Cinta, salah satu topik paling menarik dalam hidup manusia. Topik ini menjadi kian menarik ketika kita sendiri yang mengalaminya. Cinta memang tidak melulu hanya kepada seseorang yang sedang-akan-ingin kita jadikan pasangan, cinta secara umum bisa dirasakan kepada keluarga, pekerjaan, hewan peliharaan, sahabat, dan apapun yang bisa dicintai. Tapi saya rasa percintaan yang paling sukses membuat seseorang jadi mendayu-dayu adalah cinta terhadap seseorang yang bukan kelurga, bukan hewan atau pekerjaan, bisa jadi mulanya teman, dan rasanya ingin kita miliki sebagai pasangan.
Begitu banyak lirik lagu ataupun puisi yang mengatakan bahwa cinta tak harus memiliki. Menurut saya itu hanya kalimat omong kosong yang digunakan untuk menguatkan diri ketika mengetahui kenyataan bahwa memang tidak semua cinta bisa kita miliki. Lalu kenapa segitu ngototnya ketika kita merasakan jatuh cinta dan ingin rasanya cepat mengikat cinta tersebut dal satu hubungan. Bagi saya menyukai seseorang dengan begitu kuatnya hingga bisa dikategorikan sebagai rasa cinta itu bukan hal yang gampang. Kita tidak bisa jatuh cinta pada semua orang ataupun banyak orang. Karena hal tersebut ketika kita jatuh cinta pada seseorang kita berusaha berjuang secara terlihat maupun tak terlihat untuk bisa mendapatkan timbal balik dari orang yang kita cintai.
Saya sempat berpikir bahwa rasa cinta itu muncul murni karena ada proses pembiasaan. Dulunya saya sempat meyakini hal tersebut. Sehingga dengan teori tersebut saya seolah merasa hebat dam tidak takut untuk jatuh cinta. Sederhananya jika saya kecewa akan perasaan tersebut, saya hanya perlu membiasakan diri untuk tidak merasakan rasa itu. Kemudian kini ketika saya mengalami rasa ketertarikan yang luar biasa dengan seseorang yang sosoknya sudah lama saya nanti, saya malah jadi uring-uringan. Bingung, karena dari pertemuan pertama entah kenapa dengan noraknya saya seperti terhipnotis dan bisa dengan mudahnya menetapkan bahwa ini bukan perasaan tertarik biasa. Ini lain dari biasanya. Biasanya saya butuh waktu yang lama untuk sekedar memutuskan apa yang saya rasakan.
Sialnya, tidak semudah yang saya bayangkan. Tidak mudah karena orang tersebut sedang dalam suatu hubungan. Sialnya lagi hubungannya sudah ke tahap serius. Dan sebagai orang yang berusaha menghormati hubungan orang lain juga sebagai orang yang belum bisa mengalahkan rasa gengsi dan takut saya terjebak dalam zona pertemanan. Tanpa bisa berkata yang sebenarnya saya rasakan. Saya hanya tidak ingin merusak suasana pertemanan yang sudah kondusif. Oh itu mungkin alibi saya agar masih bisa dekat dengannya walaupun sebagai teman.
Ah mendadak jadi mendayu-dayu.
Begitu banyak lirik lagu ataupun puisi yang mengatakan bahwa cinta tak harus memiliki. Menurut saya itu hanya kalimat omong kosong yang digunakan untuk menguatkan diri ketika mengetahui kenyataan bahwa memang tidak semua cinta bisa kita miliki. Lalu kenapa segitu ngototnya ketika kita merasakan jatuh cinta dan ingin rasanya cepat mengikat cinta tersebut dal satu hubungan. Bagi saya menyukai seseorang dengan begitu kuatnya hingga bisa dikategorikan sebagai rasa cinta itu bukan hal yang gampang. Kita tidak bisa jatuh cinta pada semua orang ataupun banyak orang. Karena hal tersebut ketika kita jatuh cinta pada seseorang kita berusaha berjuang secara terlihat maupun tak terlihat untuk bisa mendapatkan timbal balik dari orang yang kita cintai.
Saya sempat berpikir bahwa rasa cinta itu muncul murni karena ada proses pembiasaan. Dulunya saya sempat meyakini hal tersebut. Sehingga dengan teori tersebut saya seolah merasa hebat dam tidak takut untuk jatuh cinta. Sederhananya jika saya kecewa akan perasaan tersebut, saya hanya perlu membiasakan diri untuk tidak merasakan rasa itu. Kemudian kini ketika saya mengalami rasa ketertarikan yang luar biasa dengan seseorang yang sosoknya sudah lama saya nanti, saya malah jadi uring-uringan. Bingung, karena dari pertemuan pertama entah kenapa dengan noraknya saya seperti terhipnotis dan bisa dengan mudahnya menetapkan bahwa ini bukan perasaan tertarik biasa. Ini lain dari biasanya. Biasanya saya butuh waktu yang lama untuk sekedar memutuskan apa yang saya rasakan.
Sialnya, tidak semudah yang saya bayangkan. Tidak mudah karena orang tersebut sedang dalam suatu hubungan. Sialnya lagi hubungannya sudah ke tahap serius. Dan sebagai orang yang berusaha menghormati hubungan orang lain juga sebagai orang yang belum bisa mengalahkan rasa gengsi dan takut saya terjebak dalam zona pertemanan. Tanpa bisa berkata yang sebenarnya saya rasakan. Saya hanya tidak ingin merusak suasana pertemanan yang sudah kondusif. Oh itu mungkin alibi saya agar masih bisa dekat dengannya walaupun sebagai teman.
Ah mendadak jadi mendayu-dayu.
Komentar
Posting Komentar