Langsung ke konten utama

Suatu Tempat

Aku mengenal seseorang bernama Ana. Ketika itu kami sedang  berada di suatu perjalanan dengan tujuan yang berbeda. Dalam perjalanan yang cukup lama itu aku sedikit demi sedikit mulai memahami  sosok seorang Ana. Selama perjalanan tak sedikit pun aku menaruh harapan padanya, begitu juga Ana. Kami beriringan tanpa ekspektasi, karena kami pernah dibuat kecewa olehnya. 

Tempat tujuan kami belum juga terlihat, rasanya masih jauh. Aku bahkan tidak menanyakan dimana Ana akan turun, kemana dia akan pergi, apa yang akan dia lakukan berikutnya, tak satupun aku lontarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Namun aku meyakini bahwa kami tidak menuju tempat yang sama. Sampai akhirnya aku merasa bahwa sepertinya sebentar lagi aku akan sampai. Sampai, berat rasanya untuk menyebut kata tersebut. Tanpa aku sadari bahwa mungkin aku sedikit berharap padanya, pada Ana. Bukan logikaku yang membuatnya ada, ah rasanya itu tiba-tiba muncul. Aku mencoba keluar dari topik tentang politik dan dunia hiburan yang dari tadi kami bahas sepanjang perjalanan. Aku dengan gugup mulai membahas tentang arah dan tempat. Seketika Ana terdiam, entah apa makna diam itu. Ada sesuatu yang memaksanya untuk diam. Aku tidak mau menekannya, tapi sayangnya aku hampir sampai. Ana hanya menunduk sambil melihat pemandangan di luar. Aku sampai. Ana masih di sana terus melanjutkan perjalanan. 

Tak lama berselang, aku bertemu dengan Kana. Dia menyenangkan dan semua terasa nyata dan benar. Aku kembali berjalan tanpa ekspektasi terlalu tinggi. Aku masih agak takut karena sebelumnya Ana tidak bisa menjawab ekspektasi ini. Kana tidak menjanjikan apa-apa, begitu juga aku. Dia menemaniku kemana saja dan kapan saja. Rasanya aku ingin membawanya berkeliling dunia. Namun saat Kana tau aku ingin berkeliling dunia, ia mendadak menghentikan langkahnya. Kana tidak ingin pergi kemana-mana. Kana tidak suka perubahan, sesuatu yang baru hingga tempat yang baru. Sementara aku mau tidak mau harus terus berpindah. Aku pergi. 

Setelahnya ada Ratna, Shana, dan semua yang berakhiran "Na". Sampai aku kapok untuk mengenal semua nama yang ada unsur "Na" di dalamnya. Ah bukan, ini mungkin bukan soal nama. Walaupun aku meyakini tidak ada yang kebetulan di dunia ini. Mungkin bukan nama. Aku akan berhenti untuk jatuh cinta

Komentar

  1. dalam perjalanannya, seseorang akan bersinggungan dengan orang lain. beberapa hanya melintas dan pergi begitu saja, beberapa ada yang singgah meski cuma sementara. banyak orang yang lelah menghadapi kesementaraan. tapi yang selamanya mungkin cuma kesementaraan... hehe... beberapa waktu lalu, saya dan beberapa teman baru berdiskusi soal topik yang persis dengan isi tulisan di atas. keren!

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak