Langsung ke konten utama

Catatan di September 2012


Apa kabar? Saya sih masih baik-baik saja secara fisik mungkin secara mental juga. Sudah lama rasanya, saya terlepas dari dunia kampus beserta hiruk pikuknya. Urusan birokrasi, duduk sambil nyengir kuda di ruang baca jurusan, atau sekedar duduk santai sambil haha-hihi sama teman-teman sekitar. Ah kampus dan isinya, saya rindu se-rindu-rindunya tanpa celah. Sebuah pertanyaan yang sangat ingin saya sampaikan secara langsung pada ke 5 sahabat saya yang masih berjuang dengan urusan akademik adalah "Gimana?". Satu kata tanya tersebut mewakili rasa kangen saya pada mereka semua, satu kata itu bisa menghasilkan makna yang banyak mulai dari "Sampai mana?", "Lancarkah?", "Hambatannya gimana?", dan sebagainya. 

Lalu apa yang kemudian saya lakukan selama beberapa waktu ini? Mencari jalan, menemukan petunjuk demi petunjuk, rencana demi rencana yang seluruhnya masih misterius. Antara excited, takut, sedih, tidak tenang, dan perasaan lain yang berkecamuk secara impulsif. Rencana-Nya selalu tak pernah bisa ditebak, seringkali mengejutkan dan terkadang sulit dipercaya. Hal itu yang perjuangkan, ditunggu dengan sabar, dan berusaha sebisa dan sebaik yang saya mampu untuk menemukan sebuah kesimpulan sementara dari babak ini. 

Saya terjebak pada dua petuah, keduanya sama-sama benar, keduanya terkadang menjadi senjata saya dalam meeyakinkan diri hingga memotivasi diri. Yang pertama adalah "Kesempatan yang sama tidak belum tentu datang dua kali" dan yang kedua "Orang sabar disayang Tuhan". Kedua petuah itu membuat pikiran saya jungkir balik hingga mendarat dengan mulus pada satu pertanyaan baru "Jadi petuah mana yang akan saya lakoni?". Kesempatan, kenapa disebut kesempatan karena seringkali sulit di dapat dan tidak semua orang bisa mendapatkan hal yang sama. Kalau ditolak, siapa tau menolak jodoh. Tapi bisa saja malah menemuka jodoh yang terbaik, karena rasa sabar dan usaha yang besar membuat kita akhirny menemukan satu yang paling baik. 

Saya sedang tidak berbicara tentang cinta. Bukan. Sekali lagi bukan percintaan yang sedang saya tunggu. Tapi sebuah babak. Babak baru yang sudah saya nantikan. Di umur 22 tahun ini saya dituntut untuk bisa "menjinakan" diri sendiri dari berbagai perasaan dan sugesti negatif. 22 tahun sebuah angka kembar yang akhirnya bisa saya sandang. 

22 tahun dan sedang mencari sebuah babak. 

Kalian?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak