Akhirnya beres juga! Itu kalimat yang muncul pertama kali di otak saya ketika band terakhir menutup acara. Fiuh…3 bulan ternyata benar-benar tidak terasa. Dari mulai rapat pertama yans isinya mengumpulkan keinginan-keinginan masing-masing, konsep-konsep sangat ideal, sampai dimana kita semua harus realistis. Heuristic V: Labyrinth, sukses digelar! Gelaran tahunan yang ada di kampus saya ini bisa dibilang acara paling “besar” yang Psikologi UPI miliki sukses juga membuat saya kelelahan berpikir, “Apalagi nih?”. Di minggu-minggu pertama saya dan teman-teman satu seksi masih meraba-raba apa yang bisa ditampilkan. Dengan berbagai kejadian mulai dari gagalnya tayang film yang awalnya dijadikan sebagai tema dasar acara sampai tidak sengaja menemukan band indie Bandung yang sudah cukup populer. Dan hal-hal lain yang sangat tidak terduga.
Banyak pengalaman-pengalaman baru yang saya dapatkan selama proses pembuatan acara ini. Saya menjadi sedikit lebih realistis dari sebelumnya. Saat awal saya masuk Departemen Nalar saya sangat ingin membuat sebuah acara yang besar yang bisa membuat nama Psikologi ikut terangkat. Hal itu makin diperkuat dengan acara tahun sebelumnya yang membuat saya kecewa dengan konten acara dan pengemasan acaranya. Dari sana saya mencoba berpikir bagaimana membuat sebuah acara kajian film yang bisa “coming out”. Dan setelah penggodokan yang cukup pelik, seluruh pengisi acara yang ada di proposal awal tidak ada satupun yang terwujud. Dari moderator yang harganya gila-gilaan, band-band yang juga dengan label harga yang menyesakan dada, tidak lupa kasus “star syndrome” film yang awalnya direncanakan. Ya, kita awalnya memang mempunyai konsep acara yang sangat ideal, tapi saat melihat kondisi keuangan yang sangat minim, juga pengalaman tahun kemarin yang membuat sedikit trauma takut-takut tidak ada yang nonton. Mungkin niat kami semua yang memang ingin sungguh-sungguh membuat acara ini “lebih besar”, ternyata dijawab oleh yang Di Atas. Mendadak kami mendapat berbagai kemudahan-kemudahan.
Harinya tiba. Dan yang paling membuat hati berdebar-debar adalah, jumlah penonton. Beberapa menit menjelang acara dimulai, penonton mulai berdatangan. Dan, saya mulai sedikit lega. Auditorium CCF mulai dipenuhi para penonton, dan yang membuat senang adalah penonton tidak hanya dari jurusan saya saja. Salut untuk Humas dan Publikasi.
Acara berjalan cukup lancar. Hanya ada beberapa kesalahan teknis yang sempat membuat jantung saya naik turun. Tapi semua dapat teratasi. Diskusi berjalan lancar. Acara music berjalan juga dengan cukup lancar. Dan tak lupa pemutaran perdana Dokumenter “Sangat Amatir” saya dan Tyas, kami sudah cukup puas dengan film itu. Apalagi diakhiri dengan credit title yang sangat narsis. Burinong Picture sudah beredar!
Terakhir saya mau mengucapkan berbagai pihak yang telah mendukung acara ini. Mbak Ariani Darmawan yang sudah sangat banyak membantu acara ini, Studio Line In yang telah mempertemukan kami dengan salah satu personil Cherbomb, Arief cherbomb yang telah sudi membantu mulai dari audisi sampai proses tawar menawar yang menegangkan, Teh Ridla yang sangat cerdas, Egi Ginanjar yang membuat saya tidak terlalu takut lagi dengan kaum Gay, Teh Fanny yang sudah sangat berbaik hati menolong kami sejak dari Frappucino hingga Labyrinth, YAZ yang sangat atraktif ketika tandatangan kontrak, dan seluruh pengisi acara lainnya, Pink Pony club, I Scream for Ice Cream, Abuy KBR, dan seluruh sponsor. Tidak lupa pada panitia yang semuanya sudah kompak saling membantu saya senang berada menjadi bagian dari kepanitian ini, Logistik yang sudah sangat berkeringat (maaf saya ga bisa bantu, instruksi koor Acara ga boleh ikut ngangkut-ngangkut..hehe) maaf juga kalo sempet dapet nada suara yang kurang enak didengar, Dekorasi yang mantap tahun depan ayo ikutan lagi Nel, Humas yang sangat memuaskan, Publikasi & dokumentasi yang sudah ngider kemana-mana, Konsumsi sayang ya Cuma sekali, Kesekretariatan, Keamanan yang sangat serius menjaga selama acara, Danus dan Sponsorship yang kerja keras banget ya, para Lo yang banyak bersabar menghadapi para pengisi acara, Transport yang bolak-balik tanpa kenal lelah, Ketuplak kita semua yang sudah menenangkan kita di saat situasi sedang “panas-panas”nya juga selalu optimis, terakhir teman-teman Acara kita memang The Great Team ya teh? Hahaha…
Hasil kerja kita semua ga sia-sia kok. Acara ini bisa dibilang sukses. Ga ngutang. Ayo kita ketemu dan kerja bareng lagi tahun depan.
Dan akhirnya Departemen Nalar tutup buku.
Banyak pengalaman-pengalaman baru yang saya dapatkan selama proses pembuatan acara ini. Saya menjadi sedikit lebih realistis dari sebelumnya. Saat awal saya masuk Departemen Nalar saya sangat ingin membuat sebuah acara yang besar yang bisa membuat nama Psikologi ikut terangkat. Hal itu makin diperkuat dengan acara tahun sebelumnya yang membuat saya kecewa dengan konten acara dan pengemasan acaranya. Dari sana saya mencoba berpikir bagaimana membuat sebuah acara kajian film yang bisa “coming out”. Dan setelah penggodokan yang cukup pelik, seluruh pengisi acara yang ada di proposal awal tidak ada satupun yang terwujud. Dari moderator yang harganya gila-gilaan, band-band yang juga dengan label harga yang menyesakan dada, tidak lupa kasus “star syndrome” film yang awalnya direncanakan. Ya, kita awalnya memang mempunyai konsep acara yang sangat ideal, tapi saat melihat kondisi keuangan yang sangat minim, juga pengalaman tahun kemarin yang membuat sedikit trauma takut-takut tidak ada yang nonton. Mungkin niat kami semua yang memang ingin sungguh-sungguh membuat acara ini “lebih besar”, ternyata dijawab oleh yang Di Atas. Mendadak kami mendapat berbagai kemudahan-kemudahan.
Harinya tiba. Dan yang paling membuat hati berdebar-debar adalah, jumlah penonton. Beberapa menit menjelang acara dimulai, penonton mulai berdatangan. Dan, saya mulai sedikit lega. Auditorium CCF mulai dipenuhi para penonton, dan yang membuat senang adalah penonton tidak hanya dari jurusan saya saja. Salut untuk Humas dan Publikasi.
Acara berjalan cukup lancar. Hanya ada beberapa kesalahan teknis yang sempat membuat jantung saya naik turun. Tapi semua dapat teratasi. Diskusi berjalan lancar. Acara music berjalan juga dengan cukup lancar. Dan tak lupa pemutaran perdana Dokumenter “Sangat Amatir” saya dan Tyas, kami sudah cukup puas dengan film itu. Apalagi diakhiri dengan credit title yang sangat narsis. Burinong Picture sudah beredar!
Terakhir saya mau mengucapkan berbagai pihak yang telah mendukung acara ini. Mbak Ariani Darmawan yang sudah sangat banyak membantu acara ini, Studio Line In yang telah mempertemukan kami dengan salah satu personil Cherbomb, Arief cherbomb yang telah sudi membantu mulai dari audisi sampai proses tawar menawar yang menegangkan, Teh Ridla yang sangat cerdas, Egi Ginanjar yang membuat saya tidak terlalu takut lagi dengan kaum Gay, Teh Fanny yang sudah sangat berbaik hati menolong kami sejak dari Frappucino hingga Labyrinth, YAZ yang sangat atraktif ketika tandatangan kontrak, dan seluruh pengisi acara lainnya, Pink Pony club, I Scream for Ice Cream, Abuy KBR, dan seluruh sponsor. Tidak lupa pada panitia yang semuanya sudah kompak saling membantu saya senang berada menjadi bagian dari kepanitian ini, Logistik yang sudah sangat berkeringat (maaf saya ga bisa bantu, instruksi koor Acara ga boleh ikut ngangkut-ngangkut..hehe) maaf juga kalo sempet dapet nada suara yang kurang enak didengar, Dekorasi yang mantap tahun depan ayo ikutan lagi Nel, Humas yang sangat memuaskan, Publikasi & dokumentasi yang sudah ngider kemana-mana, Konsumsi sayang ya Cuma sekali, Kesekretariatan, Keamanan yang sangat serius menjaga selama acara, Danus dan Sponsorship yang kerja keras banget ya, para Lo yang banyak bersabar menghadapi para pengisi acara, Transport yang bolak-balik tanpa kenal lelah, Ketuplak kita semua yang sudah menenangkan kita di saat situasi sedang “panas-panas”nya juga selalu optimis, terakhir teman-teman Acara kita memang The Great Team ya teh? Hahaha…
Hasil kerja kita semua ga sia-sia kok. Acara ini bisa dibilang sukses. Ga ngutang. Ayo kita ketemu dan kerja bareng lagi tahun depan.
Dan akhirnya Departemen Nalar tutup buku.
Komentar
Posting Komentar