


Kaku.




Dia adalah saya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak