Langsung ke konten utama

sense of belonging, makin berkurang?

keluhan lagi? bisa dibilang begitu, salah satu dari kumpulan keluhan yang telah menumpuk, mungkin harus dikeluarkan perlahan. Isu yang lagi hangat-hangatnya di rumah adalah tentang "hubungan", mulai dari adek gue yang diem-diem pacaran, kakak yang niat nikah, gue yang pundung [haha] sama kakak, dan kasus lama yang ga pernah ilang. Ayah.

dimulai dari adek gue yang bener-bener bikin heran, belakangan dia sering menyendiri, dengan handphone yang selalu ada di sakunya, dan mata yang menanti sebuah pesan dari seseorang. tidak bisa diganggu gugat. bahkan yang biasanya ga pernah dikuci hp nya, sekarang ga ada satupun yang bisa buka tugh hp, entah password nya apa, dan sesekali, dia lupa, saat nya gue nyolong-nyolong buka tugh hp, wow, ga usah dijelasin apa isi nya, yang pasti itu cewe, dan dengan keyakinan yang tinggi, pasti lebih dari temen.

adek gue, yang bloon, dan susah diatur, pacaran? masih SD pula, sebenernya sih ga aneh jaman sekarang anak SD pacaran, melihat sinetron yang ada. Tapi sekarang kejadian sama adek gue. Dan dia tetep kunci mulutnya rapat-rapat. Dengan wajah polos. Orang seisi rumah yang udah tau pura-pura ga tau. Takut dia ngamuk.

kakak gue mau nikah, beberapa bulan lagi, dan yang jadi masalah sebenernya cuman "terburu-buru", entah hantu apa yang bikin kakak gue takut dan pengen buru-buru. Fine, tapi kenapa harus "se-minim" itu? Bukannya [Insya Allah], pernikahan sekali seumur hidup, dimana itu tugh moment yang bakalan diinget ampe jadi kakek ato nenek? Bukan maksud harus mewah-mewah gimana, tapi seengganya buat yang indah, toh keindahan pernikahan itu: priceless. Apalagi, semakin banyak yang dateng, dan bisa ikut berbahagia, juga bisa menyumbang banyak doa, bisa jadi bekal, ga harus duit selalu kan yang jadi bekal?
tarolah bukan buat orang lain, kalo emang mau sedikit egois, tapi buat kepuasan bersama, bahagia ngeliat sebuah pernikahan yang indah, bukan yang "maksa", yang bikin nyesel diakhir, dan menimbulkan banyak keluahan, "Kenapa, waktu itu ga gini ya..bla..bla..", mungkin gue sebagai adek dan bisa dibilang ga "ngerti" apa-apa lah, tapi saran yang baik ga selalu dateng dari seorang yang ahli atau berpengalaman bukan?

dan isu selanjutnya, adalah tentang "keluarga" itu sendiri.
semakin hari, sense of belonging orang-orang di rumah makin berkurang, terutama gue [pasti],
yang gue rasain, waktu yang berkualitas udah ga ada lagi, oke, mungkin gue sibuk ga jelas selalu pulang malem, tapi hei coba liat kalo gue di rumah, kalian pada kemana?, pulang dengan muka kusut masing-masing, dan saling menganggap masalahnya yang paling berat. Dan masa bodoh dengan orang lain "gue yang paling sulit, lo ga ngerti apa-apa", rasanya ngasih satu sama lain support semakin ga ada, malah aroma suram sering mampir. Apa emang ini yang harus dikorbanin, buat sampe kata "Sukses" [dengan definisi yang dibuat manusia], dulu perjuangan susah yang bikin keluarga ini hangat? Kenapa sekarang ga bisa?

Sosok Ayah ya?
jarang gue dapet, saat orang-orang banyak yang frustrasi dengan perpisahan orangtuanya, bahkan pengen nyatuin lagi, mungkin gue kebalikannya. Karena sosok itu ga pernah bisa dirasain. Ada, tapi kayak ga ada.

semua saling melengkapi. semakin membuat sense of belonging makin terkikis rapih.

semoga suasana hati bisa berubah lagi.

dengan cepat, seperti biasa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Solo Traveling (part 1)

Hei apa kabar my dearest blog? Wah sudah dua tahun ya tidak ada posting sama sekali di blog ini. Bukan tidak ingin untuk menulisa lagi, hanya saja hmmmmm. Okey mari kita lewati memberikan berbagai macam alasan untuk tidak menulis, sekarang saya akan sedikit memberikan pengalaman saya seputar jalan-jalan. Rasanya sudah cukup lama sih tidak menulis sesuatu yang bersifat informatif di blog ini. Tulisan-tulisan terakhir saya berisi cerita-cerita fiksi, keluh kesah, puisi, dan hal-hal yang mungkin kurang informatif dan bermanfaat (tapi cukup menghibur kan?). Bukan sok nasionalis sih, tapi emang Indonesia itu negara yang luas dan punya banyak sekali tempat-tempat yang bisa dikunjungi.   Saya tiba-tiba baru sadar bahwa saya sudah terlalu sering jalan-jalan. Memang sih saya belum bisa dikategorikan sebagai backpacker sejati atau traveler akut. Apalagi kalau mau adu jumlah negara yang dikunjungi, duh saya masih cupu sekali. Selain karena waktu dan ehem budget, saya lebih fokus u

Review: The Other Boleyn Girl

I give 4,5 star from 5 for this movie. Wow. Satu lagi jajaran film yang masuk film kategori “sangat bagus” menurut saya. Saya baru berkesempatan menonton film ini hari ini. Dan ternyata tidak pernah ada kata terlambat untuk film bagus. Ceritanya sendiri sangat complicated, bukan sekedar cinta, tapi juga melibatkan nafsu, ambisi, politik, humanity, dan berbagai kata lain yang akan muncul setelah saya menonton film ini.Film ini sendiri diangkat dari sebuah novel dengan judul yang sama karangan dari Philippa Gregory. Saya sebenarnya agak kebingungan apakah ini kisah nyata atau hanya fiksi sebagaian berkata ini fiksi namun ada beberapa hal yang memang bersumber dari sejarah Inggris. Tapi kali ini saya bukan mau concern ke sejarahnya melainkan ke film nya (tapi penasaran dengan sejarah aslinya). Film ini sendiri bukanlah film yang baru sudah ada dari tahun 2008 di luar negeri sana. Saya kurang tau nasib film ini di Indonesia, apa sudah beredar atau tidak. Film ini bercerita tentang sebuah

8 Hari Jelang Premiere

Ternyata saya mengalami ketakutan luar biasa jelang premiere. Takut kalau filmnya malah dihujat orang, takut kalau dengar selentingan "Ih filmnya ga banget deh". Takut juga denger "Duh Sutradaranya payah nih". Dan komentar-komentar lainnya yang bisa menyayat hati. Sumpah. Ini baru pertama kalinya film pendek yang saya sutradarai di putar secara umum. Dan ternyata rasanya lebih fantastis. saya malah jadi takut jangan-jangan tidak ada yang mau nonton film "Senja" lagi. Wajarkan ya kalau sutradara amatir semacam saya mengalami kegugupan ini? Mudah-mudahan saja semua berjalan lancar. Acaranya banyak yang datang dan tidak mengecewakan. Amien