Langsung ke konten utama

Noraknya Nyalon


Pergi ke salon sebenarnya adalah salah satu hal yang sedikit tabu bagi saya. Karena saya sudah lama sekali tidak pergi kesana. Kalau waktu SD saya selalu dibawa ke salon untuk memotong rambut, saat SMP saya mulai pergi ke tukang cukur. Salon memang sangat identik dengan tempatnya perempuan. Tapi jaman sekarang sih banyak salon-salon yang memang diperuntukan untuk laki-laki dan perempuan atau bahkan ada salon khusus laki-laki.

Sejak SMA kelas 3 saya agak-agak anti pergi ke tukang cukur. Pengalaman saya selalu buruk pergi ke tukang cukur, kuping saya pernah tergunting sampai berdarah sampai-sampai hasil rambut yang selalu dipotong kependekan. Jadi saya lebih memilih meminta tolong pada Ibu saya untuk memotong rambut atau kakak saya yang bisa memotong rambut. Belakangan Ibu saya tidak mau lagi memotong rambut saya karena takut tangannya terluka dan tidak bisa sembuh (diabetes). Kakak saya suka sulit untuk dimintai bantuan.

Rambut saya semakin panjang, Ibu saya semakin geram melihat rambut saya. Beliau suka marah-marah saat melihat wajah saya.

“Itu rambut udah kayak apa aja! Potong sana rambutnya”

Saya selalu bilang “Ga mau ke tukang cukur!”.

Karena saya beberapa waktu ini sering di rumah, Ibu saya ngomel hampir setiap hari. Dan puncaknya ia membawa saya ke sebuah salon di salah satu pusat perbelanjaan dengan iming-iming untuk jalan-jalan. Setelah sekian lama saya tidak menginjaakan kaki ke tempat seperti ini. Anehnya saya deg-deg’an dan berdoa “Ya Alah semoga yang motong bukan banci”. Saya dan Ibu saya masuk. Saya langsung dibawa untuk cuci rambut. Saat dicuci ya ampun si Mbaknya membikin badan saya bergerak-gerak kegelian. Aduh norak sekali saya saat itu.

Setelah di cuci saya dibawa ke tempat pemotongan. Dan ditanya mau model apa, saya bingung model apa yang harus saya sebutkan. Saya bilang “Rapihin aja Mbak” trus Poni-nya jangan potong pendek-pendek”.

Si mbak mulai memotong, dan dengan santainya dia memotong poni saja. Saya hanya bisa meratap melihat poni yang baru-baru ini bisa saya lempar-lempar ke kanan dan kiri. Dan selesailah hasil model rambut seperti mantan Fitri Tropika. Ya apa boleh buat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengingat

Beberapa hari ini saya banyak mengingat. Aktivitas yang kadang padatnya minta ampun, kadang juga kosongnya bikin ngelamun. Penyakit lupa saya makin menjadi, menurut mitos katanya yang pelupa itu banyak salah ama orangtua. Tapi secara ilmiah ada yang bilang orang pelupa gara-gara kebanyakan makan makanan yang banyak mengandung MSG. Ya meskipun, masih banyak lagi penyebab-penyebab lupa lainnya, yang saya pun belum tau pasti, saya menjadi pelupa seperti ini gara-gara apa. Saya mencoba meningat-ingat apa-apa saja yang terjadi beberapa hari ini, beberapa minggu ini, beberapa bulan ini, dan beberapa tahun ke belakang. Dan begitu banyak yang terjadi, sampai-sampai saya tida bisa mengingat semuanya, hanya kejadian-kejadian yang menimbulkan kesan khusus yang bisa saya ingat, itu pun samar, entah kesan baik, buruk, sedih, senang, takut, dan lainnya. Saya tidak menyangka saya sudah sampai sejauh ini, begitu banyak yang terlewati begitu saja. Saya tidak pernah menyangka apa yang ada di sekitar

Percaya Diri, Am I?

Hello, sudah lama rasanya tidak menuangkan huruf-huruf di blog ini. Daripada keburu usang dan tua saya akan mencoba menulis tentang PD. PD disini bukan mata kuliah Psikodiagnostik (sebuah mata kuliah berseri paling banyak,sampe 7 lho) yang menghiasi sanubari saya selama kuliah melainkan tentang percaya diri. Mungkin akan banyak yang bilang bahwa saya itu memiliki tingkat PD yang tinggi. Kelihatannya mungkin iya tapi nyatanya dan sejujur-jujurnya saya adalah orang yang pemalu dan mudah minder. That's the truth. Tapi sekarang bisa dibilang sudah agak mendingan dibandingkan dulu lho. Dulu waktu TK sampe SD kelas 2an saya masih suka bersembunyi dibalik ketiak Ibu saya ketika ada Om dan Tante yang ke rumah. Atau bersembunyi di kamar dengan jantung berdebar-debar karena takut ditanya (sekarang juga masih sembunyi di kamar tapi dengan alasan yang berbeda). Dan sedikit-sedikit hal itu mulai berubah ketika saya menyadari bahwa tubuh saya tidak cukup lagi untuk bersembunyi di balik ketiak Ib

Sebuah Hari Istimewa

Semua orang pasti memiliki beberapa tanggal dalam hidupnya yang dijadikan sebagai hari istimewa. Hari yang akan terasa berbeda dari biasanya. Hari dimana kita terkadang tidak bisa tidur karena tidak sabar menanti datangnya esok. Hari dimana jantung kita terasa berdebar lebih cepat dari biasanya. Hari dimana kita tidak sabaran untuk segera menemui hari itu. Itulah sesuatu yang disebut istimewa menurut saya. Ada beberapa hari, diantara 365 hari dalam setahun yang kita tandai. Saya pun memilikinya. Beberapa hari istimewa, entah itu berisi kesenangan atau berbalut kesedihan. Karena sesuatu yang istimewa tidak selalu berisi tawa. Sayangnya tidak semua orang bisa paham akan apa yang kita sebut istimewa. Saya berkata setiap kamis istimewa belum tentu orang pun dapat beranggapan sama atau minimal memahami apa yang kita rasakan saat menghadapi hari itu. Seharusnya saya dapat memahami hal itu, tidak merasa keberatan ketika orang lain menganggap hari itu adalah hari yang biasa saja. Tidak berhak