Langsung ke konten utama

Bali-Lombok Trip (part 3)

Hal keempat adalah Indonesia punya banyak pantai yang luar biasa indah. Dan hal itu harus cepat-cepat kita sadari karena orang-orang dari luar negeri saja mungkin banyak yang lebih tau obyek-obyek pantai yang bagus-bagus daripada orang Indonesia itu sendiri. Sayang sekali kan, orang Indonesia sendiri malah sibuk pergi ke Negara-negara seperti Malaysia untuk sekedar belanja.

Okei mungkin cukup untuk 4 hal yang cukup disadari tapi sering dilupakan. Karena sekarang sudah mengetik di kompie jadi posting lanjutan ini akan lebih panjang dari 2 mini posting sebelumnya. Dan sepertinya ceritanya akan dimulai lagi ya.

Backpacking, istilah ini sudah semakin familiar di telinga kita semua. Sampai-sampai mampir ke telinga saya waktu SMA. Dan saya sangat tergiur untuk mencoba hal yang satu ini. Tetapi hal itu akhirnya terwujud juga di bangku kuliah bersama 3 teman super saya. Tidak tanggung-tanggung backpacking pertama saya langsung ke daerah yang sangat jauh Lombok. Hmm tunggu-tunggu saya daritadi bilang backpacking? Sepertinya saya tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah untuk menyebut perjalanan saya dan teman-teman pergi ke Lombok sebagai backpacker. Karena kita tidak murni backpacking di Lombok, diantar oleh orang tua teman di Lombok dibiayai oleh mereka, diberi makan tepat waktu, hmm sepertinya lebih enak menyebutnya liburan di rumah “saudara”.

Selama perjalanan ini saya banyak menemukan pengalaman-pengalaman baru. Salah satunya ngobrol dengan orang yang baru dikenal. Ternyata dalam situasi di perjalanan jauh banyak orang yang mendadak mengajak ngobrol. Tapi setiap orang yang mengajak saya ngobrol saya lebih banyak mendengarkan karena saya bingung mau cerita apa. Dan yang unik dari fenomena tersebut adalah seseorang bisa lebih lancar bercerita tentang keluh kesah hidupnya kepada orang yang baru dikenalnya untuk sesaat. Hal itu mungkin juga disebabkan pemikiran “ga akan ketemu lagi ini”. Lucu juga ya kalau dipikir-pikir, ketemu trus ngobrol, sampai tujuan, relasi berhenti sesaat, atau mungkin bertukar nomer HP tanpa tau kapan akan saling berkomunikasi lagi. Setelah itu mungkin kita akan lupa nama hingga wajah yang kita baru kenal itu. Namun dari semua perkenalan singkat itu, tetap menimbulkan kesan tersendiri yang akan sulit dilupakan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling (part 1)

Hei apa kabar my dearest blog? Wah sudah dua tahun ya tidak ada posting sama sekali di blog ini. Bukan tidak ingin untuk menulisa lagi, hanya saja hmmmmm. Okey mari kita lewati memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis, sekarang saya akan sedikit memberikan pengalaman saya seputar jalan-jalan. Rasanya sudah cukup lama sih tidak menulis sesuatu yang bersifat informatif di blog ini. Tulisan-tulisan terakhir saya berisi cerita-cerita fiksi, keluh kesah, puisi, dan hal-hal yang mungkin kurang informatif dan bermanfaat (tapi cukup menghibur kan?). Bukan sok nasionalis sih, tapi emang Indonesia itu negara yang luas dan punya banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi.   Saya tiba-tiba baru sadar bahwa saya sudah terlalu sering jalan-jalan. Memang sih saya belum bisa dikategorikan sebagai backpacker sejati atau traveler akut. Apalagi kalau mau adu jumlah negara yang dikunjungi, duh saya masih cupu sekali. Selain karena waktu dan ehem budget, saya lebih fokus u

Review: The Other Boleyn Girl

I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak. Film ini bercerita tentang sebuah

8 Hari Jelang Premiere

Ternyata saya mengalami ketakutan luar biasa jelang premiere. Takut kalau filmnya malah dihujat orang, takut kalau dengar selentingan "Ih filmnya ga banget deh". Takut juga denger "Duh Sutradaranya payah nih". Dan komentar-komentar lainnya yang bisa menyayat hati. Sumpah. Ini baru pertama kalinya film pendek yang saya sutradarai di putar secara umum. Dan ternyata rasanya lebih fantastis. saya malah jadi takut jangan-jangan tidak ada yang mau nonton film "Senja" lagi. Wajarkan ya kalau sutradara amatir semacam saya mengalami kegugupan ini? Mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Acaranya banyak yang datang dan tidak mengecewakan. Amien