Langsung ke konten utama

sebuah tulisan

Saya pernah punya dua orang teman, namanya Pria dan Lara. Mereka berdua itu aneh, mereka selalu saja bertentangan. Pria suka hitam, Lara suka putih. Mereka pernah berdebat sampai berjam-jam hanya karena mereka sebuah Teori Kepribadian. Pria sangat setuju dengan konsep Freud, sedangkan Lara sangat tidak setuju dengan rumusan yang dibuat Freud. Pria suka berlari, Lara suka berjalan santai. Pria suka tertawa dengan keras, Lara tidak suka tertawa keras. Apapun yang disukai Pria, tentu Lara tidak suka, begitupun sebaliknya. Pernah suatu saat, Lara sedang mendengarkan lagu-lagu Radiohead dari Handphonenya, Lara bersenandung, sambil menghentak-hentakan kakinya ke lantai mengikuti irama lagu. Ternyata Pria berjalan melewati Lara, mereka tidak saling menyapa, namun Pria bias mendengar lagu yang Lara sedang nyanyikan, dan Pria tau itu adalah lagu Radiohead. Pria bergegas pulang, dan menghapus semua lagu Radiohead dari komputernya, padahal ia sangat menyukai band ini sejak SMP. Mereka selalu bertentangan.


Siapa yang sangka, dulu, mereka berdua pernah dekat sekali, mereka selalu bersama. Saat Pria makan, Lara pun makan. Saat salah satu tertawa, yang satu lagi ikut tertawa. Jika ada bahan obrolan yang bisa didiskusikan, mereka terus saling menambahkan. Jika mempelajari sebuah teori, mereka saling meyakinkan. Kompak sekali. Dulu Pria adalah sahabat bagi Lara, dan Lara adalah sahabat bagi Pria. Namun entah mengapa, mereka berdua tiba-tiba saling bertentangan. Setau saya, mereka berdua punya prinsip yang sama, sedikit saja orang menginjak harga diri mereka, maka mereka akan memusuhi orang itu sampai mati. Angkuh dan keras kepala, memang sudah melekat dijidat mereka. Harga diri nomer satu, dua, dan tiga.

Semenjak mereka berdua bermusuhan, Lara mendekati saya, dan sering mengobrol dengan saya. Kami cukup akrab kini. Karena ia selalu bertentangan, apa yang Lara suka, Pria tidak suka. Karena Lara dekat dengan saya, Pria jadi memusuhi saya. Masa bodoh, toh saya tidak butuh dia.


Dulu saya kemana-mana selalu sendiri, orang-orang bahkan banyak yang lupa dengan nama saya. Menyedihkan jika mengingat masa-masa penuh derita dulu. Tapi kini semua sudah berubah. Saya tak lagi kesepian, selalu ada Lara disamping saya kemanapun saya pergi. Menyenangkan ternyata punya teman. Dan saya tidak peduli akan tatapan sinis yang Pria berikan pada saya.

Mudah-mudahan semuanya tetap seperti ini. Mudah-mudahan Pria dan Lara tidak pernah tau, kalau dulu saya pernah berbohong pada Lara, waktu itu saya mengatakan bahwa Pria pernah menghina pemikirannya di depan teman-temannya yang lain. Tentu mendengar cerita itu Lara geram. Mudahmudahan Pria tidak pernah tau, kalau saya pernah mengirim sebuah pesan singkat padanya atas nama Lara, yang berisikan, penghinaan yang sangat hina padanya, Pria marah.


Semuanya berlangsung seperti yang saya inginkan. Saya punya teman, Pria dan Lara tetap bermusuhan. Sampai suatu ketika, Lara membaca tulisan ini. Lara berteriak, sekencang-kencangnya, ia merasa ditipu oleh seorang seperti saya. Ia membanting barang-barang yang ada disekitarnya. Harga dirinya yang selama ini jadi kebanggaannya kini harus disembunyikannya dalam-dalam. Lara tertipu.


Semua tidak terhenti sampai disitu. Lara membawa tulisan ini, pada Pria. Sekejab saja, mereka berdamai. Mereka sama-sama marah, kesal, dahi mereka sama-sama saling berkertut, seketika saja, kekompakan yang sudah lama hilang muncul kembali. Mereka, merasa terhina, sangat terhina. Mereka tidak percaya, kepintaran yang selalu bikin orang lain iri, bisa tergilas oleh sebuah tipuan yang saya buat.


Saya kehilangan teman. Mereka membuat rencana pembalasan yang sangat rapih. Mereka itu pendendam, itu yang ternyata baru saya ketahui. Saya salah menipu orang. Mereka menarik saya ke sebuah tempat. Mereka menutup mata saya dengan sehelai kain panjang. Lara memukul saya dengan sebuah benda, kayu yang panjang dank eras. Pria membawa sebuah tongkat kasti, dan memukul punggung saya dengan keras. Saya menjerit keras. Mereka tidak perduli, mereka seolah tidak mendengar rintihan yang terus keluar dari mulut saya. Tidak cukup sampai disana. Lara membuka kain penutup mata, dan Pria menarik rambut saya menuju sebuah bak penuh berisi air. Lara terlihat sudah tidak sabar lagi. Pria memasukan kepala saya kedalam air, sehingga saya kesulitan bernafas. Saya tidak menyangka mereka bisa berlaku seperti ini pada saya. Mereka lebih beringas dari apa yang saya bayangkan sebelumnya. Mungkin ini merupakan konsekuensi yang harus saya tanggung.


Pembalasan, yang mereka buat ini, sangat menyiksa. Saya kesulitan bernafas, Pria tertawa-tawa sambil menyumpahi saya. Lara pun ikut tertawa terbahak-bahak. Pria terus menenggelamkan seluruh kepala saya dalam air itu. Saya mungkin tidak bias terus bertahan dalam situasi ini. Saya kekurangan oksigen. Semakin sulit. Pria tak kunjung mengangkat kepala saya. Iya Pria tidak memberikan kesempatan untuk bernafas pada saya. Sampai saya kehabisan nafas.


Andai saja mereka tidak membaca tulisan ini. Andai saja saya tidak menipu mereka. Mereka mulai berlaku se-sukanya. Lara memutuskan untuk melanjutkan tulisan ini, sebagai bahan lelucon mereka nanti. Pria setuju dengan ide Lara. Tulisan ini, mereka lanjutkan, mereka selesaikan,sebagai sebuah kenang-kenangan yang bias mereka ingat nantinya. Ide bagus, dan ketika tulisan ini selesai pada titik terakhir. Jiwa saya sudah tidak ada di bumi ini lagi.

Komentar

  1. semoga saya tidak pernah bertemu dengan tokoh 'saya' ahhhh

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak