Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari April, 2010

Bulan ini.

April, wow begitu banyak hal-hal yang membuat saya relative stress. Fiuh, 30 hari ini begitu banyak “ujian” yang diberikan Tuhan pada saya. Dan saya dituntut harus bisa menyelesaikannya. Bulan ini saya diharuskan lebih banyak bersabar dan belajar mengatasi berbagai problematika hidup. Saya anggap bulan ini sangat berat. Berat untuk dijalani. Berat untuk dihadapi. Berat untuk dibayangkan. Kalau biasanya saya bisa dengan mudah “menyederhanakan” masalah. Atau “berusaha” menganggap sebuah masalah dengan sederhana agar saya tidak panic. Rasanya bulan ini saya sedikit kehilangan kemampuan itu. Bulan ini, dimana tugas-tugas kuliah yang seharusnya tidak sampai membuat saya “lelah” kini rasanya saya seperti membawa sebuah tas berisi 100 Kg. Dan saya sulit berjalan. Apalagi berpikir jernih. Kondisi kesehatan yang semakin tidak karuan. Saya sampai heran sendiri, kenapa bulan ini saya begitu mudahnya sakit. Saya tidak tau pasti, apa melemahnya daya taha tubuh saya ini karena beban piki

Review: Once

Once, and I have to say: It’s so sweet an cool! Film ini bener-bener punya rasa yang ga bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ceritanya sederhana banget! Tapi dari kesederhanaannya pesna dari film ini malah sangat tersampaikan. Salut buat acting kedua artis ini Glen Hansard dan Markéta Irglová yang sangat natural. Chemistry nya kuat alhasil suasana romantisnya pun terasa. Tapi romantisme yang disajikan disini tidak berlebihan. Lagi-lagi sederhana. Dan yang paling membuat ini semakin kuat adalah MUSIKnya. ONCE bisa dibilang film yang bertemakan music. Meskipun bukan film musical, tapi hampir 40% film ini berisikan lagu-lagu yang jadi soundtrack. Saya seperti menonton video clip, kenapa saya bilang bukan masuk drama musical soalnya ini bukan film yang dalam berdialog menggunakan nyanyian. Saat saya menonton film ini saya lebih melihatnya seperti kumpulan video-video clip yang dikemas menarik. Dari sinemtografinya sendiri yang membuat ini terasa natural adalah teknik handle held. Dan saya sa

Review: The Good Night

Dreaming is believing Film yang sangat berkesan di benak saya. Sebuah film garapan Jake Paltrow ini menceritakan tentang MIMPI. MIMPI dalam arti sebenarnya yaitu hal yang terjadi saat tidur. Film ini di bintangi oleh Martin Freeman, Penelope Cruz, Danny DeVito, dan Gwyneth Paltrow . Bukan nama-nama yang asing bukan? Hanya saja film ini sepertinya tidak bisa dinikmati oleh semua orang, alurnya sangat lambat dan ceritanya yang memang sedikit membingungkan. Hal yang menarik dari film ini adalah saat kejadian di dunia mimpi ternyata bisa saja membuat efek yang besar dalam kehidupan seseorang. Saat seseorang ternyata lebih menyukai dunia mimpi daripada dunia nyata. Hal itu terjadi karena terlalu takut akan apa realitas yang sebenarnya terjadi. Dan saya rasa banyak orang-orang yang sempat berpikir, “Coba aja hidup Saya seperti di mimpi semalam”. Mimpi terkadang sangat menyenangkan. Saat kita bisa mencoba hal-hal baru, dan sejenak terlepas dari tuntutan hidup yang semakin tidak ka

Review: The Other Boleyn Girl

I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak. Film ini bercerita tentang sebuah

Review: BEN vs GUE

Yak kali ini bukan review seperti biasanya, melainkah edisi khusus review. Karena saya akan coba mengadu antara kedua film besutan F2PB, BEN dan GUE. Saya akui membuat film panjang bukan perkara mudah seperti membalikan tempe di penggorengan. Butuh kerja keras, komitmen yang tinggi, dan tentu saja optimisme. Dan saya berikan satu kata pertama, salut! Apalagi kedua film ini kala itu diproduksi oleh para pelajar SMA. Yak mari kita mulai dari segi cerita. Keduanya sama-sama berlatar belakang anak SMA. Mungkin karena yang membuatnya anak SMA sehingga mungkin akan lebih dapat feelnya dengan latar belakang SMA. Ben mengisahkan tentang seorang pelajar SMA yang sedang mengalami sulitnya hidup. Sedangkan GUe intinya adalah dinamika anak SMA di tahun terakhir sekolahnya. Namun saya harus katakana cerita GUE lebih bikin greget, karena ceritanya dinamis. Dan lagi lebih terasa karena hampir semua orang pernah mengalami yang namanya kebimbangan saat di kelas 3, setuju? Dalam BEN saya mera

Keluhan Minggu Ini

GILA! Keluar dari BEM atau di jurusan lain lebih dikenal dengan Himpunan, ternyata tidak ada perubahan besar dalam hal kegiatan. Saya pikir keluar dari BEM maka waktu kosong saya akan semakin berlipat ganda. Saya bisa lebih banyak bermain, mengerjakan tugas, dan menulis cerita. Tapi ternyata keadaan malah lebih menggila. Kegiatan komunitas Sublimotion yang semakin lama akan semakin padat dan acara Dies Natalis Psikologi yang rencananya mau dibikin gede-gedean. Di Sublimotion sendiri ada beberapa event dan syuting film serta proyek tambahan bikin clip wedding orang. Dan semuanya dalam waktu berdekatan. Tapi ternyata kegiatan yang banyak ini semakin dipersulit dengan tugas-tugas yang makin lama makin edan. Sebenarnya sih belum terlalu terasa beratnya untuk saat ini. Cuma buat dibayangkan rasanya malah membuat diri saya stress. Rasanya saya sudah bersiap-siap untuk dihimpit dengan beban beberapa ton. Hikmahnya? Ya dituntut membagi waktu dengan adil. Tapi pengen liburan, selama seminggu ya

Review: Hachiko

Film yang cukup menguras emosi. Film yang dimainkan oleh Richard Gere dan anjing Hachi ini sukses membuat saya hampir menangis. Dan siapa yang aktingnya paling juara di film ini? Bukan Richard gere melainkan Hachi sang anjing. Film ini diangkat dari kisah nyata, tentang seorang professor yang menemukan seekor anjing. Awalnya istri Professor Parker Wilson tidak setuju dengan adanya anjing di rumah. Namun setelah melalui proses yang cukup panjang akhirnya istrinya pun meneriman Hachiko tinggal di rumah. Hachi setiap harinya selalu mengantar sang profesor sampai ke stasiun. Dan setiap jam 5 maka ia datang untuk menjemput tuannya. Dan kebiasaan Hachiko it uterus ia lakukan sampai sang tuan meninggalkannya. Film ini memberi pesan bahwa binatang pun bisa lebih setia daripaada manusia, (tuh manusia denger, haha). Secara sinematografi, film ini tidak menyajikan sesuatu yang special. Dan dari segi cerita pun memang sedih, namun sebenarnya ceritanya agak biasa. Tapi sutradara yan