Ouh iya sebelum saya memulai melanjutkan tulisan ini, saya ingin memberitahu bahwa isi tulisan ini berisi racauan yang dikombinasikan dengan rasa kesal. Saya tau bahwa saya bukan seseorang dengan title “sempurna” dijidat. Saya sangat sadar itu. Dan saya pun tidak berhak untuk meminta orang-orang yang sempurna agar berteman atau berelasi lebih intim dengan saya. Oh maaf, memang tidak ada orang yang sempuran di dunia ini (untuk saat ini) bukan berarti itu dijadikan alasan untuk tidak bisa berubah. Berubah bukan hal yang mudah, dan lagi-lagi seberapa besar daya saya untuk menyuruh berubah untuk seorang Agung?
Saat saya sedang berada di titik jenuh atau titik puncak, saya sangat membutuhkan seseorang untuk sekedar berkeluh kesah mungkin 5 sampai 10 menit, harapan saya dari berkeluh kesah tersebut adalah agar dapat menyalurkan atau meringankan beban yang terasa berat tersebut. Tentu saya pun mengharapkan respon yang baik dan orang yang benar-benar menyimak curhatan saya. Bukan dengan memotong ditengah-tengah dan langsung mengarahkan saya pada topic atau ceritanya, dan ujungnya niat awal saya untuk bercerita malah berubah jadi mendengarkan orang (yang saya harap dapat mendengarkan cerita saya). Begitu sulitkan memberikan sedikit waktu untuk mendengar dan merespon dengan baik, bukan Cuma “hmm” “ouh”, meskipun “hmm” dan “ouh” bisa meningkatkan produktivitas verbal seseorang saat mengobrol, tapi saat kepala sudah terasa berat dan rasanya ingin muntah, saya butuh lebih dari sekedar “hmm” atau “ouh”. Sederhana bukan?
Komunikasi merupakan pondasi dasar dari segala hubungan mualai dari keluarga, teman, suami istri, dan hal lainnya yang menyangkut interaksi. Saya percaya komunikasi yang baik akan menjaga stabilitas sebuah hubungan.
Yang saya inginkan hanya waktu sebentar saja, dan saya selalu berjanji bahwa setelah itu saya akan setia mendengarkan, bukan hanya sekedar mendengarkan, saya akan menyimak sebaik-baiknya. Bukankah itu sebuah komunikasi yang baik dan adil. Take and give?
Komentar
Posting Komentar