Langsung ke konten utama

Review: the Fall



Sebenernya film ini dikeluarkan tahun 2006. Tapi kalau ga salah lihat dulu pernah ada di Blitz. Tapi saya tidak tertarik pada awalnya karena melihat covernya yang aneh dan terlihat seperti film yang bikin ngantuk. Tapi saat saya ke Ultra Disk saya lihat film ini baru dirilis dalam bentuk DVD dan VCD. Dan saat saya lihat distributornya adalah Jive!, ya seperti ad jaminan mutu saya pun tertarik meminjamnya. Namun saya kira ini adalah film kerajaan seperti film mandarin.

Ternyata dugaan awal saya salah film ini benar-benar tidak terprediksi dan sangat indah. 4,5/5 almost perfect lah menurut saya. Sebenarnya cerita dalam film ini bisa dibilang sangat ringan dan sangat cocok untuk anak-anak. Saya pun sempat berpikir film ini tidak jelas. Karena mencampuradukan banyak sejarah dan kebudayaan. Film ini katanya syuting di 18 negara, pantas saja kalo lokasi-lokasi di film ini keren-keren. Salah satunya Bali juga masuk.

Cerita yang ringan dan ketidakjelasan alurnya malah semakin membuat saya penasaran untuk menonton sampai tamat. Sutradaranya pintar betul mengemas seluruh potongan adegan demi adegan. Dan yang pasti sinematografi film ini two thumbs up! Kostum-kostumnya pun terbilang unik. Kalau menurut saya film ini kental sekali unsure art-nya.

Dari kualitas acting, dari awal sampai akhir film saya sangat tertarik dengan seorang anak kecil perempuan yang bernama Alexandria (Catinca Untaru). Cara anak ini berbicara sungguh memikat.

Film ini pokoknya sangat menghibur mata. Salut buat sutradaranya (Tarsem). Katanya film ini menghabiskan dana 4 juat dolar lho.

Sinopsis:

Roy Walker (Lee Pace), an early 20th century Hollywood stuntman, lands in the hospital after performing a dangerous stunt to impress his girlfriend. Bedridden, distraught, and suicidal after losing her to the star of the film, he befriends fellow patient Alexandria (Catinca Untaru), a young immigrant girl with a broken arm. He enchants her with a fantastical tale about five heroes: an Indian, an ex-slave named Otta Benga (see Ota Benga), an Italian explosives expert called Luigi, a highly fictionalized version of Charles Darwin accompanied by a monkey sidekick named Wallace (after Alfred Russel Wallace), and a masked bandit. An evil Governor Odious has committed an offense against each of the five, and they all seek revenge. They unite, and are joined by a sixth hero, a mystic, who is depicted emerging from a tree trunk. Their story is presented as Alexandria vividly imagines it; for instance, Roy's "Indian" is supposed to be a Native American, but she sees him as an actual resident of the Indian subcontinent, as she has friends among immigrants from India who work alongside her in the orchards of southern California (where her injury occurred as she was picking fruit).
(from IMDB.com)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak