Langsung ke konten utama

Maafkan Saya.

Seandainya saja saya orang yang bisa bertahan lama dengan apa yang disebut rutinitas. Atau seandainya saja saya bisa terus menerus bisa berlama-lama disituasi yang statis.

Itu adalah harapan saya yang sebenarnya berakibat pada banyak hal. Sangat banyak.
Sebuah hasil tes pun mengatakan bahwa saya memiliki need of change yang tinggi. Saya setuju dengan hasil itu. Karena telah banyak hal yang akhirnya terbengkelai begitu saja karena alasan sederhana bosan.

Dari dulu saya sulit untuk tahan disituasi yang itu-itu saja. Maksudnya, saya bisa menebak dengan sempuran apa yang akan terjadi berikutnya. Hari ini saya akan begini, besok begitu, dia begini, dan dia akan begitu. Selalu sama. Mungkin semua orang pun pernah mengalaminya, tapi saya merasa perasaan jenuh terlalu sering menghampiri saya.

Dulu ketika saya mendapat sesuatu yang tinggi yang mungkin banyak yang menginginkannya, entah kenapa saya langsung saja bosan ditengah jalan. Akhirnya saya mulai banyak membuat alasan agar kata kasar (baca:bosan) tidak sampai ke telinga orang-orang.

Teman saya pernah berkata pada saya dan kalimat itu cukup terngiang sampai saat ini:

"Gung ga mungkin kan kalo Kamu punya pasangan dan dia harus terus berusaha bikin sesuatu yang baru biar kamu ga bosen?"

Hmm, kalimat itu sama sekali tidak mengandung unsur kesalahan, saya setuju sekali. Tidak mungkin saya menuntut macam-macam, agar selalu membuat saya terkejut. Terlalu egois rasanya jika saya haru memaksa siapapun mencari cara agar saya tidak cepat bosan. Kadang saya jadi berpikir, mungkin saya tidak akan pernah cukup layak bagi orang lain. Karena banyak kasusnya orang-orang yang mengharapkan keberadaan saya, entah itu teman, keluarga, sahabat, yang sedang dekat, merasa saya suka menghilang tiba-tiba. Kadang itu adalah salah satu cara untuk menahan kata : bosan. Tanpa saya peduli, bahwa mungkin mereka sedang benar-benar membutuhkan saya.

Ah, mungkin saya terlalu nyaman berlindung dibalik kata egois.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling (part 1)

Hei apa kabar my dearest blog? Wah sudah dua tahun ya tidak ada posting sama sekali di blog ini. Bukan tidak ingin untuk menulisa lagi, hanya saja hmmmmm. Okey mari kita lewati memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis, sekarang saya akan sedikit memberikan pengalaman saya seputar jalan-jalan. Rasanya sudah cukup lama sih tidak menulis sesuatu yang bersifat informatif di blog ini. Tulisan-tulisan terakhir saya berisi cerita-cerita fiksi, keluh kesah, puisi, dan hal-hal yang mungkin kurang informatif dan bermanfaat (tapi cukup menghibur kan?). Bukan sok nasionalis sih, tapi emang Indonesia itu negara yang luas dan punya banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi.   Saya tiba-tiba baru sadar bahwa saya sudah terlalu sering jalan-jalan. Memang sih saya belum bisa dikategorikan sebagai backpacker sejati atau traveler akut. Apalagi kalau mau adu jumlah negara yang dikunjungi, duh saya masih cupu sekali. Selain karena waktu dan ehem budget, saya lebih fokus u

Review: The Other Boleyn Girl

I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak. Film ini bercerita tentang sebuah

8 Hari Jelang Premiere

Ternyata saya mengalami ketakutan luar biasa jelang premiere. Takut kalau filmnya malah dihujat orang, takut kalau dengar selentingan "Ih filmnya ga banget deh". Takut juga denger "Duh Sutradaranya payah nih". Dan komentar-komentar lainnya yang bisa menyayat hati. Sumpah. Ini baru pertama kalinya film pendek yang saya sutradarai di putar secara umum. Dan ternyata rasanya lebih fantastis. saya malah jadi takut jangan-jangan tidak ada yang mau nonton film "Senja" lagi. Wajarkan ya kalau sutradara amatir semacam saya mengalami kegugupan ini? Mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Acaranya banyak yang datang dan tidak mengecewakan. Amien