Langsung ke konten utama

That's way I Love Documenter! (part 1)

Bikin film dokumenter itu susah-susah gampang. Gampangnya ga usah bikin skrip panjang-panjang, ga perlu kru banyak-banyak modal kamera juga jadi, bisa improvisasi sebanyak-banyaknya. Susahnya, nemu orang yang pas sama tema, menggali pertanyaan sedalam-dalamnya, mati gaya, dan yang terakhir DITOLAK mentah-mentah sama orang-orang yang diminta wawancara.

Hari ini saya dan teman saya sedang mencoba membuat sebuah film dokumenter. Film dokumenter ini hanya mengisi waktu luang dan iseng-iseng berhadiah. Padahal tidak ada lomba tidak ada event apapun juga. Cuma saya kangen berat untuk membuat film dokumenter. Dan ternyata salah satu teman saya juga mempunyai keinginan yang sama, dan akhirnya kita memutuskan untuk merealisasikannya.

Entah sejak kapan saya jatuh cinta pada film dokumenter. Padahal saya tidak terlalu sering menonton dokumenter karena banyak film dokumenter yang menggunakan bahasa tingkat tinggi dan dikemas agak berat. Dulu saya sempat terpikir untuk membuat sebuah dokumenter yang tidak membosankan atau kalaupun tetap membosankan setidaknya mudah untuk dicerna. Akhirnya saya berkesempatan untuk membuat sebuah dokumenter untuk sebuah event kampus yang bertemakan perbedaan.

Mungkin sejak kejadian itu saya jadi ketagihan untuk memproduksi dokumenter untuk kepuasan batin. Ada banyak hal-hal yang tidak bisa ditemui dalam film cerita. Spontanitas dan berpikir kritis sangat dituntut dalam film ini. Dan selalu banyak cerita menarik yang semakin membuka mata saya. Membuat saya semakin tau tentang keberagaman orang lain. Dan hal itu hanya bisa saya dapatkan di film dokumenter.

Dan proyek saya saat ini ternyata mempunyai beban yang 20 kali lipat dari film dokumenter sebelumnya. Dan hari ini saya dengan suksesnya ditolak oleh pegawai-pegawai berseragam kuning kecoklatan, ya ampun sebegitu sulitkan untuk berbincang-bincang dengan anda Ibu-ibu-Bapak-bapak? Saya malah dioper-oper seperti bola. Hal itu membuat saya mengeneralisasi pegawai-pegawain disana yang mengatakan dirinya sibuk ternyata hanya merokok dan tertawa-tawa dengan teman yang lainnya di jam kerja.

Mudah-mudahan tidak semuanya seperti itu ya...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak