Kemarin malam saya melihat berita tentang Shelly, salah satu peraih UN tertinggi di Indoensia yang mendapat beasiswa ke Universitas Udayana. Dan yang lebih hebatnya lagi dia diperkenankan memilih jurusan apapun yang ia inginkan. Wow.
Saya jadi sedikit berkhayal, coba saja saya yang dapat kesempatan seperti, pasti saya akan memilih jurusan yang saya inginkan dan di kampus yang saya harapkan. Itu Cuma khayalan. Tapi sayangnya saya saat itu tidak sepintar Shelly.
Saya jadi berpikir, bagaimana dengan nasib anak-anak yang kemampuan akademik tidak terlalu memuaskan alias pas-pas’an atau biasa-biasa saja (seperti saya) juga dengan kondisi ekonomi yang juga biasa tapi mempunyai keinginan untuk berkuliah?
Apakah mereka harus berhenti berharap untuk berkuliah, atau tetap berjuang untuk mendapat sebuah beasiswa dengan nama yang kurang enak di dengar “beasiswa kurang mampu”. Karena selama ini pemerintah hanya concern pada hal-hal yang special. Special pintarnya atau special miskinnya. Tapi ada segmen yang terlupa yaitu masyarakat tengah-tengah menuju bawah yang sering kesulitan mengemukakan identitas mereka. Miskin bukan, tapi tidak bisa dibilang berkecukupan.
Padahal saya yakin sekali banyak orang-orang yang punya keinginan untuk kuliah, untuk mengubah nasib, untuk menyentuh mimpi. Tapi tidak punya kapasitas yang cukup, karena tidak cukup pintar dan tidak cukup miskin untuk dibantu.
Dan saya yakin setiap orang di dunia ini mempunyai apa yang namanya bakat. Dan hal itu tidak selalu terlihat dalam bidang akademis. Ya buat Pak SBY, jangan pejabat aja yang diberi fasilitas.
Mudah-mudahan kelak saya bisa sukses, dan saya bisa mencari orang-orang dengan keinginan kuat namun tidak di dukung prestasi akademik yang kuat dan dalam kondisi ekonomi yang tanggung, agar bisa ditolong.
Komentar
Posting Komentar