Langsung ke konten utama

Trip To Thailand 2018: Bangkok Part 2

Bangkok

Sampailah saya di 2 hari terakhir saya di Thailand. Beberapa hari sebelumnya sungguh melelahkan sekali. Mungkin karena saya banyak berjalan kaki, bahkan di Hua Hin kaki saya sempet lecet karena sendal jepitnya ga enakeun (dengan nada Sunda). Di Ayutthaya juga banyak banget kegiatan berjalan kaki menyusuri masa lalu, eh candi. Sampai akhirnya saya baru kepikiran saya mau menghabiskan hari-hari terakhir saya di Thailand di Bangkok saja.

Saya suka banget Bangkok, bener-bener vibrant! Besar kayak Jakarta tapi dalam beberapa hal lebih teratur orang-orangnya, mereka sepertinya lebih berani untuk menunjukan siapa dirinya, dan kok lebih banyak yang good looking ya, eh. Cuma emang sih, nada berbicaranya klo buat orang Indonesia agak-agak lucu ya, ada nadanya gitu walaupun pake bahasa Inggris. Soalnya temen saya dan temennya ngomong engris nya lancar tapi tetep ada nadanya gitu. Mereka malah ngira saya lancar banget dan pengucapannya lebih bagus, padahal mah ya saya dablek banget asal nyebut aja walau grammar saya super berantakan.

Terminal 21
Okay saya cuma punya 1 hari efektif untuk berpergian, seperti biasa ketika kita pergi ke tempat yang identik dengan barang murah maka akan semakin banyak yang bilang "Oleh-oleh dong". Karenanya, saya yang berbudi luhur ini mau berencana cari apa aja yang bisa dibeli. Saya pergilah ke Chatuchak WeekenMarket. Iya, iya bukan tempat termurah, tapi pengen liat aja sih kayak apa pasar minggunya. Ternyata cukup rapih dan lengkap! Saya malah banyaknya di zona makann jajan ini itu, ga tau kayak malas beli barang-barang dan lainnya. Setelah puas jajan-jajan dan beli minum, saya lanjut jalan kaki terus cari makan siang (makan lagi!). Katanya di sini ada tempat makan halal enak (halal banget kan anaknya?) namanya Saman Islam, ada di section 16. Makanannya enak dan murah! Kayaknya yang masak orang Melayu deh soalnya ngomongnya kayak orang Melayu. Saya ga kepikiran foto makanannya karena kelaparan (padahal udah jajan cumi se-gede gaban).

Chatuchak Weekend Market

Setelah kenyang, makin males nyari barang-barang trus saya malah memutuskan pindah tempat. Saya cobain ke Platinum, sampe depan saya pergi lagi, gila rame banget. Jiwa saya ternyata ga se-belanja itu untuk ngubek Platinum. Terus saya pindah ke Siam karena nunggu sore buat ke Asiatique dan di sana saya cuma makan Subway (makan lagi!). Setelah kontak-kontakan sama temen Thai, janjianlah di Asiatique.


Ini keren banget, dari stasiun BTS Saphan Taksin cukup jalan kaki dikit turun ke bawah ada dermaga di sana petunjuknya jelas banget. Ada shuttle boat buat nganterin kita ke Asiatique dan geratis! Sampai lah di Asiatique The Riverfront pas sore saat matahari mau terbenam. Asli saya kagum sih karena bisa memanfaatkan sungai untuk jadi part of tourism. Tiba-tiba saya inget Sungai Musi, coba Sungai Musi dimanfaatin juga ya. Anyway tiba-tiba saya sakit perut! Siap-siap ini TIPS bermanfaat.


Saya bergegas ke WC dan ga baca apa-apa, ya karena WC pasti default ada tisu ada air karena di mall lain di Bangkok kayak begitu. Trus saya udah lega, trus tiba-tiba baru sadar ga ada semprotan, oh mungkin semprotan bawah eh ternyata ga ada. Oke ga boleh panik, ada tisu, jeng-jeng tisu pun ga ada. Dan sesaat saya panik gimana caranya keluar dari sini. Trus inget, ada tisu di tas kamera yang selalu saya bawa kalau jalan-jalan kemana aja. Fiuh, akhirnya masalah terselesaikan (jangan tanyakan soal detail kelanjutannya). Orang yang di sana gimana ya kalau kebelet? Ternyata di depan sesaat sebelum masuk toilet ada semacam kotak untuk membeli tisu basah. Mana saya tau Bambang!


Dengan perasaan tak nyaman karena menjadi orang-orang bule, saya sambil ngobrol-ngobrol ketawa seolah ga ada apa-apa. Kemudian saya mengajak temen saya pindah tempat tapi drop saya dulu di hostel. Temen saya nanya sih, kenapa ga langsung aja? Jawabannya mudah bajunya dipake seharian gerah, padahal pengen mandi!


Setelah selesai ga ada yang berarti sih, saya cuma nongkrong dan makan di You32 Bar & Restaurant sampe ga kerasa jam 1an. Wah saya belajar macem-macem dan ngajarin temen saya ngomong soal alay dan selebgram. Sampai temen saya nanya kenapa ga kerja di Bangkok aja. LoL

Besok paginya, saya baru menyadari kalau saya belum beli APA-APA. Saya buru-buru mau tarik tunai pake kartu CIMB yang katanya bisa dipake di ATM di CIMB Thai, jeng jeng tak bisa sampai saya email ke sana. Waktu tipis akhirnya dengan sisa baht yang ada saya cuma beli di sevel beberapa item saja.

Wah cerita perjalanan ini tamat juga akhirnya, setelah ngaret beberapa bulan. Kalau ditanya mau ke Thailand lagi? Tentu, ada beberapa kota yang masih pengen saya kunjungi semoga ada waktu dan rejeki kesana lagi. Oh iya ada dua hostel yang saya rekomendasikan untuk temen-temen yang mau Bangkok. Apalagi generasi milenial yang pengen hostel yang instagramable. Asalnya saya mau buat post terpisah tapi takut lupa jadi saya infoin di sini aja. Ada dua yaitu MovyLodge dan OneDay Hostel. Ratenya murah dan tempatnya enak buat bengong-bengong sambil berpikir.


Sampai jumpa di perjalanan berikutnya!

Movylodge Hostel


 One Day Hostel

              




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling (part 1)

Hei apa kabar my dearest blog? Wah sudah dua tahun ya tidak ada posting sama sekali di blog ini. Bukan tidak ingin untuk menulisa lagi, hanya saja hmmmmm. Okey mari kita lewati memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis, sekarang saya akan sedikit memberikan pengalaman saya seputar jalan-jalan. Rasanya sudah cukup lama sih tidak menulis sesuatu yang bersifat informatif di blog ini. Tulisan-tulisan terakhir saya berisi cerita-cerita fiksi, keluh kesah, puisi, dan hal-hal yang mungkin kurang informatif dan bermanfaat (tapi cukup menghibur kan?). Bukan sok nasionalis sih, tapi emang Indonesia itu negara yang luas dan punya banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi.   Saya tiba-tiba baru sadar bahwa saya sudah terlalu sering jalan-jalan. Memang sih saya belum bisa dikategorikan sebagai backpacker sejati atau traveler akut. Apalagi kalau mau adu jumlah negara yang dikunjungi, duh saya masih cupu sekali. Selain karena waktu dan ehem budget, saya lebih fokus u

8 Hari Jelang Premiere

Ternyata saya mengalami ketakutan luar biasa jelang premiere. Takut kalau filmnya malah dihujat orang, takut kalau dengar selentingan "Ih filmnya ga banget deh". Takut juga denger "Duh Sutradaranya payah nih". Dan komentar-komentar lainnya yang bisa menyayat hati. Sumpah. Ini baru pertama kalinya film pendek yang saya sutradarai di putar secara umum. Dan ternyata rasanya lebih fantastis. saya malah jadi takut jangan-jangan tidak ada yang mau nonton film "Senja" lagi. Wajarkan ya kalau sutradara amatir semacam saya mengalami kegugupan ini? Mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Acaranya banyak yang datang dan tidak mengecewakan. Amien

Review: The Other Boleyn Girl

I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak. Film ini bercerita tentang sebuah