Langsung ke konten utama

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja.

Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar saya belakangan ini akan seperti ini. Saya tidak pernah duga sebelumnya, kalau saya akan mengalami hal-hala yang sudah saya alami. Siapa yang tau kejadian apa yang ada di depan? Ya kecuali dia berkemampuan khusus, namun ramalan pun bisa meleset kan, karena bukan kita yang mengatur, mengutip tagline film CIN(T)A, God is a director.

Saya senyum-senyum sendiri, begitu banyak pernyataan-pernyataan yang telah saya lihat dan saya dengar, banyak yang dilebih-lebihkan, banyak yang didramatisir. Bukan bermaksud, bahwa saya yang paling santai, kadang saya pun tanpa sadar sering mendramatisir sesuatu namun saya rasa, masih dalam tahap wajar. Wajar, menurut saya, ukurannya mungkin berbeda. Namun saya semakin merasa geli, kalau mengingat-ingat lagi, maksud dan tujuan semua hal yang telah terjadi, ketika saya melihat orang lain mengenal orang lain untuk mengetahui seperti apa saya sebenarnya, mengenal lebih jauh, bercermin dari orang lain, entah kenapa saya semakin menyukai diri saya sendiri. Meskipun, banyak hal yang entah itu dinamakan “disesali”. Kalo diingat, saya lebih suka, kemarin, kalo diingat lagi saya lebih suka seminggu yang lalu, kalau diingat lebih jauh saya lebih suka sebulan yang lalu, kalau dipahami lebih lanjut saya lebih suka 3 bulan yang lalu, saya lebih menyukai 6 bulan yang lalu, saya lebih mencintai setahun yang lalu, saya lebih menyukai dan mungkin mencintai hari dimana saya lahir. Saya merasakan hidup yang semakin aneh saja, hal-hal mudah dipersulit, hal sulit dianggap mudah, semakin hari, semakin tidak jelas arahnya kemana. Pernyataan-pernyataan yang awalnya membuat saya termenung dan tercengang kini semakin geli jika dipahami, mungkin saya yang belum benar-benar paham orang lain. Ya semua kemungkinan memang selalu ada, semua hal pasti ada alasannya, saya setuju akan pernyataan itu, meskipun tidak semuanya bisa saya ketahui alasannya. Rasanya gairah hidup semakin menurun, mimpi-mimpi yang dulu menjulang tinggi, semakin redup saja. Hal-hal yang lucu sekarang menjadi tidak membuat tertawa, hal-hal yang dulu menyedihkan malah membuat tertawa. Terkadang saya beharap, kejadian-kejadian di hidup saya hanyalah halusinasi, namun saya berharap juga, mudah-mudahan ini hanya delusi.

Jika beberapa bulan yang lalu, saya begitu cepatnya percaya pada orang lain, saya bisa bercerita apa saja waktu itu, namun sekarang entah siapa yang bisa saya percaya, entah pada siapa saya harus mengeluh. Semua semakin buram, tidak jelas, mudah-mudahan tidak sampai muram.

Untung saja masih ada blog. YM? Saya rasa semakin berkurang, tidak semenarik dulu, bukan orang-orang yang tidak menarik, tapi saya yang semakin membosankan. Hanya sesekali menyapa dan disapa, selesai, tanpa ada obrolan yang seru lagi. Ya pikiran mungkin semakin kacau.

Terkadang saya bingung, saya ingin sesuatu yang baru, tapi saat saya menemukan sesuatu yang baru itu, saya kesulitan setengah mati untuk menyesuaikan keadaan.

Saya semakin tidak karuan, semua terasa lempeng, datar, tidak ada hal yang memicu saya untuk bangkit, untuk kembali bermimpi. Andai saja beberapa bulan yang lalu, saya mengetahui apa yang ada sekarang ini, andai saja, saya tidak melangkah terlalu jauh. Jangan pernah menyesali apapun dalam hidup, saya pun berharap begitu, kalau tidak ada beberapa bulan yang lalu, saya juag tidak mungkin bisa kembali seperti ini. Saya pun tidak mungkin menulis kalimat-kalimat keluhan ini. Ya semua ada alasannya, semua perubahan yang tidak pernah saya duga, semua ini, semua ini, semua ini. Saya prihatin.

“Kita ga lagi main drama kan?”

“Enggalah!”

“Kalaupun iya, saya mau jadi pohon aja”

Komentar

  1. wow.
    mau jadi pohon gung?
    saya lebih milih out of frame aja kalo gitu.

    BalasHapus
  2. reminiscing is good, just don't avert your eyes from the dream and hope you have for your future......

    mungkin lu lg pada fase kosong en mungkin jg lu jenuh ama apa yg ada di sekeliling lu, mencari suatu hal yang baru, yg bisa bikin lu semangat....

    just savor every moment while you can....

    well, you can`t change the past,,the only thing you can change about it is the way you look at it....

    BalasHapus
  3. Ketegangan itu dicari, boy. Makin ribet, makin ngga nyaman, malah makin asik. Haha..

    Apa kemaren gue ngajak elo jalan karena dapet "feeling" akan adanya postingan ini? Creepy, huh? =))

    Dan satu hal lama yang perlu gue ingatkan lagi gung, sebagai pembaca setia blog lo, gue terganggu dengan paragraf lo yang padet naujubile itu.. --a..

    BalasHapus
  4. @Dena...tapi ga jadi orang di balik layar kan Den?hahaha

    @Arsy...mungkin kali ya....haha...lagi fase-nya...

    @Cubung...wah kan biasanya lo suka bikin "tegang" para bottom bung?hahaha....wah masa lo punya firasat..haha...

    masalah paragraf...ya kalo ribet dan susah bacanya..ga usah dibaca...hahaha

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak