Langsung ke konten utama

Review: Harry Potter vs Transformers


Kedua film diatas sedang booming-boomingnya di negara kita tercinta ini. Kehadirannya pun sangat dinantitkan karena masuknya dua buah film Hollywood ini ke Indonesia hingga kini masih dianggap kontroversi. Lupakan tentang sang mentri yang merasa jadi pahlawan atau bagaimana film ini masuk. Yang jelas film ini sekarang sudah bisa dinikmati dengan mudah tanpa perlu ke negara tetangga.

Lalu sepadankah "perjuangan" pemerintah dengan kualitas kedua film ini?

Harry Potter and The Deathly Hallows Part B, dari judulnya yang cukup panjang ini jadi film pertama yang diedarkan di Indonesia. Jujur saja saya sangat menantikan kehadiran film ini dan sempat kecewa ketika muncul berita bahwa film ini tidak akan beredar di Indonesia. Dan saat film ini ternyata jadi keluar saya langsung buru-buru ngibrit di sela-sela KKN. Secara keseluruhan saya anggap part A lebih seru! Entah kenapa saya merasa part B ini berasa kurang greget.

Pada part A saya tidak mau berharap banyak tapi ternyata part A lebih mampu membuat saya tidak sabar ingin menonton film berikutnya. Dengan modal ekspektasi besar saya pulang dengan kekecewaan yang cukup besar. Apalagi adegan 19 tahun kemudian yang bikin saya berkata "Apa-apaan ini?" terlalu maksa. Ditambah pertarungan Voldemort dan Harry Potter yang berlangsung biasa. Tidak spektakuler, padahal ini kan final battle kenapa cuman perang sinar dan selesai. Kalau hanya begitu kenapa harus menunggu bertahun-tahun. Jangan paksa saya untuk menjelaskan tentang bagaimana matinya Bellatrix Lestrange.

Bagaimana dengan Tranformers Dark Of The Moon. Judulnya mencuri perhatian saya. Terkesan kelam, dan penuh ketegangan. Hasilnya? Ceritanya tidak berisi dan tanggung. Saya merasa transformers selalu tanggung memposisikan diri sebagai film. Mau dijadikan film anak-anak tapi banyak konten-konten dewasa mau dijadikan film dewasa ceritanya terlalu gampangan dan dibuat rumit dengan teori-teori dan istilah yang muncul padahal ceritanya tidak serumit itu. Satu yang sering membuat kecewa dari Transformers adalah pertarungan terakhir di film yang selalu aneh (baca:mudah) yap, akhirnya selalu ada si robot besar yang mendadak hidup dengan semangat muncul diakhir dan menang.

Jadi masih layakah film ini diperjuangkan se-lebay itu?




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak