Langsung ke konten utama

After The Party

Apa yang terjadi setelah "The Big Party" usai?

Ini yang saya coba ceritakan. Party disini saya maksudkan kepada sebuah moment sidang. Sebuah moment yang katanya adalah salah satu moment besar dalam hidup. Dimana kita mengakhiri masa pendidikan tinggi. Dulu rasanya sidang adalah suatu hal yang besar sekali, besar memang tapi ternyata tidak sebesar itu. Dulu sebelum sidang saya membayangkan hal yang sungguh berat. Tapi dari orang-orang yang sudah sidang berkata "Sidang cuma fase yang harus dilewati aja kok, kalau udah ga akan begitu gimana, gimana, lega dikit". 

Awalnya saya tidak setuju bahkan setelah sidang terlewati, karena saat sidang saya mengalami tekanan-tekanan dan berbagai "ujian". Bahkan saat sidang saya juga mengalami saat dimana saya benar-benar blank. Setelah terlewati, memang agak lega dan rasanya saya ingin protes kepada orang-orang yang dengan santai berkomentar tentang sidang. 

Sekarang? Saya ingin mengatakan setuju dengan pernyataan diatas. Beban malah justru lebih terasa setelah sidang. Sidang memang hanya fase yang harus dilewati, dan akan terlewati begitu saja. Meskipun memang tetap termasuk kategori peristiwa penting dalam hidup. Namun ya memang sudah selesai, dan terus? 

Sekarang saya malah kangen setengah mati sama suasana perkuliahan. Pergi pagi-pagi, nunggu kuliah di kost-an si Marwan, makan siang di sepanjang gerlong, ngantuknya kuliah sore, pusingnya bikin acara, ngetawain dosen, deg-deg'an mau role play PD, dan masih bayak lagi aktivitas kuliah yang lebih menyenangkan dari fase ini. 

Bukan tidak bersyukur, saya sangat bisa bersyukur bisa lulus dengan cepat, mungkin banyak dari teman-teman saya yang berharap cepat menyusul untuk lulus. Tapi saat ini yang saya rasakan adalah stuck di sebuah situasi dimana saya tersesat dan tidak tau mau kemana. Setelah lulus, ekspektasi keluarga dan orang-orang di sekitar saya malah semakin meningkat, cepet dapet kerja, kerja di perusahaan ternama, disuruh jadi PNS-lah, saya hanya disuruh mewujudkan harapan dari mereka. Padahal untuk mewujudkan itu semua tidaklah mudah. 

Teman-teman semua yang masih berkuliah, nikmatilah masa kuliah dengan semaksimal mungkin. Setelah semua berakhir, selamat datang di dunia nyata, dimana tanggung jawab, ekspektasi, dan sebagainya datang kepada kalian semua bukan tentang apa yang dikerjakan yang akan ditanyakan,  tapi dimana dan apa hasilnya. Ough. 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak