Langsung ke konten utama

Hal-hal dilematis di bulan Puasa

Bulan puasa sama dengan waktunya reunian. Di bulan ini event Buka Bareng atau lebih beken dengan nama BUBAR pasti getol banget diadain tiap tahunnya. Bayangkan setiap tahunnya dalam sebulan ada berapa kali BUBAR, mulai dari SD, Kelas 6 SD, SMP, SMA (dibagi 2 kelas X dan XII), Kuliah dibagi 2 (Teman sepermainan dan Angkatan), ditambah BUBAR plus-plus yang kadang dadakan diadakan diluar prediksi semula.

Tapi sayangnya saya tidak bisa ikut semua BUBAR yang ada, dari semua BUBAR akhirnya saya hanya ikut 3 saja. Itupun dengan berbagai pertimbangan. Istilah belagunya sih diseleksi dulu. Sisanya dengan sangat menyesal saya harus mengatakan tidak bisa datang.

Mungkin banyak yang bilang saya sombong atau sok sibuk. Okey mari saya sedikit jelaskan disini, meskipun saya yakin tidak semua orang yang ingin saya beritahu alasan saya ini akan membaca blog ini, setidaknya usah dulu toh?

Bulan Puasa adalah bulannya para pedagang. Saya anak keluarga pedagang dan konveksi pakaian, ya tidak jauh-jauh dari yang namanya baju. Lebaran= Baju baru untuk sebagian orang, itu artinya saatnya mencari uang sebanyak mungkin dalam satu bulan ini. Sebuah bulan yang sangat dinanti-nantikan oleh seluruh pedagang di Indonesia terutama pedagang baju, sepatu, dan makanan.

Karena berbagai iming-iming dari Ibu saya dan sebuah kalimat “Kapan lagi bisa bantu Mama?” ya saya tidak bisa menolak untuk ikut stand by di toko. Karena mungkin saja saya KKN tahun depan dan di hari biasa pun saya jarang ke toko. Selagi bisa bantu orang tua kenapa engga?
Satu bulan ini ada 30 hari puasa, dan hawa belanja sudah terasa dari 1 minggu sebelum puasa. Setiap harinya saya harus ada di toko mulai pukul 10 di hari senin sampai jumat dan dan setengah 10 di hari sabtu dan minggu. Dan jam setengah 6 saya baru pulang.

Kini hal itu setiap hari saya lakukan. Memang pekerjaan saat saya di toko tidak berat hanya menjadi kasir. Capek pun bisa dibilang tidak, saya hanya tidak punya banyak waktu. Ada 2 orang teman saya yang cukup dekat, berupaya menyindir dan seolah membandingkan dengan para pekerja kantoran “XXX aja yang kerja di XXX bisa cuti…bla..bla..” yang artinya secara tidak langsung : sok sibuk banget sih Kamu! Satu teman saya lagi pun menggoda dengan iming-iming “Kapan Lagi coba bisa…bla..bla..?”

Saya juga dulu punya paradigma yang sama dengan ketiga teman saya itu. Dulu saya menganggap orangtua saya sok sibuk. Saya baru menyadari ketika SMA, there’s no holiday for us (baca: pedagang baju ) kecuali hari Lebaran selama 5 hari. Tidak seperti pekerja kantoran yang bisa cuti atau libur di Sabtu dan Minggu. Malahan di dua hari itulah pedagang-pedagang mencari uang. Jadi saya pun tidak pernah lagi menyamaratakan atau menuntut atau membandingkan orangtua saya dengan pekerja kantoran yang tiap bulannya menerima gaji. Sekali lagi saya tekankan jangan pernah menyamakan atau mencoba membandingkan profesi apapun, setiap profesi punya aturan dan seni-nya tersendiri.

Kesimpulannya adalah, saya bukan mau sok-sok’an sibuk atau biar gaya jadi sibuk. Saat ini saya memang focus menolong Ibu saya di toko, meskipun kerjaannya tidak berat tapi memang menuntut saya harus stand by di sana selama berjam-jam untuk memperhatikan karyawan yang lain. Dan saat saya bisa datang untuk sebuah BUBAR, itu artinya saya benar-benar curi-curi waktu disaat toko sedang tidak terlalu rame. Meskipun dikatain Sombong memang buka produk baru dalam hidup saya, tapi tetap saja saya ingin sedikit meluruskan persepsi dari beberapa orang yang sering buru-buru memberi saya label “sombong” “sok sibuk” tambahan “kurang tanggung jawab”. Untuk yang terakhir, ya sudahlah ya.

Yah kalau memang jodoh ditahun-tahun berikutnya juga Insya Allah kita bisa ketemu buat BUBAR ya..

Oiya sekalian, kalau saya sering bertingkah kurang menyenangkan atau mengucapkan sesuatu yang menyakitkan hati, saya mohon maaf ya buat semuanya. Selamat Lebaran.
Mohon Maaf Lahir Batin ya…

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak