Langsung ke konten utama

Jarak bukan kabur dan jangan kabur..

“Yeah, it's a lot
To be something I'm not”

“I don’t know what’s right and what’s real anymore
I don’t know how I’m meant to feel anymore
When do you think it will all become clear?
‘Cuz I’m being taken over by The Fear”

“I’ll try to stay awake
And fight your presence in my head”
“Why would you make it easier on me to satisfy”
“So tired of the straight line
And everywhere you turn
There’s vultures and thieves at your back”
“Just try not to worry
You’ll see them some day”
“This is one for the good days
And I have it all here in
Red, blue, green
Red, blue, green
I won't be afraid
Because I know
Today has been the most perfect day I have ever seen



Jarak, memang gue butuh jarak. Bukan untuk berubah, buat apa gue berubah untuk sesuatu yang belum tentu akan lebih baik nantinya. Gue belum berani untuk mempertaruhkan semuanya. Tapi kali gue baru menyadari beberapa hal, jarak bukan lari. Gue ga mau siapapun untuk ngambil spasi terlalu jauh, apa jadinya sebuah cerita kalau terlalu banyak diisi dengan spasi yang terlalu panjang, nyaris sama saja dengan meninggalkan cerita yang sedang dibuat lalu membuat cerita yang baru, yang lagi-lagi tidak ada yang menjamin cerita itu akan lebih bermakna dari cerita sebelumnya. Jarak bukan kabur, seringnya gue mengatasnamakan jarak, rehat, istirahat, dan lain-lain, namun sebenarnya gue hanya kabur, dan dengan kabur itu, masalah hanya ditunda sementara. Dan suatu saat muncul lagi, kenapa tidak selalu dihadapi saja, toh phobia saja bisa hilang dengan prinsip classical conditioning, apalagi masalah-masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan, bukan ditunda, kalau bisa dibiasakan. Jangan sampai gue mati perlahan hanya karena sebuah pemikiran, gue ga mau dikuasai oleh pemikiran-pemikiran yang sebenarnya hanya didramatisir, self handicapping, dan jangan sampai menuju inferiority complex. Jarak bukan kabur, gue ga akan kabur kemana-mana, bukan melarikan diri, bukan mengubah diri menjadi semakin mellow, semua hanya ditunda bukan selesai, dan pasti akan terus berulang-ulang, betapa bodohnya gue kalau masuk lagi ke lubang yang sama, hanya keledai yang masuk ke lubang yang sama untuk kedua kali, dan jika gue terus masuk, artinya gue lebih bodoh dari keledai. Jarak bukan kabur, semua bakal baik-baik aja, semua akan mengalir dengan sewajarnya, percayalah, jarak yang terlalu jauh akan membuat beban semakin besar, untuk mengejarnya kembali. Pecahkan dulu batu yang ada di kepala, tinggalkan semua teori dan argumen yang ada, pikirkan berulang-ulang, jika kalian berpikir memang mudah mengatakannya, gue bilang, memang mudah. Masalah akan terus ada, lagi dan lagi, itu wajar jika merasa kesulitan, tapi semua akan terlewati, bukan ditunda.
Jarak bukan lari, bukan berubah, bukan takut, bukan berhenti di tengah cerita, lanjutkan kembail cerita yang sudah ada, sampai benar-benar tamat. Jarak bukan lari, dan jangan berlari, kalaupun ingin berlari, janganlah berlari sendirian, kali ini gue setuju sama pendapat satu orang, “ga ada yang bener-bener pengen sendiri”, ribuan argumen untuk membantahnya, gue siap mendengarkannya, kuping gue masih ada. Mudah-mudahan tidak ada yang berubah. Semuanya, baik itu teman dekat, teman jauh, saingan, teman lama, teman yang akan datang, maupun rekan.

Jangan tekan spasi terlalu lama teman, rapatkan kembali kata-kata, agar menjadi cerita yang utuh.

[lyric: The Show, The fear, Adelaide Sky, Black black heart, angel, stop crying your heart out, video tape, on a high]

“well, it's a lie it's a lie - don't you believe it.
if you're fine then you're fine - it's all how you see it.
oh, there never will be no conspiracy of happiness.

I'm on a high I'm on a high
and there's nothing more to it
I have the sun, it's a star
why should I refuse it”

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling (part 1)

Hei apa kabar my dearest blog? Wah sudah dua tahun ya tidak ada posting sama sekali di blog ini. Bukan tidak ingin untuk menulisa lagi, hanya saja hmmmmm. Okey mari kita lewati memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis, sekarang saya akan sedikit memberikan pengalaman saya seputar jalan-jalan. Rasanya sudah cukup lama sih tidak menulis sesuatu yang bersifat informatif di blog ini. Tulisan-tulisan terakhir saya berisi cerita-cerita fiksi, keluh kesah, puisi, dan hal-hal yang mungkin kurang informatif dan bermanfaat (tapi cukup menghibur kan?). Bukan sok nasionalis sih, tapi emang Indonesia itu negara yang luas dan punya banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi.   Saya tiba-tiba baru sadar bahwa saya sudah terlalu sering jalan-jalan. Memang sih saya belum bisa dikategorikan sebagai backpacker sejati atau traveler akut. Apalagi kalau mau adu jumlah negara yang dikunjungi, duh saya masih cupu sekali. Selain karena waktu dan ehem budget, saya lebih fokus u

Review: The Other Boleyn Girl

I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak. Film ini bercerita tentang sebuah

8 Hari Jelang Premiere

Ternyata saya mengalami ketakutan luar biasa jelang premiere. Takut kalau filmnya malah dihujat orang, takut kalau dengar selentingan "Ih filmnya ga banget deh". Takut juga denger "Duh Sutradaranya payah nih". Dan komentar-komentar lainnya yang bisa menyayat hati. Sumpah. Ini baru pertama kalinya film pendek yang saya sutradarai di putar secara umum. Dan ternyata rasanya lebih fantastis. saya malah jadi takut jangan-jangan tidak ada yang mau nonton film "Senja" lagi. Wajarkan ya kalau sutradara amatir semacam saya mengalami kegugupan ini? Mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Acaranya banyak yang datang dan tidak mengecewakan. Amien