Langsung ke konten utama

Menjadi Psikolog Tidak Semudah yang Anda Kira.

Mungkin masih banyak yang menganggap remeh profesi psikolog. Atau juga masih banyak yang menganggap psikolog itu hanya sebatas pembaca kepribadian manusia. Seseorang yang kuliah di bidang Psikologi relative banyak menerima pernyataan dan permintaan “Baca Aku dong?” atau “Tebak aku kayak gimana?”, lagi-lagi kalau dapat respon seperti saya Cuma nyengir.

Semester-semester sebelumnya saya masih menganggap bahwa buat belajar psikologi ya tinggal baca buku, karena pengaruh dosen tidak terlalu signifikan. Saya ingat seorang teman SMA saya yang sempat berapi-api ingin masuk Psikologi tiba-tiba berubah pikiran dengan alas an “ Ah belajar psikologi mah bias otodidak, tinggal baca”.

Kali ini saya sangat tidak setuju dengan pernyataan sang teman SMA. Belajar Psikologi bukan hanya mengetahui seseorang ekstrovert atau introvert. Atau sekedar main-mainan tebak kepribadian. Menjadi Psikolog atau setidaknya sarjana Psikologi tidak sesederhana itu.

Setelah 4 semester terlewat saya pun baru tersadar ternyata belajar Psikologi sama dengan belajar mengintegrasikan diri kita sendiri. Menyeimbangkan berbagai hal yang kurang seimbang sampai memanusiakan manusia. Menyelaraskan antara pikiran, gerak tubuh, dan perasaan itu adalah bagian tersulit.

Lagi-lagi sayapun harus mengulang pernyataan belajar Psikologi bukan tuntunan menjadi manusia sempurna, tapi belajar menemukan letak dimana dan siapa diri kita sebenarnya dan sebaiknya.

Komentar

  1. setuju banget

    dan menemukan letak dimana dan siapa kita sebenarnya dan sebaliknya pun tidak mudah :)

    BalasHapus
  2. menjadi seorang psikolog maupun ilmuwan psikologi memang tidak mudah, tapi tidak berarti itu sulit.. karena saya yakin setiap orang memiliki kemampuan untuk memahami orang lain dan dirinya sendiri meskipun kapasitasnya yang berbeda...

    mungkin lebih sulit bagi orang yang memang tidak bercita2 tidak memiliki soul dalam menggapai pengetahuan dan ilmu akan psikologi

    BalasHapus
  3. nice post:) sama halnya mencari letak kesakitan diri kita sendiri menjadi sulit ya hehehe

    BalasHapus
  4. iyaa mmng btul,
    saya brcita2 mnjadi psikolog, ketika saya di tes psikotest, trnyata saya mmpunyai bakat untk mnjdi psikolog, jdi sbgai calon psikolog saya tidak menganggap mnjdi psikolog itu sbagai pljaran yg hnya mmbaca buku sja, tapi lbih mndalami kpribadian mnusia !
    do'a in saya smoga sya jdi psikolog, aminnnn

    BalasHapus
  5. saya juga ingin sekali menjadi psikolog, itu cita" saya dari kcil... mkanya dri skrang saya berusaha keras untuk mencapai cita" saya. ( saya smp kelas 9 )...

    BalasHapus
  6. om kalau boleh tau setelah lulus kuliah psikolog pendapatan anda kira2 berapa sebualn

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak