Langsung ke konten utama

Cerita Lebaran yang lainnya.

Cerita lain muncul dari seorang sepupu yang sedari kecil sudah seperti kawan seperjuangan. Saya juga bingung ia lulus SMA atau tidak, untuk bertanya pun saya takut menyinggung. Sekarang dia ikut meneruskan usaha dagang milik orang tua nya yang sudah sukses. Namun sebelum lebaran saya sempat mendengar sebuah berita kalau dia bakalan dinikahin. Tentu saya kaget, dia yang umurnya sama bakalan nikah cepet? Harusnya bukan hal baru, sudah banyak orang-orang yang menikah muda tapi itu bukan sepupu saya yang paling dekat. Dan yang lebih membuat saya tertawa keras adalah, alasan dia ga mau pulang ke Bukittinggi adalah takut dijodohin. Damn! Jodoh-menjodohkan bukanbarang baru bagi keluarga besar Ayah saya. Tapi lagi-lagi ini menjadi begitu spektakuler ketika ini terjadi pada sepupu yang seumuran saya. Saya Cuma cengar-cengir.

“Nikah aja Rif, entar Agung datang ke resepsinya, kayaknya lucu…hahaha”

“Engga ah Agung aja dulu ga kebayang ih..!”

Saya tertawa karena sangat lucu membayangkan saat melihat orang-orang terdekat saya menikah kelak. Aneh kalau diingat, orang yang dulu tiap Sholat ID selalu bareng, yang selalu bermain saat kecil, sekarang obrolannya udah nikah-nikahan. Dan saya juga sempat berpikir, kalau saya tidak kuliah mungkin saya sudah disuruh nikah. Kayaknya engga dulu. Pernikahan masih sangat jauh di kepala saya, sebuah rencana paling ujung yang saya punya. Memikirkan siapa calonnya kelak saja saya kebingungan setengah mati. Wah tapi jangan sampai juga saya pake cara jodoh-jodohan. Cari duit dulu deh. Hahaha.

Sebenernya banyak cerita yang ingin saya tulis, tapi mengingat banyak yang bersifat aib, jadi ga bisa diumbar..

Terakhir..

Makna Lebaran tahun ini yang bisa saya ambil dari tiap kunjungan ke Rumah saudara adalah, bersyukur akan hidup sendiri. Jalan hidup orang itu tidak bisa ada yang menebak. Hari ini senang belum tentu besok bisa senang. Hari ini kaya besok belum tentu tetap kaya. Makanya disaat kita masih bisa tertawa dan bisa bahagia, nikmati dan syukuri. Kadang-kadang saya merasa aneh, harusnya orang-orang yang benar-benar “susah” yang boleh misuh-misuh meratapi hidup, yang boleh “berteriak” lantang tentang kesulitannya. Kok malah banyak yang sebenarnya tidak susah-susah amat malah lebih merasa menderita? Ini saatnya bersyukur. Alhamdulillah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling (part 1)

Hei apa kabar my dearest blog? Wah sudah dua tahun ya tidak ada posting sama sekali di blog ini. Bukan tidak ingin untuk menulisa lagi, hanya saja hmmmmm. Okey mari kita lewati memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis, sekarang saya akan sedikit memberikan pengalaman saya seputar jalan-jalan. Rasanya sudah cukup lama sih tidak menulis sesuatu yang bersifat informatif di blog ini. Tulisan-tulisan terakhir saya berisi cerita-cerita fiksi, keluh kesah, puisi, dan hal-hal yang mungkin kurang informatif dan bermanfaat (tapi cukup menghibur kan?). Bukan sok nasionalis sih, tapi emang Indonesia itu negara yang luas dan punya banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi.   Saya tiba-tiba baru sadar bahwa saya sudah terlalu sering jalan-jalan. Memang sih saya belum bisa dikategorikan sebagai backpacker sejati atau traveler akut. Apalagi kalau mau adu jumlah negara yang dikunjungi, duh saya masih cupu sekali. Selain karena waktu dan ehem budget, saya lebih fokus u

Review: The Other Boleyn Girl

I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak. Film ini bercerita tentang sebuah

8 Hari Jelang Premiere

Ternyata saya mengalami ketakutan luar biasa jelang premiere. Takut kalau filmnya malah dihujat orang, takut kalau dengar selentingan "Ih filmnya ga banget deh". Takut juga denger "Duh Sutradaranya payah nih". Dan komentar-komentar lainnya yang bisa menyayat hati. Sumpah. Ini baru pertama kalinya film pendek yang saya sutradarai di putar secara umum. Dan ternyata rasanya lebih fantastis. saya malah jadi takut jangan-jangan tidak ada yang mau nonton film "Senja" lagi. Wajarkan ya kalau sutradara amatir semacam saya mengalami kegugupan ini? Mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Acaranya banyak yang datang dan tidak mengecewakan. Amien