Langsung ke konten utama

Now till Now

Yeah it's December, artinya ini adalah akhir dari tahun 2010 ini. Mungkin masih terlalu cepat untuk me-review apa saja yang telah terjadi setahun ini. Bukan, tulisan kali ini bukan tulisan untuk mengenang apa yang terjadi selama setahun ini, melainkan apa yang sedang terjadi di minggu ini. Ini awal bulan dimana biasanya orang-orang memompa semangat baru dan merasa segar kembali. Apalagi ini akhir tahun, tapi saya tidak merasakan hal yang sama. November kemarin cukup menjadi bulan yang menyakitkan kepala saya, rasanya saya dipukul oleh sebatang kayu besar dengan tenaga besar pula, hasilnya kepala saya pening luar biasa. November kemarin saya terbuai terbang begitu tingginya, menyentuh langit-langit dunia tanpa sedikit pun melihat realitas yang ada, manis rasanya. Sejenak saja saya merasa manisnya, tiba-tiba saya kehilangan pijakan dan saya jatuh dari ketinggian yang terhitung lagi. Arah yang ingin saya tuju mendadak hilang ditelan keraguan. Saya benar-benar kehilangan arah saat itu. Terjatuh dan merasakan kesakitan yang begitu dalam, tapi saya harus diam dan menahan semuanya dalam hati. Membuat semuanya baik-baik saja, bukan hal besar, dan bukan masalah penting. Saya belum atau bahkan tidak akan berkata mengenai hal itu, alasannya sederhana takut. Pada akhirnya saya harus menjalani sebuah bahkan lebih akibat dari kesalahan saya itu.

Setelah gejolak hidup yang meniup sendi-sendi ini mereda. Kini saya merasa lelah, sangat lelah, sampai-sampai saya tidak ingin melakukan apapun juga. Saya sibuk berdebat dengan diri sendiri setiap harinya. Tapi belum juga saya menemukan jawabannya. Saya lelah. Lelah menjalani hal-hal yang sebenarnya tidak ingin saya lakukan.Lelah dengan sebuah kenyataan buruk yang saya bawa kemana-mana tanpa bisa saya bagi dengan keluarga apalagi teman. Sesuatu yang bukan dari hati mungkin akan berjalan datar. Saat ini saya tidak ingin disalahkan, dimarahi, dinasihati dengan nada sok pintar, diremehkan dengan nada sok tau. Saya tau akan apa yang tidak saya inginkan, tapi saya tidak tau apa yang saya inginkan. Mungkin sebenarnya saya tau, tapi saya tidak pernah cukup berani untuk memilih. Itulah kenapa saya selalu ragu untuk mengatakan "Hidup itu Pilihan" karena dalam banyak kesempatan saya tidak memilih. Saat ini saya merasa datar dan kosong. Dan satu hal yang saat ini saya baru sadari, saya sedang tidak ingin bangkit atau berjalan ke arah yang seharusnya.

Mungkin benar hal yang paling sulit adalah mengerti diri sendiri dengan sebaik-baiknya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling (part 1)

Hei apa kabar my dearest blog? Wah sudah dua tahun ya tidak ada posting sama sekali di blog ini. Bukan tidak ingin untuk menulisa lagi, hanya saja hmmmmm. Okey mari kita lewati memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis, sekarang saya akan sedikit memberikan pengalaman saya seputar jalan-jalan. Rasanya sudah cukup lama sih tidak menulis sesuatu yang bersifat informatif di blog ini. Tulisan-tulisan terakhir saya berisi cerita-cerita fiksi, keluh kesah, puisi, dan hal-hal yang mungkin kurang informatif dan bermanfaat (tapi cukup menghibur kan?). Bukan sok nasionalis sih, tapi emang Indonesia itu negara yang luas dan punya banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi.   Saya tiba-tiba baru sadar bahwa saya sudah terlalu sering jalan-jalan. Memang sih saya belum bisa dikategorikan sebagai backpacker sejati atau traveler akut. Apalagi kalau mau adu jumlah negara yang dikunjungi, duh saya masih cupu sekali. Selain karena waktu dan ehem budget, saya lebih fokus u

Review: The Other Boleyn Girl

I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak. Film ini bercerita tentang sebuah

8 Hari Jelang Premiere

Ternyata saya mengalami ketakutan luar biasa jelang premiere. Takut kalau filmnya malah dihujat orang, takut kalau dengar selentingan "Ih filmnya ga banget deh". Takut juga denger "Duh Sutradaranya payah nih". Dan komentar-komentar lainnya yang bisa menyayat hati. Sumpah. Ini baru pertama kalinya film pendek yang saya sutradarai di putar secara umum. Dan ternyata rasanya lebih fantastis. saya malah jadi takut jangan-jangan tidak ada yang mau nonton film "Senja" lagi. Wajarkan ya kalau sutradara amatir semacam saya mengalami kegugupan ini? Mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Acaranya banyak yang datang dan tidak mengecewakan. Amien