Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Oktober, 2010

Apalah Arti Sebuah Nama?

Banyak orang-orang yang bilang begitu, karena mereka menganggap kalau nama itu ga terlalu penting. Karena belum tentu nama keren, muka keren atau nama norak orangnya juga norak. Saya pun sering dengar system generalisasi nama. Misalnya seperti yang namanya “X” biasanya cantik, yang namanya “Y” biasanya ganteng, yang namanya “Z” biasanya jahat. Well dari sana saja ketauan nama itu bukan sesuatu yang bisa ditendang sejauh 50 meter dengan tenaga minim, artinya saya sih menganggap kalau nama itu penting. Saat kita menyandang nama sesuatu, kalau kata orang tua kita membawa doa dan tanggung jawab. Doa yang dimaksud adalah harapan-harapan dari orang tua yang kelak diharapkan akan muncul. Misalnya saya sendiri, Agung artinya besar, Muhammad artinya diharapkan perilakunya bisa dijadikan panutan, Reza yang maksudnya diharapkan menjadi pemimpin yang bijak. Wew, kalau saya ingat-ingat arti dari nama saya sendiri rasa-rasanya bahu saya mendadak berat sekali. Begitu besarnya harapan orang tua saya

Menjadi Psikolog Tidak Semudah yang Anda Kira.

Mungkin masih banyak yang menganggap remeh profesi psikolog. Atau juga masih banyak yang menganggap psikolog itu hanya sebatas pembaca kepribadian manusia. Seseorang yang kuliah di bidang Psikologi relative banyak menerima pernyataan dan permintaan “Baca Aku dong?” atau “Tebak aku kayak gimana?”, lagi-lagi kalau dapat respon seperti saya Cuma nyengir. Semester-semester sebelumnya saya masih menganggap bahwa buat belajar psikologi ya tinggal baca buku, karena pengaruh dosen tidak terlalu signifikan. Saya ingat seorang teman SMA saya yang sempat berapi-api ingin masuk Psikologi tiba-tiba berubah pikiran dengan alas an “ Ah belajar psikologi mah bias otodidak, tinggal baca”. Kali ini saya sangat tidak setuju dengan pernyataan sang teman SMA. Belajar Psikologi bukan hanya mengetahui seseorang ekstrovert atau introvert. Atau sekedar main-mainan tebak kepribadian. Menjadi Psikolog atau setidaknya sarjana Psikologi tidak sesederhana itu. Setelah 4 semester terlewat saya pun baru tersadar