Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2009

dinamis kok beneran

Kemaren malem, gue abis chat ama temen SMA gue yang belakangan “sibuk”, pengen dicariin cewe, dan ternyata gue dapetin sebuah nomer sakti, dan obrolan yang asalnya ngomongin itu nomer jadi melenceng kemana-mana, (bahasanya agak diperhalus dan melewati proses sensor, yang bersifat sangat privacy ga dimunculin) GM: gimana gunk, cara nge-sama cewe, gue udah lupa pertamanya? Gunk: gue magh bukan ahlinya sms cewe..hahaha, gini aja, “Ini “XXX” ya, salam kenal” GM:lo pikir di FB Gunk: atau ga ditambahin, “kamu temennya “III” ya? Saya temennya temennya “III” GM: Kesannya jauh.. Gunk: ya ga apa-apa, kan yang ada dia cengar-cengir baca sms lo, hahaha GM: gung, jangan-jangan temen lo nge-deskripsiin nya tentang lo lagi, dan pas si cewenya tau itu gue, kecewa lagi? Gunk: ya engga lah, lagian temen gue sms tuh cewe di depan gue, tenang aja gum jangan nyerah mumpung ada kesempatan…haha GM: jadi mikir kemana-mana..haha Gunk: Gum liat status gue di FB dong, gaya berpacaran..h

bermimpi.

Biasanya kalau saya bermimpi, dan saya ingat dengan detail juga saya benar-benar merasakan perasaan yang ada di mimpi itu, saya akan mendapat kejadian yang ada hubungan atau mirip dengan mimpi itu, entah itu firasat. Tadi malam saya bermimpi. Saya disuruh membeli sebuah hadiah untuk seseorang. Asalnya saya sendirian, entah kenapa tiba-tiba saya membonceng seseorang. Saya kebingungan mencari jalan kemana saya harus pergi. Tiba-tiba saya terjatuh, ke dalam sebuah lumpur, saya kesakitan, sekarat, namun masih sadar, seseorang yang saya bonceng hanya melihat saja, tanpa menolong. Saya kesakitan. Benar saja. Saya terjatuh. Sakit sekali, saya jatuh bukan karena tertabrak atau ditabrak. Tapi saya telah jatuh. Tentu tidak ada yang menolong, karena saya tidak berhak akan itu. malam ini mimpi apa? mudah-mudahan indah.

entah

Letakan batu itu, dan lihat lah, warna merah yang menyelimutinya Terang sekali, bisakah kamu melihatnya? Saya tidak, baiknya saya hentakan saja kaki ini, Pada batu yang kamu letakan tadi, agar saya bisa melihat, Maukah kamu menolong saya melihat warna merah itu, Kamu berlarian, nafas mu terengah-engah, Seakan kamu begitu tertariknya sampai kamu lupa sesuatu, Silaunya warna merah itu, Membuat mata saya seperti tertusuk, sebuah panah besar yang tajam Biasanya warna-warna lain, sanggup saya teguk keindahannya Warna ini tidak bisa dicapai, Saya hanya tua keindahannya dari kata-kata yang tiap hari kamu dengungkan Baiknya saya melihat dari teralis besi rumah saja, Di sana aman, saya bisa melemaskan seluruh mata saya yang kelelahan Namun, tetap saja saya tidak bisa menikmati merah itu, Oh karena saya pucat, Pucat, sesorang yang pucat seperti saya, yang bahkan tidak punya rona ini, Ternyata tidak kuat untuk menatap merah yang terang, Lalu saya akan kembalikan batu ini, dan menutup jendela ruma

Jarak bukan kabur dan jangan kabur..

“Yeah, it's a lot To be something I'm not” “I don’t know what’s right and what’s real anymore I don’t know how I’m meant to feel anymore When do you think it will all become clear? ‘Cuz I’m being taken over by The Fear” “I’ll try to stay awake And fight your presence in my head” “Why would you make it easier on me to satisfy” “So tired of the straight line And everywhere you turn There’s vultures and thieves at your back” “Just try not to worry You’ll see them some day” “This is one for the good days And I have it all here in Red, blue, green Red, blue, green I won't be afraid Because I know Today has been the most perfect day I have ever seen ” Jarak, memang gue butuh jarak. Bukan untuk berubah, buat apa gue berubah untuk sesuatu yang belum tentu akan lebih baik nantinya. Gue belum berani untuk mempertaruhkan semuanya. Tapi kali gue baru menyadari beberapa hal, jarak bukan lari. Gue ga mau siapapun untuk ngambil spasi terlalu jauh, apa jadinya sebuah cerita kalau terlalu b

Psikolog atau Gigolo?

Ini adalah sedikit dari sekian banyak obrolan bersama teman-teman kalo lagi nganggur. Psikolog atau gigolo? Sebenernya apa hubungannya coba? Kan gini, kemaren kita lagi ngomongin tentang tante-tante, Dan salah satu temen gue cerita kita bisa dapet duit dari sekedar nemenin tante-tante, Cuma nemenin, ngobrol sama tante-tante, dengerin curhatan si tante, biar si tante ga ngerasa kesepian. Yah yang gue tangkep sih, lumayan kali ya, Cuma ngobrol doang dapet duit, dan setelah gue inget-inget lagi, gue kuliah di jurusan Psikologi yang dituntut harus sering mendengarkan orang lain? Jadi pas bukan, hahaha, eit tapi jangan berpikiran gue bakalan memuluskan pikiran ini, yang bikin gue sedikit berpikir, ada kesamaan profesi antara gigolo sama psikolog, mereka banyak mendengarkan si tante, dan membuat si tante lebih rileks. Cuma kalo gigolo, kebanyakan ga Cuma ngobrol, ada “hal-hal” lain, yang mengikuti dibelakang, dan juga menurut berbagai sumber, ada juga gigolo yang emang langsung ke

Kuping

Kuping, sebuah indera yang luar biasa. Manusia membutuhkan kuping, kuping sendiri, kuping orang lain, kuping. Kuping untuk mendengar initnya, betapa mulianya kuping yang tanpa lelah mendengar suara-suara yang buruk di dunia. Kuping, memang itu yang saya punya, sykur, masih normal, masih bisa mendengar dengan baik. Katanya, kuliah di psikologi, punya kuping yang bermutu itu wajib. Tapi, saya selalu mencoba meningkatkan kualitas kuping, saya asah sebisa mungkin. Tujuannya, sederhana, untuk medengarkan. Agar , dianggap, berguna. Tapi, bagaimana jika saya tidak punya kuping? Bukankah itu modal saya, sebagai seorang mahasiswa Psikologi? Mendengarkan? Jadi, Cuma kuping? Yang dibutuhkan? Kalau saya tidak punya kuping, mungkinkah saya ditinggalkan? Fungsi saya hanya itu? Cuma karena saya punya kuping, Setidaknya, kuping saya dibutuhkan, mekipun bukan diri saya, Kuping saya begitu istimewa. Saya rasa, tidak terlalu. Kuping. sumber gambar http://amoebasterix.mul

menghirup segarnya udara ciwidey.....

Sesak, panas udara Bandung, hilang sementara, terganti dengan udara Ciwidey yang dingin. Akhirnya jadi juga jalan-jalan bareng keluarga, meskipun Cuma ke Ciwidey, asalnya ada beberapa pilihan, satu Dufan, dua Water Boom, tiga Garut, empat Ciwidey. Dufan ga jadi gara-gara, yang tua-tua ga bisa main, alasan diterima, dua water boom, entah alasannya apa, tiba-tiba dicoret, Garut, hampir setuju, tapi gara-gara, yang namanya bisnis yang hari ini katanya ga bisa ditinggal, ada urusan bla.bla..bla..jadi yang bisa tetep jalan-jalan, sekaligus ga usah makan waktu lama yaitu Ciwidey. Kecewa, memang mengingat janjinya, bakalan jalan-jalan seharian, tanpa mikirin urusan masing-masing, bener-bener mencurahkan waktu buat yang namanya jalan-jalan bareng keluarga. Kalo jaman dulu yang namanya jalan-jalan sekeluarga itu hal yang biasa, tapi semenjak gue SMP, jalan-jalan sekeluarga di luar lebaran [bukan jalan-jalan, silaturahmi masuknya], itu adalah hal yang langka. Sibuk, masing-masing, dulu gue yang

refresh

Menyebut namanya saja saya sudah merinding. Seakan saya melihat hal yang saya benci. Padahal saya sangat yakin saya tidak membenci itu. Semakin hari saya semakin konyol tampaknya, punya ekspektasi yang bisa bikin orang berkata, ada-ada saja. Memang ada, jika ingin saya perjelas. Jujur saja, tulisan kali ini pun saya tidak tau bermakna apa dan ke arah mana, semua ini saya serahkan pada jari-jari yang berdosa ini untuk menulis berbagai pengakuan yang tidak langsung. Yang tidak berani untuk diberitakan pada siapapun. Jaman seperti ini masih saja penakut. Masih saja berpikir tidak rasional. Saya yakin bukan saya sendiri yang punya pikiran yang tidak rasional, setiap orang punya. Sebuah hubungan yang mengantar setiap orang untuk menemukan suatu fakta, bahwa sebenarnya saya bukan siapa-siapa di dunia ini, terkejut akan mengetahui fakta itu, tidak, memang saya tidak percaya diri dari dulu. Jadi intinya? Mana saya tau, andai saya tau intinya apa, saya tidak perlu repot-repot lagi berpikir ke

selesai? mungkin..

"Saat terasa waktu telah hilang ku terdiam Saat hanya gundah yang bertentangan" (jingga) Akhirnya, semua terselesaikan, mungkin dan gue harap. Meskipun ga ada yang tau apakah nantinya bakalan menimbulkan masalah-masalah baru. Ga ada yang tau kan. Setelah cukup lama tertunda, sangat lama, karena gue nya, yang ga siap-siap buat ngomongin, ngasih penjelasan. Belum punya cukup energi buat itu. Tapi akhirnya hari kamis kemaren, bisa diselesaikan dengan baik. Gue harap. “Gung lo lebai seminggu ini” hahaha, lucu gue dengernya, mungkin terlihat seperti itu, tapi jadi berlebihan seminggu ini bukan ga ada sebab kan, ya terserah sih kalo penilaiannya kayak gitu. Yang pasti, kalo pada mikir gue jadi berlebihan gara-gara satu hal, wow itu salah besar, gue menjadi gampang panik belakangan ini. Mungkin iya yang memicu adalah s

obrolan atau keluhan?

Haha, mungkin topik ini udah beberapa k ali gue bahas. Asli deh gue ga mau ngebahas ini lagi, tapi gara-gara ada salah satu teman dekat gue yang sedikit frustasi dengan masalahnya. Pacaran. 2 hari yang lalu. Setelah hari-hari yang ma kin melelahkan di kampus, lelah badan, lelah hati, lelah pikiran, semuanya kompak muncul barengan. Dan gue membutuhkan sesuatu yang jarang gue temuin. Teman SMA, ga banyak, dan Cuma satu, dia l agi (dirahasiakan namanya, haha). Gue butuh ngobrol dengan orang yang jarang gue t emuin, yang mungkin bisa menghibur, atau gue bisa cerita seenaknya. Tapi yang gue bahas tenta ng, kondisi belakangan, tapi obrolan 2 orang yang lagi ada di titik jenuh. Yang dikhawatirin temen gue adalah tentang pacaran, eit, bukan dia udah jadian atau lagi berantem sama pacarnya. Tapi, dia mulai kesel sama te men-temennya yang sangat membesar-besarkan masalah pacaran. Dan dia sering ditanya, “Kapan dong punya pacar?”, haha, bayangin dari temen-temen se-grup dia, Cuma dia yang g

Say All I Need-one republic

Do you know where your heart is Do you think you can find it Did you trade it for something, somewhere Better just to have it Do you know where your love is Do you think that you lost it You felt it so strong but nothings Turned out how you want it Well bless my soul You`re a lonely soul Cause you wont let go Of anything you hold Well all I need is the air I breathe And a place to rest my head Do you know what your fate is And are you trying to shake it You`re doing your best and You`re best look You`re praying that you`ll make it Well bless my soul You`re a lonely soul Cause you wont let go Of anything you hold Well all I need is the air I breathe And a place to rest my head Said all I need is the air I breathe And a place to rest my head Do you think you can find it Do you think you can find it Do you think you can find it Better than you have it Do you think you can find it Do you think you can find it Do you think you can find it Better than you have it Better than you have it Said

lalu.

Suatu hari di sebuah langit yang redup, dengan minim sekali cahaya di sana . Duduk seorang laki-laki muda, sedang memperhatikan dengan seksama pemandangan di depannya. Raut wajahnya menunjukan betapa seriusnya ia memperhatikan kejadian itu. Di hadapannya kini ada seorang gadis kecil, meliriknya dengan pelan, lirikan gadis itu tak bisa membuat laki-laki itu berpaling sedetikpun, lirikan halus itu benar-benar mengikat. Gadis itu tampak kedinginan, wajahnya pucat pasi, tanpa ada rona, namun gadis itu mencoba tersenyum, senyumannya pun hanya seadanya, malah kurang. Laki-laki itu pun membalas senyum pahit itu, dengan sambutan beberapa kalimat perkenalan. Awalnya gadis kecil itu tidak mengeluarkan sedikit kata pun. Namun setelah beberapa saat ia mulai banyak bercerita tentang dirinya. Ternyata gadis itu memang badannya saja yang kecil, rapuh, kurus malah, sebenarnya umurnya tidak jauh beda dengan laki-laki itu. Gadis itu tampak begitu menyedihkan, terlalu sendu untuk ukuran gadis jaman s

Dewasa, mimpi, dan kematian

Tinggal beberapa tahun lagi, gue akan benar-benar memasuki dunia orang dewasa yang sesungguhnya. Gugup. Pasti. Semakin tau, apa-apa saja yang terjadi pada kehidupan orang-orang dewasa yang sebenarnya banyak yang belum pantas disebut dewasa, gue semakin takut untuk masuk kedalamnya. Pernikahan, bisnis, keluarga, dan berbagai masalah, gue bukan tipe orang yang seneng punya masalah banyak demi eksistensi, dan gue orang yang cepet panik kalau-kalau ada masalah menghampiri. Itu berarti gue ga siap untuk masuk ke gerbang itu, karena siapa yang jamin kehidupan gue nanti bisa lebih baik dari sekarang? Kita ga pernah tau, yang selalu kita tau adalah harapan-harapan kita nanti, menjadi kaya, punya keluarga bahagia, dicintai orang-orang, menjadi panutan, dan harapan manis lainnya. Itu bagi manusia-manusia yang punya harapan, kalau yang tidak? Gue rasa mereka itu akan lebih cepat, dalam 2 hal, cepat adaptasi jika terjadi sesuatu yang lebih buruk dan yang kedua cepat untuk mengakhiri hidup yang s

tentu, lalu?

Basi, memang, ga rame, yap, ga seru, sangat Ga cukup pintar, bener Garing, oke Menyebalkan, pasti Apalagi, hei, memang saya tidak cukup seru untuk diajak tukar pikiran berjam-jam. Hei, memang saya, tidak mempunyai wawasan yang luas untuk membicarakan berbagai jenis hobi. Tentu, tidak akan ada yang betah untuk berlama-lama. Jadi, apa lebihnya? haha

Pernak pernik-ahan

Finally, kakak gue nikah juga, sebelumnya, gue ucapin semoga kakak gue langgeng selalu, dan ini menjadi pernikahan pertama dan ter akhir, sampai nanti, sampai mati . Sebenernya yang bakalan gue ceitain bukan tentang pernikahannya, soalnya, ya tentang nikahannya magh, alhamdulillah lancer-lancar aja, tapi cerita seputar hal-hal yang kejadian dan orang-orangnya. Teman, kita mungkin sering atau pernah denger kalimat kayak gini. “Bu, beli pepsodent close up dong..” Atau ga “Indomie sedaap satu” Ini merupakan kebiasaan yang paling sering terjadi ama lidah orang Indonesia, dari dulu sampe sekarang, kalo sebuah merk udah terkenal dan melekat di hati orang-orang, meskipun muncul produk sejenis yang berbeda merek tetep aja, nama produk yang pertama dibawa-bawa. Dan, kalimat-kalimat ini sering banget muncul sela ma proses persiapan resepsi, “gung beli Aqua-nya yang Ron 88” Bisa diterima. “Beli rinso yang surf dong!” Hmm, okei, rinso, dianggap sebagai kata dete