Langsung ke konten utama

antara Biru dan Jingga

“Saya selalu senang bersantai di café ini”

“Alasannya?”

“Suasananya, kopinya…”

“Cuma itu?”

“Tentu ada hal lain,hmmm… ini tempat kencan kita yang pertama bukan?”

Mereka terdiam sejenak. Biru meraih cangkir kopi yang ada di meja. Kemudian dia meniup-niup kopi yang masih panas itu. Sedangkan Jingga hanya memperhatikan setiap gerak tak berarti dari laki-laki yang ada di hadapannya dengan seksama. Bola matanya tak henti bergerak mengikuti setiap perubahan gerakan yang dilakukan Biru.

“Itu tidak bisa dibilang kencan..” ujar Jingga membuka keheningan. Biru mengerutkan keningnya pertanda tidak setuju.

“Iya-iya, kamu mencoba mengungkit-ungkit kesalahan terbesar yang pernah saya buat bukan?, ohh..Jingga tolong..”

“Tidak…” Jingga memotong dengan santai.

“Lalu?” tanya Biru penasaran.

“Saya hanya menegaskan Biru, bahwa itu tidak termasuk kencan”. Biru mengangguk-anggukan kepalanya.

“Kamu tau sendiri kan? Hal yang paling saya sesali adalah, kenapa saya tidak pernah berani mengatakan apa saya rasakan padamu Jingga…”

“Gengsimu terlalu tinggi, padahal apa susahnya bilang, Saya suka Kamu atau I Love You, atau apapun kalimat yang menyatakan ketertarikan kamu pada saya..” jawab Jingga ketus.

Biru menundukan wajahnya terlihat menyesal. Buru-buru Jingga menyambung ucapannya tadi. “Dan sekarang harusnya kamu malu mengungkapkan penyesalan itu sekarang, apalagi kalau anak-anakmu yang dua biji itu dengar..malu Biru…ingat umur!”

“Kamu tau Jingga, sebenarnya waktu itu bukan sekedar gengsi, terlalu banyak pertimbangan yang saya buat dulu, sampai-sampai saya melupakan satu hal…”

“Apa?”

“Kalau Saya sayang Kamu, Jingga”

Jingga tersipu malu. Biru tersenyum lebar pada Jingga. Ia yakin telah melakukan hal yang benar.

“Seandainya kamu bilang itu dari dulu, mungkin saya tidak perlu menikah dengan si brengsek itu” sesal Jingga.

“Hei..hei tenang” Biru mencoba menenangkan Jingga.

“Kalau warna Jingga dicampur warna Biru, warna menjadi tidak jelas…”

“Maksud ucapan kamu apa Biru?” Apa kalau kita disatukan akan menghasilkan hubungan yang tidak jelas? Begitu?” Jingga sedikit kesal.

“Belum selesai Jingga, tapi dibalik ketidakjelasan warna yang muncul malah membuat perpaduan yang unik”. Mendengarnya Jingga pun terdiam kembali, sambil berusaha mengingat masa-masa indahnya bersama Biru 6 tahun yang lalu. Keduanya kini saling menembus waktu yang telah terlewat selama ini.

“Lalu sekarang bagaimana” tanya Jingga ragu.

“Saya sudah bercerai Jingga, kedua anak saya pun ikut dengan saya, kini saya hanya menunggu kesiapan dari kamu saja”

“Mudah sekali kamu bicara kata cerai..”

“Tidak sesulit yang kamu pikirkan Jingga, Saya sudah melewatinya.”

“Pernikahannya besok ya?” tanya Jingga diikuti dengan anggukan Biru yang bersemangat.

“Persiapannya sudah matang kan? Dan saya pun sudah sangat siap”. Tiba-tiba seorang perempuan datang menghampiri meja mereka berdua. Biru membisikan sesuatu pada perempuan itu. Memberikan sebuah tanda pada Biru setelah itu perempuan itu meninggalkan meja itu sambil tersenyum pada Jingga. Jingga membalas senyumnya.

“Terima kasih ya Jingga”

“Saya tidak butuh kata terima kasih Biru, pertemanang kita yang rumit ini sudah berlangsung lama, kita harus tetap professional bukan?”

Biru awalnya tersenyum. Kemudian ia malah tertawa keras. JIngga hanya senyum sambil geleng-geleng kepala.

“Tentu saya akan bayar Jingga, kamu jangan khawatir, maksud ucapan terima kasih saya adalah..”

“Terima kasih telah mengenalkan dia pada saya, itu kan?” potong Jingga.

Mereka berdua tertawa diiringi music masa kini yang mengalun dari tadi.

“Mungkin, setelah membuka Wedding Organizer, saran saya kamu juga harus buka Biro Jodoh ya?”

“Mungkin Biru, mungkin…”

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak