Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2010

Suara-suara Gaib di Bandung

Kemarin sore ada pemandangan baru di beberapa persimpangan jalan di Bandung. Sebuah speaker yang mengeluarkan lagu-lagu nasional dengan kualitas sekelas polifonik. Awalnya saya sendiri tidak sadar bahwa munculnya suara-suara itu ternyata berasal dari speaker yang ditempel di atas lampu lalu lintas. Saya pikir itu suara ringtone hp seseorang. Entah ada angin apa yang membuat pemkot Bandung menempel speaker-speaker tersebut. Mungkin dalam rangka ulang tahun Bandung ke 200. Mungkin tujuan dipasangnya speaker-speaker itu untuk menimbulkan kesan semarak. Bisa juga agar para pengendara yang menunggu tidak bosan. Tapi mungkin niat baik itu saya rasa kurang nendang. Satu, speaker yang dipasang entah KW berapa, yang pasti seperti toa buat LDKM dan tidak ada indah-indahnya. Kedua musik yang diputar, ya ampun kenapa terdengar seperti polifonik sih? Kenapa tidak menyuruh seorang penyanyi yang menyanyikan lag nasional yang diputar, pasti akan terasa lebih merdu. Kalau sekarang setiap ada di lam

Panasonic Gobel Award

Panasonic Gobel Award (PGA) adalah ajang award yang diadakan setahun sekali guna mengapresiasi program-program TV. Acara penghargaan ini rutin dilakukan dan masih bertahan hingga 13 kali digelar. Bisa dibilang kini PGA adalah award paling prestige yang dimiliki oleh insan pertelevisian. Sehingga jika ada sebuah program atau orang yang berhasil mendapatkannya mungkin akan bangga sekali. Proses penjurian di PGA sih katanya dipilih berdasarkan polling yang dilakukan melalui SMS, web, dan angket yang disebar di sekolah-sekolah. Dan hasilnya bisa kita lihat sendiri dibawah ini. 1. Program Musik Favorit- Dahsyat. 2. Program Anak Favorit- Idola Cilik. 3. Presenter Talk Show Favorit- Andy F. Noya. 4. Program Pencarian Bakat Favorit- The Master. 5. Presenter Infotainment Favorit- Feni Rose. 6. Pembawa Acara Musik Favorit- Olga Syahputra. 7. Pelawak Favorit- Olga Syahputra. 8. Program Acara Favorit- Djarum ISL. 9. Presenter Talent Show Favorit- Okky Lukman. 10. Program Infotainment Favorit- Sil

Komunitas Film di Bandung

Hari Minggu kemarin saya diundang oleh salah satu kakak tingkat saya di kampus yang sudah lebih dulu terjun ke dunia komunitas film. Saya yang tergabung dalam komunitas film yang bernama Sublimotion awalnya merasa sedikit tidak yakin untuk menghadiri undangan tersebut. Alasannya sederhana, komunitas Sublimotion bukanlah komunitas yang terlalu serius-serius amat dan lagian kita sangat baru. Hal itu sempat membuat saya agak sedikit kebingungan akan acara kumpul tersebut, disana saya mau ngapain ya? Setelah datang saya agak surprise dengan siapa saja yang akan datang ke acara tersebut. Ternyata yang datang adalah komunitas-komunitas film yang sudah cukup punya nama dan sudah cukup “senior”. Saya sedikit minder,wah jangan-jangan apa yang akan mereka bahas adalah topic yang saya tidak mengerti. Saya pun diberi beberapa helai kertas tentang apa yang akan dibicarakan hari ini. Saat saya membaca, saya masih kurang mengerti, namun intinya komunitas film di Bandung masih maju sendiri-sen

Firstmotion: our first step

Fenomena Calon Artis (katanya) RD...

Kalau sekarang sih udah bisa dibilang artis soalnya dia udah punya iklan. Tapi lama-lama saya salut sama strategi marketingnya artis yang satu ini. Kalau suka merhatiin jalan-jalan di Bandung, pasti kita bisa liat banyak banget poster-poster yang berisikan foto dia plus tulisan-tulisan lainnya. Poster yang pertama saya lihat adalah, "RD jago akting dan iklan...bla..bla...". Kesan pertama yang saya rasakan saat itu, "Apa Sih". Esoknya saat melihat lagi, "Garila Ih", esoknya lagi "Gila ni orang niat banget jadi artis". Bener RD sangat nafsu jadi terkenal seantero Indonesia mungkin. Sampai-sampai urat malu pun mungkin sudah putus sekali. Dan strategi pemasaran RD tuh termasuk yang inovatif menurut saya. Belum pernah ada orang yang pengen jadi artis sampai seniat itu bikin poster dan ditempel dimana-mana, come on girl, kalau takdir jadi artis ga akan kemana. Tapi poster-poster itu sukses sih mencuri perhatian sampai beberapa teman saya pun membuka fa

8 Hari Jelang Premiere

Ternyata saya mengalami ketakutan luar biasa jelang premiere. Takut kalau filmnya malah dihujat orang, takut kalau dengar selentingan "Ih filmnya ga banget deh". Takut juga denger "Duh Sutradaranya payah nih". Dan komentar-komentar lainnya yang bisa menyayat hati. Sumpah. Ini baru pertama kalinya film pendek yang saya sutradarai di putar secara umum. Dan ternyata rasanya lebih fantastis. saya malah jadi takut jangan-jangan tidak ada yang mau nonton film "Senja" lagi. Wajarkan ya kalau sutradara amatir semacam saya mengalami kegugupan ini? Mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Acaranya banyak yang datang dan tidak mengecewakan. Amien

Review: Bahwa Cinta Itu Ada, tapi di Film ini Ga Kerasa Cintanya yang Kerasa Cuma...

Ketidakjelasan. Itu adalah kata yang pas untuk melanjutkan kalimat di atas. Film yang diangkat dari novel 3G (Gading-Gading Ganesha) ternyata jauh dari apa yang saya harapkan. Harapan awal saya akan film ini cukup tinggi mengingat film ini diangkat dari sebuah novel yang cukup populer. Juga diisi oleh pemain-pemain film Indonesia yang sudah cukup berpengalaman. Ditambah film ini disutradarai oleh Sujiwo Tejo. Siapa yang tidak kenal dengan Sujiwo Tejo? Seorang dalang yang juga aktor yang menakjubkan aktingnya. Sayang kualitas aktingnya tidak sebaik kualitas ia menyutradarai film. Dari cover filmnya awalnya saya tidak menyangka bahwa cover film itu adalah film-nya 3G. Karena..... bisa dilihat sendiri deh. Seperti film geje Indonesia lainnya. Tapi kekecewaan saya terhadap covernya bisa saya tahan mengingat slogan "Don't judge a film by it's cover" belum tentu kan? Tapi saat menonton, beh, sumpah kacau. alur yang tidak jelas, kamera yang tiba-tiba bergoyang, akting bebe

antara Biru dan Jingga

“Saya selalu senang bersantai di cafĂ© ini” “Alasannya?” “Suasananya, kopinya…” “Cuma itu?” “Tentu ada hal lain,hmmm… ini tempat kencan kita yang pertama bukan?” Mereka terdiam sejenak. Biru meraih cangkir kopi yang ada di meja. Kemudian dia meniup-niup kopi yang masih panas itu. Sedangkan Jingga hanya memperhatikan setiap gerak tak berarti dari laki-laki yang ada di hadapannya dengan seksama. Bola matanya tak henti bergerak mengikuti setiap perubahan gerakan yang dilakukan Biru. “Itu tidak bisa dibilang kencan..” ujar Jingga membuka keheningan. Biru mengerutkan keningnya pertanda tidak setuju. “Iya-iya, kamu mencoba mengungkit-ungkit kesalahan terbesar yang pernah saya buat bukan?, ohh..Jingga tolong..” “Tidak…” Jingga memotong dengan santai. “Lalu?” tanya Biru penasaran. “Saya hanya menegaskan Biru, bahwa itu tidak termasuk kencan”. Biru mengangguk-anggukan kepalanya. “Kamu tau sendiri kan? Hal yang paling saya sesali adalah, kenapa saya tidak pernah berani m