Ya, Google harus bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi pada Ibu saya. Beliau kesengsem sama yang namanya Google. Dia sangat takjub dengan Google dan belum habis pikir akan apa yang sebenarnya Google lakukan pada hidupnya. Yap kejatuhcintaannya pada Google berawal dari keinginan (lagi) membeli BB. Setelah 2 tahun yang lalu sempat membeli dan tidak bisa mengoperasikannya, kini beliau akhirnya memutuskan untuk membeli lagi, dengan alasan permintaan rekan-rekan dan langganan beliau yang terus menerus bertanya "Pin-nya berapa?"
Sebuah BB sudah ditangan, dengan pembesaran ukuran font sebesar 14 BB siap diutak-atik. Kini beliau tidak pantang menyerah seperti ketika pertama membeli dulu. Dan aplikasi BBM pun sudah lancar digunakan. Namun kegembiraan tidak berhenti sampai disitu. Sampai beliau menemukan Google.
Mama saya mencoba mengetik beberapa kata dan seketika muncul hal-hal yang ingin beliau ketahui. Beliau terheran-heran "Kok bisa?". Lalu beliau mengetik lagi, dan lagi. Sampai ketagihan mencari tau hal yang penting sampai yang kurang penting.
"Hebat ya Gung google, kita salah ketik juga dia tau apa maksud kita, kok dia bisa ngerti ya?"
Dan ketakjubannya terhadap Google saya sambut dengan senyum-senyum nahan ketawa, mungkin saja hal ini bisa terjadi pada saya 20 tahun lagi. Saya juga jadi sadar ternyata teknologi yang berkembang sekarang ini tidak melulu berdampak buruk.
Lalu Ibu saya berkata pada akhirnya "Coba aja HP Mama yang Nokia bisa gitu ya". Saya jadi melirik ke HP lamanya, berkata dalam hati, "Mam, itu juga udah 3,5G, udah bisa browsing kok!". Tapi saya tidak mau merusak ketakjuban beliau.
Sebuah BB sudah ditangan, dengan pembesaran ukuran font sebesar 14 BB siap diutak-atik. Kini beliau tidak pantang menyerah seperti ketika pertama membeli dulu. Dan aplikasi BBM pun sudah lancar digunakan. Namun kegembiraan tidak berhenti sampai disitu. Sampai beliau menemukan Google.
Mama saya mencoba mengetik beberapa kata dan seketika muncul hal-hal yang ingin beliau ketahui. Beliau terheran-heran "Kok bisa?". Lalu beliau mengetik lagi, dan lagi. Sampai ketagihan mencari tau hal yang penting sampai yang kurang penting.
"Hebat ya Gung google, kita salah ketik juga dia tau apa maksud kita, kok dia bisa ngerti ya?"
Dan ketakjubannya terhadap Google saya sambut dengan senyum-senyum nahan ketawa, mungkin saja hal ini bisa terjadi pada saya 20 tahun lagi. Saya juga jadi sadar ternyata teknologi yang berkembang sekarang ini tidak melulu berdampak buruk.
Lalu Ibu saya berkata pada akhirnya "Coba aja HP Mama yang Nokia bisa gitu ya". Saya jadi melirik ke HP lamanya, berkata dalam hati, "Mam, itu juga udah 3,5G, udah bisa browsing kok!". Tapi saya tidak mau merusak ketakjuban beliau.
Komentar
Posting Komentar