Langsung ke konten utama

Review: Once


Once, and I have to say: It’s so sweet an cool! Film ini bener-bener punya rasa yang ga bisa diungkapkan dengan kata-kata. Ceritanya sederhana banget! Tapi dari kesederhanaannya pesna dari film ini malah sangat tersampaikan.



Salut buat acting kedua artis ini Glen Hansard dan Markéta Irglová yang sangat natural. Chemistry nya kuat alhasil suasana romantisnya pun terasa. Tapi romantisme yang disajikan disini tidak berlebihan. Lagi-lagi sederhana.



Dan yang paling membuat ini semakin kuat adalah MUSIKnya. ONCE bisa dibilang film yang bertemakan music. Meskipun bukan film musical, tapi hampir 40% film ini berisikan lagu-lagu yang jadi soundtrack. Saya seperti menonton video clip, kenapa saya bilang bukan masuk drama musical soalnya ini bukan film yang dalam berdialog menggunakan nyanyian. Saat saya menonton film ini saya lebih melihatnya seperti kumpulan video-video clip yang dikemas menarik.

Dari sinemtografinya sendiri yang membuat ini terasa natural adalah teknik handle held. Dan saya sangat senang dengan teknik pengambilan gambar yang seperti ini. Postmodern sekali, benar-benar mengandalkan kebebasan berekspresi. Meskipun gambarnya banyak bergoyang dan ada beberapa zoom yang kasar tapi disanalah letak artistic film ini. Dan teknik ini memang sedang banyak digemari. Meskipun hanya sedikit film yang berani menggunakan teknik seperti ini dari awal sampai akhir.

Film ini bercerita tentang seorang laki-laki yang mengamen di pinggiran jalan. Lalu tiba-tiba ada seorang perempuan datang dan kagum dengan lagu yang dinyanyikan. Dan dari sana mereka berkenalan. Keduanya ternyata sama-sama sedang dilanda masalah cinta. Selain kesamaan dalam hal selera music, kesamaan love life nya membuat mereka semakin dekat. Sampai pada akhirnya si laki-laki berniat serius menjalani karir bermusiknya.

Film yang sederhana, tapi ini bukan film murahan kok. Terbukti dari berbagai ajang penghargaan yang dimenangkannya. Satu hal yang baru saya sadari saat ending film ini, kedua tokoh ini tidak mempunyai nama. Hanya disebut “Guy” dan “Girl”.

Director: John Carney
Release Date: 23 Maret 2007
Awards: Oscar: Best Achievement in Music Written for Motion Pictures, Original Song and another 14 wins.

Guy: “During the daytime people would want to hear songs that they know, just songs that they recognize. I play these song at night or I wouldn't make any money. People wouldn't listen”
Girl:” I listen”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak