Saatnya untuk bangkit! Sebuah kalimat yang mungkin sering didengung-dengungkan oleh orang untuk sekedar memompa semangat hingga untuk iklan partai politik. Kalimat berlebihan itu sekarang akan saya coba gunakan untuk bangkit dari berbagai keterpurukan yang saya rasa mengenai dunia perkuliahan (atau mungkin yang lainnya juga). Bangkit dari keterpurukan bukanlah perkara mudah seperti menghapus tulisan yang salah dengan penghapus mahal. Butuh energi ekstra dan niat yang sangat penuh.
Saya kembali ingat apa tujuan saya berkuliah, sederhana saja saya ingin meraih kesuksesan secara materi. Sebut saja saya berorientasi pada uang, tapi memang saya ingin melakukan dan membahagiakan keluarga saya terutama Ibu saya.
Mungkin banyak yang menganggap pemikiran saya terlalu sederhana, membahagiakan orang lain lewat materi padahal banyak cara untuk membahagiakan orang lain. Namun terselip motif lain yaitu pembukitian diri. Sayangnya pembuktian itu terkadang diukur oleh orang lain lewat materi yang saya punya nantinya.
Ibu saya mungkin menaruh harapan yang cukup tinggi pada saya, apalagi kakak-kakak saya yang sepertinya memandang saya sebagai orang yang dapat diandalkan atau mungkin cukup cerdas. Satu sisi itu menjadi beban tersendiri, namun beban tersebutlah yang membuat saya ingin kembali ke niat semula. Saya tidak ingin mengecewakan mereka sedikitpun. Walaupun harus sedikit memaksakan diri.
Semester ini baru saja dimulai entah kini pikiran saya telah terisi semangat, saya memulainya dengan antusias. Sayangnya saya tipe orang yang cepat antusias tapi cepat juga menurun antusiasmenya. Itu artinya saya harus menjaga stabilitas antusiasme saya terjadap dunia kuliah yang akan bergulir dengan cepat. Dan mudah-mudahan saya tidak tergilas di dalamnya.
Saya kembali ingat apa tujuan saya berkuliah, sederhana saja saya ingin meraih kesuksesan secara materi. Sebut saja saya berorientasi pada uang, tapi memang saya ingin melakukan dan membahagiakan keluarga saya terutama Ibu saya.
Mungkin banyak yang menganggap pemikiran saya terlalu sederhana, membahagiakan orang lain lewat materi padahal banyak cara untuk membahagiakan orang lain. Namun terselip motif lain yaitu pembukitian diri. Sayangnya pembuktian itu terkadang diukur oleh orang lain lewat materi yang saya punya nantinya.
Ibu saya mungkin menaruh harapan yang cukup tinggi pada saya, apalagi kakak-kakak saya yang sepertinya memandang saya sebagai orang yang dapat diandalkan atau mungkin cukup cerdas. Satu sisi itu menjadi beban tersendiri, namun beban tersebutlah yang membuat saya ingin kembali ke niat semula. Saya tidak ingin mengecewakan mereka sedikitpun. Walaupun harus sedikit memaksakan diri.
Semester ini baru saja dimulai entah kini pikiran saya telah terisi semangat, saya memulainya dengan antusias. Sayangnya saya tipe orang yang cepat antusias tapi cepat juga menurun antusiasmenya. Itu artinya saya harus menjaga stabilitas antusiasme saya terjadap dunia kuliah yang akan bergulir dengan cepat. Dan mudah-mudahan saya tidak tergilas di dalamnya.
Komentar
Posting Komentar