Langsung ke konten utama

perubahan, siap?

Ternyata perubahan memang selalu terjadi, mau atau ga mau, suka atau ga suka, siap atau ga siap, bagus atau jelek. Kita sebisa mungkin harus bisa menerima apapun yang mungkin bisa berubah kelak. Jauh bisa jadi dekat, dekat bisa jadi jauh, buruk bisa jadi baik, danbaik bisa jadi buruk. Namun sayangnya, banyak dari kita, yang hanya bisa menerima perubahan yang baik, begitupun gue, siapa sih di dunia ini yang mau berubah jadi lebih ancur daripada sebelumnya [kalo ada, lapor ke gue], gue lebih siap nerima perubahan yang baik daripada yang jelek, gue ga pernah siapa akan sebuah perubahan, selalu dilanda kecemasan akan perubahan. Padahal, apa yang gue takutin ya?

Kemarin, gue berangkat rada siang, niatnya hari itu mau nyari baju trus foto kaka gue yang mau nikah tanggal 3 Mei nanti, tapi ternyata ga jadi, ya udah gue bernagkat jam sepuluhan, dengan cuaca yang gileee, panas bener, Hari ini rencananya ada musyawarah program kerja, dan denger embel-embel wajib, ya tetep ikut. Ga ada yang special dari rapat. Abis selesai rapat gue buru-buru berangkat, mau ketemu temen SMA gue, yang gue kerjain, gue bilang ke dia kalo gue bakalan dinikahin ama orang tua gue, dan dia langsung kaget, setelah sekian lama akhirnya ketemu, jangan bayangkan gue ketemu langsung ribut-ribut, teriak-teriak, sambil, ngomong “Gumi, ya ampun, kemana aja, gila, bla..bla..bla”, kita ketemu, kayak kemaren baru ketemu, biasa aja, Cuma cengar-cengir seadanya, dan langsung menuju tempat es krim yang punya ngaran “Sumber Hidangan”, disana gue makan es krim sambil bercerita dan mengungkap kebohongan gue, yang gue bikin supaya dia bisa ngeluangin waktu kosong. Dengan berat hati, gue harus katakan ini, Gumilang, dia temen gue, yang bisa dibilang paling deket, duduk sebangku 2 tahun, nebeng hampir tiap hari pulang pergi, dan kemana-mana, tertawa, kehujanan, cari-cari makanan yang murah selalu bareng, bergosip di kelas, ketawa-ketawa cekikikan, saling pamerin alat tulis baru kalo punya, bernarsis ria, coret-coretan tangan, blum tingkah nya yang aneh-aneh. Semua hal itu seakan muncul lagi di otak gue, kangen akan kejadian-kejadian itu. Gue sama dia, emang deket selama 2 tahun, dan jarang saling terbuka dalam masalah pribadi, baru menginjak akhir-akhir dia bisa terbuka sama gue, itupun gue duluan yang cerita, itupun karena kepalang tanggung. Kadang kalo cerita ama makhluk satu ini suka out of control, bawaannya pengen ceritain semuanya, sampai gue sadar, dia masih sering tertutup sama gue, dengan alasan “Kisah hidup aink mah monoton gunk”, damn, dari situ gue sadar, gue tidak cukup pantas di sebut teman yang baik, teman macam apakah gue? Orang yang paling deket aja belum bisa percaya ama gue, malah orang-orang yang baru deket, langsung tiap hari curhat tanpa henti ke gue. “da ga ada Gunk?”, ya ampun gue sering banget tertipu dengan kata-kata itu, “ga ada” kata pamungkas. Yang lebih membuat gue merasa gagal, beberapa orang tau, dan gue tau beberapa hal itu dari orang lain. Wow, fungsi gue apa?

Kita ketemu, ngobrol-ngobrol, dengan, intensitas ketawa yang ga terlalu banyak dan obrolan, yang lebih banyak ga penting, tetap dengan jawaban “ga ada”, dan perubahan di beberapa hal, yang belum siap buat gue terima.

Hak semua orang lah buat berubah, ya mau ga mau, terima dong, ayo berpikir lebih luas.

Egois[saya].

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak