"Kata orang hari ini tanggal cantik"
"Cantik?"
"Iya seolah-olah berurutan"
"Oh begitu ya, tapi Aku merasa biasa saja"
Begi menunduk sambil berpikir apalagi yang harus ia utarakan agar perempuan di hadapannya itu bisa merasa antusias hari ini. Begi mengetuk-ngetukan jari-jarinya ke meja. Si perempuan masih juga terlihat acuh tak acuh dengan sikap Begi. "Berapa tahun ya kita sudah saling mengenal?" tanya Begi ragu. Si perempuan memandang mata Begi dengan tatapan yang mengintimidasi seolah Begi siap diterkam sewaktu-waktu, "Aku tidak ingat, memang kenapa?". Begi menggaruk-garuk dahinya. "Rasanya sudah hampir satu tahun ya?".
"Satu tahun, wow, lama juga ya Aku berada dalam siklus yang tidak berujung seperti ini"
"Maksud kamu?"
"Sudah setahun kita melewati berbagai tanggal yang kamu bilang cantik, tapi tetap Aku belum juga paham apa tujuan Kamu membawa Aku ke tempat-tempat yang aneh!"
"Aneh ya?"
Begi menunduk ia merasa semuanya sia-sia. "Mungkin ini jadi tanggal cantik yang terakhir melengkapi pertemuan kita yang ke-30..."
"Terakhir?" si perempuan bertanya seolah-olah ia belum mau mengakhiri pertemuan demi pertemuan.
"Aku hanya bingung"
"Aku lebih bingung"
"Kenapa?"
"Bahkan hingga kini Aku tidak tau dimana sebenarnya posisi Aku berada dalam hidup Kamu"
Begi belum juga bersuara.
"Apa Aku berada di garis paling depan? Atau ternyata aku tidak berada dalam lintasanmu?"
"Simbol ini mengikatku" ucap Begi sambil menunjukan jari tengahnya yang dilindungi oleh sebuah cincin berwarna putih.
"Lalu kenapa Kamu terus memanggil Aku Begi?"
"Dan kenapa kamu selalu datang?"
Keduanya membisu dan saling berpandangan.
"Apa Kamu punya nama?"
"Cantik?"
"Iya seolah-olah berurutan"
"Oh begitu ya, tapi Aku merasa biasa saja"
Begi menunduk sambil berpikir apalagi yang harus ia utarakan agar perempuan di hadapannya itu bisa merasa antusias hari ini. Begi mengetuk-ngetukan jari-jarinya ke meja. Si perempuan masih juga terlihat acuh tak acuh dengan sikap Begi. "Berapa tahun ya kita sudah saling mengenal?" tanya Begi ragu. Si perempuan memandang mata Begi dengan tatapan yang mengintimidasi seolah Begi siap diterkam sewaktu-waktu, "Aku tidak ingat, memang kenapa?". Begi menggaruk-garuk dahinya. "Rasanya sudah hampir satu tahun ya?".
"Satu tahun, wow, lama juga ya Aku berada dalam siklus yang tidak berujung seperti ini"
"Maksud kamu?"
"Sudah setahun kita melewati berbagai tanggal yang kamu bilang cantik, tapi tetap Aku belum juga paham apa tujuan Kamu membawa Aku ke tempat-tempat yang aneh!"
"Aneh ya?"
Begi menunduk ia merasa semuanya sia-sia. "Mungkin ini jadi tanggal cantik yang terakhir melengkapi pertemuan kita yang ke-30..."
"Terakhir?" si perempuan bertanya seolah-olah ia belum mau mengakhiri pertemuan demi pertemuan.
"Aku hanya bingung"
"Aku lebih bingung"
"Kenapa?"
"Bahkan hingga kini Aku tidak tau dimana sebenarnya posisi Aku berada dalam hidup Kamu"
Begi belum juga bersuara.
"Apa Aku berada di garis paling depan? Atau ternyata aku tidak berada dalam lintasanmu?"
"Simbol ini mengikatku" ucap Begi sambil menunjukan jari tengahnya yang dilindungi oleh sebuah cincin berwarna putih.
"Lalu kenapa Kamu terus memanggil Aku Begi?"
"Dan kenapa kamu selalu datang?"
Keduanya membisu dan saling berpandangan.
"Apa Kamu punya nama?"
Komentar
Posting Komentar