Bikin film dokumenter itu susah-susah gampang. Gampangnya ga usah bikin skrip panjang-panjang, ga perlu kru banyak-banyak modal kamera juga jadi, bisa improvisasi sebanyak-banyaknya. Susahnya, nemu orang yang pas sama tema, menggali pertanyaan sedalam-dalamnya, mati gaya, dan yang terakhir DITOLAK mentah-mentah sama orang-orang yang diminta wawancara.
Hari ini saya dan teman saya sedang mencoba membuat sebuah film dokumenter. Film dokumenter ini hanya mengisi waktu luang dan iseng-iseng berhadiah. Padahal tidak ada lomba tidak ada event apapun juga. Cuma saya kangen berat untuk membuat film dokumenter. Dan ternyata salah satu teman saya juga mempunyai keinginan yang sama, dan akhirnya kita memutuskan untuk merealisasikannya.
Entah sejak kapan saya jatuh cinta pada film dokumenter. Padahal saya tidak terlalu sering menonton dokumenter karena banyak film dokumenter yang menggunakan bahasa tingkat tinggi dan dikemas agak berat. Dulu saya sempat terpikir untuk membuat sebuah dokumenter yang tidak membosankan atau kalaupun tetap membosankan setidaknya mudah untuk dicerna. Akhirnya saya berkesempatan untuk membuat sebuah dokumenter untuk sebuah event kampus yang bertemakan perbedaan.
Mungkin sejak kejadian itu saya jadi ketagihan untuk memproduksi dokumenter untuk kepuasan batin. Ada banyak hal-hal yang tidak bisa ditemui dalam film cerita. Spontanitas dan berpikir kritis sangat dituntut dalam film ini. Dan selalu banyak cerita menarik yang semakin membuka mata saya. Membuat saya semakin tau tentang keberagaman orang lain. Dan hal itu hanya bisa saya dapatkan di film dokumenter.
Dan proyek saya saat ini ternyata mempunyai beban yang 20 kali lipat dari film dokumenter sebelumnya. Dan hari ini saya dengan suksesnya ditolak oleh pegawai-pegawai berseragam kuning kecoklatan, ya ampun sebegitu sulitkan untuk berbincang-bincang dengan anda Ibu-ibu-Bapak-bapak? Saya malah dioper-oper seperti bola. Hal itu membuat saya mengeneralisasi pegawai-pegawain disana yang mengatakan dirinya sibuk ternyata hanya merokok dan tertawa-tawa dengan teman yang lainnya di jam kerja.
Mudah-mudahan tidak semuanya seperti itu ya...
Hari ini saya dan teman saya sedang mencoba membuat sebuah film dokumenter. Film dokumenter ini hanya mengisi waktu luang dan iseng-iseng berhadiah. Padahal tidak ada lomba tidak ada event apapun juga. Cuma saya kangen berat untuk membuat film dokumenter. Dan ternyata salah satu teman saya juga mempunyai keinginan yang sama, dan akhirnya kita memutuskan untuk merealisasikannya.
Entah sejak kapan saya jatuh cinta pada film dokumenter. Padahal saya tidak terlalu sering menonton dokumenter karena banyak film dokumenter yang menggunakan bahasa tingkat tinggi dan dikemas agak berat. Dulu saya sempat terpikir untuk membuat sebuah dokumenter yang tidak membosankan atau kalaupun tetap membosankan setidaknya mudah untuk dicerna. Akhirnya saya berkesempatan untuk membuat sebuah dokumenter untuk sebuah event kampus yang bertemakan perbedaan.
Mungkin sejak kejadian itu saya jadi ketagihan untuk memproduksi dokumenter untuk kepuasan batin. Ada banyak hal-hal yang tidak bisa ditemui dalam film cerita. Spontanitas dan berpikir kritis sangat dituntut dalam film ini. Dan selalu banyak cerita menarik yang semakin membuka mata saya. Membuat saya semakin tau tentang keberagaman orang lain. Dan hal itu hanya bisa saya dapatkan di film dokumenter.
Dan proyek saya saat ini ternyata mempunyai beban yang 20 kali lipat dari film dokumenter sebelumnya. Dan hari ini saya dengan suksesnya ditolak oleh pegawai-pegawai berseragam kuning kecoklatan, ya ampun sebegitu sulitkan untuk berbincang-bincang dengan anda Ibu-ibu-Bapak-bapak? Saya malah dioper-oper seperti bola. Hal itu membuat saya mengeneralisasi pegawai-pegawain disana yang mengatakan dirinya sibuk ternyata hanya merokok dan tertawa-tawa dengan teman yang lainnya di jam kerja.
Mudah-mudahan tidak semuanya seperti itu ya...
Komentar
Posting Komentar