Berbagai kisah yang katanya kisah cinta belakangan ini bertengger di telinga saya. cerita yang berbeda-beda A, B, C, D, E, dan seterusnya. Sangat bervariasi. Tapi tentu dengan satu topic utama yaitu “perasaan cinta”. Entah saya yang kurang berperasaan atau orang-orang yang terlalu perasa. Dan kondisi seperti ini menuntut saya untuk jadi perasa juga. dan tidak jarang dan tidak bosan-bosannya banyak hal yang berlebihan sampai-sampai menurut saya tidak masuk akal. Dari kisah unik yang memang seru untuk disimak sampai kisah yang “sudah bulukan” tapi dibersihkan lagi sampai mengkilap sampai-sampai jadi kelihatan sekali masalahnya. Padahal yang diperlukan Cuma ketegasan. Tapi kan semua punya pertimbangan masing-masing bukan yang menurut akal sehatnya memang itu yang paling baik. Siapa yang tau?
Kisah awal yang saya dapatkan adalah cerita tentang keperawanan. Temannya teman saya bercerita katanya dia sudah tidak perawan lagi. Memang terlihat menyesal sekali namun dia tidak benar-benar menyesal sepenuhnya. Katanya sih karena cinta, dengan kalimat penekanan klasik
“Kalau kamu sayang sama Aku, Kamu harusnya mau ngelakuin itu”
Kata orang-orang sih itulah yang namanya pengorbanan. Sampai mengorbankan hal yang seharusnya dijaga yaitu keperawanan. Alasannya cinta. Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya akhirnya nurut saja. “Demi dia”, kalimat klasik lagi sampai mengorbankan hal yang sangat dibutuhkan. “Tapi kan cinta itu pengorbanan Gung”. Hellooo, apa pengorbanan seperti itu yang dimaksud? Terus kalau diajak bunuh diri bareng mau juga gitu? Demi kebaikan atau semakin menjerumuskan tuh? Stimulus-respon.
Terus kisah kedua, dari seorang adik kelas. Yang katanya dikejar-kejar perempuan juga atau nama populernya lesbian. Katanya sih perempuan itu gigih banget dan sama sekali ga pengen berhenti. Dan yang dikejar tersiksa sekali. Sampai-sampai udah ganti nomer 3 kali. Saat mendengar, saya kasian ke keduanya. Yang mengejar tersiksa akan perasaannya karena katanya sangat mencintai sehingga begitu sulit untuk mebiarkan perempuan yang dikejarnya bahagia bersama orang lain. Yang dikejar merasa diteror. Dan tidak berdaya. Kabur-kaburan tidak efektif. Diberikan penjelasan panjang lebar, yang mengejar tidak mau mengerti.
Kalimat seorang teman, “Percintaan dan pertemanan tuh ga bersyarat”
Sangat setuju. 2 kisah diatas hanya bagian kecil dari banyaknya kisah bulan ini. Dan hampir kesemuanya memakai banyak syarat. Syaratnya, harus berkorban, harus memiliki, harus mengatur, harus selalu ada di setiap waktu, harus dikekang, dan syarat-syarat lainnya.
Ya meskipun mungkin akan ada yang berkomentar, “si Agung mana ngerti, punya pacar aja engga”.
Boleh-boleh saja, tapi saya bukan tidak pernah juga berada dalam suatu situasi “cinta”. Tapi prinsip saya dari dulu, saya tidak mau membuat cinta menjadi rumit dan berbelit-belit. Karena cinta itu memang kata yang sederhana dengan pemaknaan yang semestinya sederhana. Namun terasa tidak sederhana. Saat terasa sudah banyak “dibumbui” berlebihan lebih baik saya menghentikannya. Karena sesuatu yang terlalu “berbumbu” ga enak dilidah, ga enak diperut, dan ga enak di hati.
So let it go, let it be, and let it flow.
LIKE THIS !!
BalasHapuswalopun banyak yg bilang cinta itu buta, tapi bukan berarti cinta itu gapunya mata.
*harusnya diperjelas buat quote yg dipajang dari detria eka mulyaningtyas
hhe
setuju....
BalasHapusjadi jangan masuk jurang cuma gara-gara cinta..
hahahaha