Langsung ke konten utama

Review: The Other Boleyn Girl


I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak.

Film ini bercerita tentang sebuah keluarga di desa kecil di Inggris. Sir Thomas Boleyn mempunyai 3 anak, 2 perempuan dan satu laki-laki. Karena ambisi ayahnya ingin derajatnya beserta keluarganya terangkat. Anaknya yang kedua Mary Boleyn sudah menikah. Sedangkan anak pertamanya Anne Boleyn belum. Saat itu Ratu Inggris mengalami keguguran, dan Raja Henry VIII saat itu sangat membutuhkah kehadiran anak laki-laki. Mendengar kesempatan itu Thomas Boleyn dengan adiknya Duke of Norfolk merencanakan agar Anne bisa dikirim ke istana agar bisa “tidur” dengan Henry VIII agar bisa mempunyai anak laki-laki. Namun sayang sang Raja ternyata lebih menyukai Mary adik Anna, Dan dari sana konflik dua bersaudara ini semakin panas. Anne yang merasa kecolongan oleh adiknya merasa dendam dan semakin ambisius. Sampai suatu saat dia berhasil menjadi Ratu Inggris mendampingi Raja Henry VIII. Namun ternyata hal itu tidak membuatnya bahagia, pro-kontra timbul di dalam masyarakat Inggris. Sampai muncul lah, suatu kejadian dimana Anne harus dihukum mati karena bercinta dengan adik laki-lakinya sendiri.

Film ini sangat memanjakan mata dengan warna-warna yang klasik dan adem. Segi kostum dan setting tampaknya tidak ada yang mengganggu. Film ini dibuat dengan sepenuh hati dan sepenuh biaya tampaknya. Tidak ada masalah dengan sinematografi.

Dari acting, antara Anne (Natalie Portman), Mary (Scarlet Johanson) dan Henry (Eric Bana). Saya sangat kagum melihat acting Natalie Portman, meskipun yang lainnya juga memukau namun Natalie juara. Padahal dari ketiga artis diatas tidak ada satupun yang asli orang Inggris. Meskipun kadang-kadang logat Inggris tidak terasa, tapi tidak mengurangi kualitas acting pemainnya. Tidak lupa pemeran George Boleyn yaitu Jim Sturgess yang berakting prima meskipun minim dialog.

Last paragraph, film ini menawarkan cerita yang kuat. Sehingga kekuatan utama dari film ini selain sinematografi dan para pemain papan atasnya, yaitu ceritanya. Dan menurut saya film ini sangat layak ditonton. Tapi siap-siap dengan alur yang sedikit lambat diawal-awal dari total 115 menit.

You've reached too high... as always-Mary Boleyn

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak