Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2009

Review: the Fall

Sebenernya film ini dikeluarkan tahun 2006. Tapi kalau ga salah lihat dulu pernah ada di Blitz. Tapi saya tidak tertarik pada awalnya karena melihat covernya yang aneh dan terlihat seperti film yang bikin ngantuk. Tapi saat saya ke Ultra Disk saya lihat film ini baru dirilis dalam bentuk DVD dan VCD. Dan saat saya lihat distributornya adalah Jive!, ya seperti ad jaminan mutu saya pun tertarik meminjamnya. Namun saya kira ini adalah film kerajaan seperti film mandarin. Ternyata dugaan awal saya salah film ini benar-benar tidak terprediksi dan sangat indah. 4,5/5 almost perfect lah menurut saya. Sebenarnya cerita dalam film ini bisa dibilang sangat ringan dan sangat cocok untuk anak-anak. Saya pun sempat berpikir film ini tidak jelas. Karena mencampuradukan banyak sejarah dan kebudayaan. Film ini katanya syuting di 18 negara, pantas saja kalo lokasi-lokasi di film ini keren-keren. Salah satunya Bali juga masuk. Cerita yang ringan dan ketidakjelasan alurnya malah semakin membuat saya pena

Dengan alasan cinta semua jadi semakin tidak masuk akal

Berbagai kisah yang katanya kisah cinta belakangan ini bertengger di telinga saya. cerita yang berbeda-beda A, B, C, D, E, dan seterusnya. Sangat bervariasi. Tapi tentu dengan satu topic utama yaitu “perasaan cinta”. Entah saya yang kurang berperasaan atau orang-orang yang terlalu perasa. Dan kondisi seperti ini menuntut saya untuk jadi perasa juga. dan tidak jarang dan tidak bosan-bosannya banyak hal yang berlebihan sampai-sampai menurut saya tidak masuk akal. Dari kisah unik yang memang seru untuk disimak sampai kisah yang “sudah bulukan” tapi dibersihkan lagi sampai mengkilap sampai-sampai jadi kelihatan sekali masalahnya. Padahal yang diperlukan Cuma ketegasan. Tapi kan semua punya pertimbangan masing-masing bukan yang menurut akal sehatnya memang itu yang paling baik. Siapa yang tau? Kisah awal yang saya dapatkan adalah cerita tentang keperawanan. Temannya teman saya bercerita katanya dia sudah tidak perawan lagi. Memang terlihat menyesal sekali namun dia tidak benar-benar m

N.O.V.E.M.B.E.R

Pikiran saya jelang akhir bulan ini makin semerawut. Antara sulitnya kuliah, rumitnya organisasi, carut marut pertemanan, dan kebingungan akan asmara. Setiap orang tentu punya konsep idealnya masing-masing. Dan saat kita merumuskan konsep apa yang ideal untuk diri sendiri, kita malah melupakan apakah konsep ideal yang kita ciptakan ini juga ideal bagi orang lain? Tentu jawabannya relative, bisa saja malah menjadi sangat ideal dan bisa saja malah membuat segala sesuatu menjadi semakin buruk. November ini saya semakin dihadapkan dengan realitas hidup. Dan tentu konsep ideal pun diuji disini. Apakah konsep itu memang ideal atau malah konsep penuh dengan balutan “kepentingan yang benar-benar untuk diri sendiri”. Tentang perubahan yang begitu cepat saat ini tidak terbesit sedikitpun di pikiran saya. Saya dengan berbagai konsep ideal dan harapan yang tinggi. Perlahan seperti dibebani oleh keinginan yang tidak pasti. Saya ingin yang seperti ini, saat terjadi malah tidak sesuai dengan harapan

Ibu-ibu pun demam HP qwerty

Sebenarnya demam ini sudah lama berlangsung di Indonesia. Bisa dibilang ini karena artis-artis kita yang di setiap sinetron pasti handphone berbadan cukup lebar lengkap dengan keypad qwerty-nya. Saya juga kadang-kadang heran kalau lihat seorang nenek-nenek lagi sibuk milih HP qwerty, apa dia benar-benar mengerti akan fitur-fiturnya atau ya seperti biasa ikutan tren. Dan saya hanya bisa bertanya tanpa berani bertanya pada nenek itu. Tren HP ini semakin gila, dengan munculnya berbagai berry-berry’an yang lain. Berry yang dibandrol dengan harga murah meriah tentu semakin tren HP ini semakin menggila saja. Ga dapet yang berry asli setidaknya berry jadi-jadi’an punya lah. Setidaknya saat digenggam terlihat dari jauh seperti memegang BB. Dan ternyata demam itu sampai ke rumah. Padahal dulu, Ibunda tercinta saya ini bilang “Ah HP yang sekarang juga udah cukup ga perlu diganti-ganti lagi”. Dan saya pun menambahkan, “lagian BB tuh rada susah Mah, mending yang biasa-biasa aja” . Saat

Heuristic V :Labyrinth, Beres!

Akhirnya beres juga! Itu kalimat yang muncul pertama kali di otak saya ketika band terakhir menutup acara. Fiuh…3 bulan ternyata benar-benar tidak terasa. Dari mulai rapat pertama yans isinya mengumpulkan keinginan-keinginan masing-masing, konsep-konsep sangat ideal, sampai dimana kita semua harus realistis. Heuristic V: Labyrinth, sukses digelar! Gelaran tahunan yang ada di kampus saya ini bisa dibilang acara paling “besar” yang Psikologi UPI miliki sukses juga membuat saya kelelahan berpikir, “Apalagi nih?”. Di minggu-minggu pertama saya dan teman-teman satu seksi masih meraba-raba apa yang bisa ditampilkan. Dengan berbagai kejadian mulai dari gagalnya tayang film yang awalnya dijadikan sebagai tema dasar acara sampai tidak sengaja menemukan band indie Bandung yang sudah cukup populer. Dan hal-hal lain yang sangat tidak terduga. Banyak pengalaman-pengalaman baru yang saya dapatkan selama proses pembuatan acara ini. Saya menjadi sedikit lebih realistis dari sebelumnya. Saat awal saya