Langsung ke konten utama

20th, Love Life


Akhirnya saya sampai juga di angka yang sempat ditakuti oleh teman-teman saya yang telah lebih dulu merasakan angka ini. Secara logika yang berubah hanya angka toh? Tapi saya punya pandangan lain mengenai perubahan angka depan yang kini saya miliki.

20 tahun, sadar tidak sadar dan mau tidak mau kini saya menyandang angka ini. Selama 20 tahun saya sudah berbuat apa sih? Untuk diri sendiri? Untuk keluarga? Untuk para teman-teman? Ternyata saya belum bisa berbuat banyai pada mereka semua juga pada diri sendiri. Entah ya belakangan saya merasa beberapa tahun ke belakang saya banyak buang-buang waktu untuk hal-hal yang kurang penting dan kurang manfaat.

Setahun yang lalu ketika saya menginjak angka 19 tahun, saya membuat sederet list keinginan selama setahun kedepan. Setelah say abaca lagi list tersebut, wow saya patut bersyukur karena 80 persen terwujud semua. Tapi saya jadi membaca ulang keinginan saya tersebut, hanya beberapa poin yang sebenarnya penting malah tidak terwujud. Sedangkan hal-hal yang bisa di nomer sekian-kan malah terwujud duluan. Bisa dikatakan saya lebih banyak mengejar hal-hal yang bersifat untuk kesenangan sesaat.

20 tahun, untuk sebagian orang ini merupakan sebuah angka penting karena seolah-olah saat seorang sampai di angka ini, kita diberi warning, Bukan saatnya terlalu bermain dengan hidup. Meskipun ada juga yang menganggap ini hanya masalah pergantian angka dan tidak ada yang harus berubah. Saya pilih yang mana? Jujur saja saya sih inginnya merasa masa bodoh dengan angka tersebut. Tapi kadang-kadang untuk merasa masa bodoh dengan angka tersebut saya malah jadi malu sendiri, mana tanggung jawab saya terhadap hidup?

Sehingga mau tidak mau saya mulai menganggap angka 20 sebagai beban yang tidak terlihat. Meskipun bukan beban yang sangat berat sampai-sampai saya kesulitan bernafas karenanya. Tapi saya menganggap bukan juga beban yang bisa dengan mudah disepelekan.

Saya sudah merenungkan, seberapa besar saya berguna bagi orang lain? Atau yang paling dasar seberapa besar saya mencintai diri sendiri?

Seharusnya bukan sesuatu yang harus dibesar-besarkan, hanya berganti dari 1 ke 2. Dari 9 kembali ke o. Namun terselip 2 kata saat terjadi pergantian angka-angka tersebut, TANGGUNG JAWAB. Mudah-mudahan di umur yang baru ini saya bisa mewujudkan banyak mimpi-mimpi yang masih sebatas konsep di pikiran menjadi sesuatu yang benar-benar nyata. Amien.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak