Langsung ke konten utama

entah


Letakan batu itu, dan lihat lah, warna merah yang menyelimutinya
Terang sekali, bisakah kamu melihatnya?
Saya tidak, baiknya saya hentakan saja kaki ini,
Pada batu yang kamu letakan tadi, agar saya bisa melihat,
Maukah kamu menolong saya melihat warna merah itu,
Kamu berlarian, nafas mu terengah-engah,
Seakan kamu begitu tertariknya sampai kamu lupa sesuatu,

Silaunya warna merah itu,
Membuat mata saya seperti tertusuk, sebuah panah besar yang tajam
Biasanya warna-warna lain, sanggup saya teguk keindahannya
Warna ini tidak bisa dicapai,
Saya hanya tua keindahannya dari kata-kata yang tiap hari kamu dengungkan

Baiknya saya melihat dari teralis besi rumah saja,
Di sana aman, saya bisa melemaskan seluruh mata saya yang kelelahan
Namun, tetap saja saya tidak bisa menikmati merah itu,
Oh karena saya pucat,
Pucat, sesorang yang pucat seperti saya, yang bahkan tidak punya rona ini,
Ternyata tidak kuat untuk menatap merah yang terang,
Lalu saya akan kembalikan batu ini, dan menutup jendela rumah saya rapat-rapat
Memutuskan, merenung
Dan bercermin lagi, di tengah cahaya yang minim sekali,
Dalam keadaan seperti ini, ternyata saya tidak pucat,
Ada rona, saya tersenyum menatap diri,
Lalu tertawa sekeras-kerasnya.

Ini tidak akan pernah selesai.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak