Langsung ke konten utama

Trip To Thailand 2018 : Bangkok Part 1

Halo! Blog akan selalu jadi tempat terakhir untuk berbagi cerita yang panjang. Rasanya saya masih belum bisa nulis caption yang panjang di Instagram. Lagipula blog bisa bermanfaat juga kalau-kalau ada yang browsing nyasar ke sini.

Anyway, di November 2018 ini saya dengan mendadaknya melakukan trip Thailand. Sebenarnya plan awal adalah ke Nepal, sayangnya karena ini dan itu rencana ke Nepal harus kandas sementara. Di suatu malam saya cari-cari kemana saya harus pergi, kemanapun harus pergi (maksa). Sampai akhirnya terpikir ke Thailand. Sejujurnya, saya tidak pernah begitu tertarik ke Thailand, mungkin saya termakan pendapat orang-orang mengenai Bangkok dan hasil googling rasanya so-so banget ya. Satu-satunya destinasi yang saya pengen banget dari Thailand adalah Krabi. Malam itu tercetuslah, Thailand kayaknya oke juga. Pencarian penerbangan pun dimulai dan flight ke Krabi yang memaksa harus transit rasanya memakan waktu di jalan (3x naik pesawat dari Lampung ->baca: cutinya ga cukup). Kemudian saya mulai cari pilihan kota lainnya yang dekat dari Bangkok dan yang ada pantainya. Dari hasil pencarian panjang itu munculah nama sebuah kota yaitu Hua Hin.


Intronya kepanjangan yak? LoL

Singkat cerita saya pun terbang ke Bangkok dengan rasa paranoid karena ada berita kecelakaan pesawat tepat beberapa hari sebelum saya berangkat. Saya memutuskan naik Air Asia tentunya karena (ehem) murah. Pesawat Air Asia ini mendarat di Bandara Don Muang bukan di Suvarnabhumi ya. Kalau kata temen saya yang orang Thailand, yang mendarat di sini pesawat-pesawat yang murah meriah. LoL. Bandara Don Muang sendiri ga begitu berkesan malah keliatan sudah kusam, karena mungkin bandara lama juga. 
                    

Setelah mendarat hal pertama yang wajib dicari adalah: SIM CARD! Sebagai tips, buat yang baru pertama kali ke Thailand jangan ambil resiko untuk ga mau pake internet dan maunya ngandelin internet di hotel atau hostel. Internet bakal super ngebantu banget dalam trip kemanapun terutama di negara yang orangnya tidak berbahasa Inggris. Terus dimana nyarinya? Gampang banget begitu lewat imigrasi turun eskalator sekali di kanan dan kiri bisa temuin beberapa provide kenamaan di Thailand, kayak AIS, DTAC, dan Tru. Setelah lirik kanan kiri pilihan saya ke AIS alasannya ga ilmiah kok, sesederhana mbak SPG di AIS yang paling gercep (gerak cepet) nangkepin orang-orang yang dateng. Di sana bakal dijelasin mau paket yang berapa hari disesuaikan dengan lama kita stay di Thailand. Mengingat saya di Thailand selama 6 hari, saya pilih paket 8 hari unlimited seharga 259 Baht. Tapi menurut orang Thai si AIS ini emang yang paling kenceng internetnya.

Lokasinya cukup turun sekali setelah imigrasi dan keliatan yang warna ijo-ijo



Setelah urusan sim card selesai, kepanikan melanda dengan sebuah pertanyaan besar: EH INI GUE MAU KEMANA? Trip kali ini saya minim persiapan sekali dan modal nekat (modal baht ngepas, LoL). Saya coba cari dan ikuti setiap papan bertuliskan Exit dan Bus to City. Untungnya Thailand sadar betul kalau tulisan mereka ga bisa dibaca semua orang mereka selalu nyediain tulisan dalam alphabet di bawah tulisan Thai. Dari Bandara Don Muang ga ada akses kereta kayak dari Suvarnabhumi, aksesnya hanya bisa menggunakan taxi dan bus. Pilihan jatuh ke bus, ada dua pilihan bus dari Don Muang ke kota yaitu bus A1 dan A2, ga sengaja baca ada A3. Saya pilih A2 yang ke arah Victory Monument. Target saya yang penting sampe tengah kota dan nemu stasiun BTS (sky train). Busnya ini ber-AC nanti ditagih sama keneknya (di sini entah kenapa kenek bus selalu cewek) kalau ga salah saya bayar 30 Baht. Saya turun di BTS Saphan Khwai untuk menuju stasiun Ratchatewi. Untuk naik BTS ini ada dua cara untuk beli tiketnya, satu via mesin dan satu lagi via loket kayak biasa. Lebih cepet via mesin tapi mesinnya hanya terima uang koin (belum semua stasiun mesinnya terima uang kertas). Tapi tenang, apalagi kalau baru sampe pasti butuh duitnya biar pecah kan? Jadi saya pilih loket, cukup simple tinggal bilang tujuan si penjaga loket sebut harganya dan kasih sebuah tiket yang kayak kartu ATM. Si tiket nanti di tap di gate dan di masukin ke gate pas keluar.  Harus diakui transportasi di sini bener-bener udah enak sih ditambah orang-orangnya tertib! 


Sampai di stasiun BTS Ratchatewi saya berjalan kaki sekitar 500 meter ke hostel yang bernama MovyLodge Hostel. Sambil nenteng koper membelah trotoar, yaelah. Ga susah nemuin hostel ini, pas koordinatnya dengan di Google Maps. Kesan saya ketika masuk, wah ini bagus banget hostelnya,  di dalam hostelnya itu ada cafe yang dibuka untuk umum juga. Hotel ini cocok buat update di Instagram banget deh. Harganya juga sangat terjangkau lho, saat check in si mbak-mbak yang jaga minta deposit sebesar 300 Baht dan dia kasih kupon diskon yang bisa dipake di cafe-nya. Btw si mbak yang jaganya ramah banget dan cantik, mungkin di Indonesia udah jadi selebgram atau pemain FTV. Hmmm anyway, saya pilih yang satu kamar cuma diisi 4 orang biar tetep nyaman. Dalem kamarnya gimana? Nyaman! Ada penutup di setiap kasurnya, di dalam kapsulnya ada colokan dan lampu. Mereka juga sediakan sebuah loker buat taro barang yang cukup besar. Saya rekomendasiin hostel ini deh buat yang berbudget terbatas ke sini. 
                                      

                                        



Talad Neon
Mandi sebentar trus saya cabut ke Talad Neon. Sejujurnya saya udah capek banget karena dari pagi dan selama di pesawat ga tidur gara-gara parno selama di pesawat. Tapi sayang kan waktu begitu berharga untuk dipake cuma goler-goler manja di hostel. MovyLodge ini deket banget sama banyak tempat favorit orang Indonesia salah satunya Platinum. Tapi saya putuskan ke Talad Neon karena lebih menarik daripada ke Tanah Abang, eh Platinum. Talad Neon itu kayak pasar malam yang modern dan bersih. Di sana kita bisa temui jajanan macem-macem, baju, aksesoris, banyak deh. Karena dalam suasana Halloween, jadi ada rumah hantu dan banyak yang dandan-dandan ala hantu. Setelah jajan sampe kenyang (super murah), saya memutuskan pulang ke hostel dan tidak lupa ga sengaja ketemu......setelah sekian purnama dari banyak tempat eh ketemu di sana. Ajaib kan? LoL
Fried Chicken Fillet gitu cuma 30 Baht dong

Dari hostel ke Talad Neon itu saya pergi pakai bus, karena hari sudah larut dan kaki udah mulai pegel saya putuskan naik Grab sekalian nyobain gimana Grab di sana. Pas dicek, eh mayan mahal juga untuk jarak se-deket itu. Saya akhirnya naik GrabBike dengan bahasa ha hi hu he ho sampai juga ke MovyLodge untuk beristirahat. Karena besok perjalanan akan berlanjut ke Hua Hin! Bersambung dulu ya. 

(1 Baht = Rp.485 /November 2018)








(For more picture  follow My Instagram )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak