Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2011

Review: Langit Di Balik Kaca

Yap, ini film indie. Karya seorang sineas dari Bandung, sebetulnya saya tidak akan nonton film ini kalau tidak kenal dengan directornya. Soalnya promonya kurang gencar kali ya. Tapi kenal dengan directornya bukan berarti saya jadi menghilangkan keobjektifan dalam menilai film ini. Oh sebelumnya, film ini mungkin baru bisa dinikmati di Bandung, gosipnya sih nanti bakal tayang di Jakarta. Sebenarnya saya punya ekspektasi yang cukup tinggi mengenai film ini pada awalnya, karena dulu pun ada film Cin(T)a, film indie juga yang cukup baik dari segi cerita. Dan ketika melihat poster film ini, membuat saya berekspektasi tinggi, tagline filmnya cukup menarik, 5 people 4 stories 3 loves 2 parents 1 radio. Wow saya langsung membayangkan kualitas seperti film Jakarta Maghrib milik Salman Aristo. Ternyata harapan saya mengenai film ini runtuh seketika. Seperti film Cin(T)a film ini juga bermasalah dengan audio, ya lagi-lagi audio, malah menurut saya film ini lebih kacau audio, banya

Siapa yang dicari?

Mungkin beberapa orang menganggap saya sebagai orang yang sangat ribet dan sulit untuk mencari pasangan. Terlalu selektif atau mungkin menggunakan standar yang terlalu tinggi. Sebenarnya tidak juga, memang saya selama ini selalu menyebutkan bahwa saya mencari yang "bertampang" dan "berotak". Tapi itu hanya kriteria ideal bukan? Semua orang saya rasa mempunyai kriteria idealnya masing-masing. Lalu ketika ada yang bilang, "Sebenernya pilihannya kan banyak Gung, cuman Kamu aja yang ga ngebuka hati?". Saya jadi berpikir, banyak dari mana? Hmm, ya mungkin jumlah banyak yang dihitung teman saya berdasarkan orang yang *maaf kalau enek* mungkin hanya sekedar naksir-naksiran kepada saya. Dan itu bukan hitungan kalau menurut saya. Yang masuk hitungan adalah yang memang benar-benar menaruh perhatian sangat lebih mungkin, saya yakin itu jumlah hanya sedikit. Tapi yang kadang jadi persoalan saya adalah, setiap saya yang mulai menaruh perhatian pada seseorang selalu a

Dan Begitulah Kenyataannya

Kenyataan. Itu adalah hal yang harus dihadapi setiap saat. Kenyataan tidak selalu indah dan tidak selalu menyedihkan. Kadang saya sulit menerima suatu kenyataan. Kenyataan bahwa saya tidak bisa mengubah hal itu menjadi suatu hal yang orang pikir baik. Kenyataan tersebut mungkin adalah sebuah takdir yang harus saya telan bulat-bulat. Suatu kenyataan yang saya yakin tidak ada satupun di dunia ini menginginkannya. Saya tau bahwa Tuhan tidak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan umat-Nya. Itu artinya saya seharusnya bisa melewati semuanya. Tapi ada hal yang tidak bisa saya mengerti, apakah Tuhan memang menakdirkan seseorang menjadi jahat? Apakah memang begitulah aturan yang dibuat-Nya? Bahwa orang-orang yang ditakdirkan tidak baik harus berusaha 10 kali lipat daripada orang-orang yang ditakdirkan baik. Lalu kenapa harus ada hal seperti itu? Dan begitulah kenytaanya, saya tidak bisa mengubahnya, takdir atau bukan, cobaan atau bukan, saya masih belum bisa menerima kenyataannya.

unbelievable things

Mungkin kita sering menemukan hal-hal yang sulit untuk dipercaya sampai hal yang tidak bisa dipercaya ataupun luar biasa. Ya kadang-kadang kita baru menyadarinya setelah suatu kejadian terjadi dan tiba-tiba kita berkata "Wow, that's unbelievable!". Kemarin saya mendengar seorang dosen yang sangat inspiratif berkata bahwa waktu istrinya hamil anak pertama gajinya hanya puluhan ribu sebulan dan sehari-harinya istrinya lebih sering diberi makanan sayur-sayuran. Dan tanpa disadari hidup telah berlalu berapa belas tahun, kini ia menjadi seorang guru besar dan anak-anaknya bahkan sampai kuliah keluar negeri. Sebutlah kepintaran yang ada pada anaknya faktor genetik sehingga walaupun pada masa kehamilan diberi sayur dengan minim protein hewani tetap saja hasilnya akan pintar. Namun dibalik faktor genetik tadi, kadang-kadang kita dibuat tidak percaya tentang berbagai hal dalam hidup, from nothing to something. Istilah klasik yang sering ditemui di majalah-majalah abege itu memang

Let's start again

Saatnya untuk bangkit! Sebuah kalimat yang mungkin sering didengung-dengungkan oleh orang untuk sekedar memompa semangat hingga untuk iklan partai politik. Kalimat berlebihan itu sekarang akan saya coba gunakan untuk bangkit dari berbagai keterpurukan yang saya rasa mengenai dunia perkuliahan (atau mungkin yang lainnya juga). Bangkit dari keterpurukan bukanlah perkara mudah seperti menghapus tulisan yang salah dengan penghapus mahal. Butuh energi ekstra dan niat yang sangat penuh. Saya kembali ingat apa tujuan saya berkuliah, sederhana saja saya ingin meraih kesuksesan secara materi. Sebut saja saya berorientasi pada uang, tapi memang saya ingin melakukan dan membahagiakan keluarga saya terutama Ibu saya. Mungkin banyak yang menganggap pemikiran saya terlalu sederhana, membahagiakan orang lain lewat materi padahal banyak cara untuk membahagiakan orang lain. Namun terselip motif lain yaitu pembukitian diri. Sayangnya pembuktian itu terkadang diukur oleh orang lain lewat materi yang saya